"Oh, Sarah. Putri Ibu!" seru Layla ketika melihat putri kesayangannya terbaring tidak sadarkan diri. Layla mendekatinya, dan duduk di samping tempat tidur Sarah. Pilu sekali hatinya mendapati keadaan Sarah yang dikelilingi tabung oksigen dan juga alat bantu lainnya.Layla menggenggam jemari putrinya, dan memejamkan mata untuk memanjatkan doa agar Sarah segera diberikan kesadaran."Ibu, aku mohon maaf padamu dan juga Paman," ucap Adipati lesu. "Apakah pelakunya sudah ditemukan?" tanya Ali."Belum, Paman. Menurut informasi, pelakunya mungkin orang yang sangat terlatih untuk pekerjaan ini.""Apa maksudmu, Nak?" tanya Layla yang turut geram mendengar informasi tersebut. "Apa maksudmu, ada orang yang sengaja ingin membunuh putriku, begitu?"Layla berbalik badan dan menatap menantunya tajam. Menurut Layla, seharusnya putrinya tidak terlibat dalam masalah apapun. "Sarah hanya perempuan dari kampung, Nak. Dia sama sekali tidak memiliki musuh. Bahkan teman pun sepertinya dia tidak punya. Se
Pria itu mencoba tenang menghadapi Layla yang sedang mencurigai nya. "Apa maksud Anda, Nyonya? Saya dokter yang menangani putri Anda.Tangan pria itu telah bersiap menyuntikkan sebuah cairan ke kantong infus milik Sarah.Layla segera menampik tangan pria itu sambil berteriak, "Kau dokter gadungan. Pergi kau! Tolong,,,, tolong,,,,Kakak bangunlah!"Pria itu langsung panik, sehingga pergi meninggalkan jarum suntik yang masih berisi cairan tersebut yang jatuh ke lantai."Ada apa?" bentak Ali yang terkaget dari tidurnya.Pria tadi kabur secepat kilat, keluar dari pintu ruang rawat tersebut. Melihat Layla yang masih panik dan berusaha mengejar hingga ke depan pintu yang terbuka, Ali segera menghampiri setengah berlari."Layla, ada apa ini?""Tadi ada dokter gadungan yang akan mencelakai Sarah, kak.""Mana dia?" Ali langsung berlari melihat keluar ruangan. Namun ia tak dapat melihat orang lain kecuali seorang dokter dan perawat yang sedang berlari di lorong menuju ke arah mereka."Tuan, kam
"Baiklahlah, yang penting jangan sampai kau kelelahan dan jatuh sakit saat Sarah sedang membutuhkanmu seperti sekarang."Ali kembali menyesap kopinya dan menyandarkan punggungnya di sofa. Sementara Layla masih duduk menunggu putrinya. Bibirnya terkadang terlihat bergerak, ia memanjatkan doa yang tidak putus-putus.Saat Sarah sadar nanti, Layla berjanji tidak akan meninggalkannya. Ia ingin menemani putrinya dalam keadaan apapun. Dalam hal ini, Layla menjadi teringat kembali tentang masa lalunya. Wajah suaminya yang terakhir dilihatnya masih tampak sangat jelas di ingatannya.Tanpa sadar buih air matanya mengaliri pipinya bak sungai-sungai kecil. Layla bisa menghapus air matanya. Namun ia tidak dapat menghapus ingatannya tentang kenangannya yang menyakitkan saat itu."Aku merindukanmu, Mas," lirih Layla yang merindukan sosok suaminya itu.Sudah delapan belas tahun mereka berpisah. Tepat saat usia Sarah masih menginjak tiga tahun. Pernikahan Layla dan Arthajaya dulunya tidak mendapat
"Halo, apa kabar, Tuan Dharmawangsa?" ucap Danu dari seberang saat menjawab panggilannya."Tentu saja aku masih sehat. Ku harap sekarang kau semakin sukses dan cerdas dalam menghadapi masalahmu sendiri."Sejenak sambungan telepon mereka sunyi. Tampaknya Danu sadar diri dan teringat kembali akan jasa Dharmawangsa saat lampau.Jika Dharmawangsa tidak berbaik hati padanya saat itu, mungkin saja Danu tidak akan berada di posisinya saat ini.Hampir saja sebuah peluru senjata tajam menembus kepalanya. Namun saat menarik pelatuk, peluru pistol itu ternyata kosong. Karena Dharmawangsa sudah memperhitungkan jumlah peluru yang disiapkan untuk eksekusi."Apa yang kau inginkan, sehingga kau sampai mencariku, Tuan?"Dharmawangsa mengulas senyum, "Kau sangat pintar. Aku yang akan menemuimu di rumah sakit untuk menyapamu dan mengenang peristiwa lalu.""Ekhem." Danu mendehem menjernihkan suara. "Tapi saya sedang berada di luar kota, Tuan."Dharmawangsa tahu jika yang Danu katakan hanyalah alasan sema
"Huh, kalian sama sekali tidak membiarkan saya sedikit bersenang-senang rupanya." Danu sedikit kesal karena tidak berhasil mempermainkan Dharmawangsa dan Maya. Namun sebenarnya itu sudah diprediksi olehnya. Mereka bukanlah orang bodoh, bahkan mereka selalu mengambil 1000 langkah di depan daripada orang lain. Itulah yang membuat mereka mendapat julukan pasangan naga dalam perkumpulan ke tujuh naga emas di negeri ini.Danu merogoh kantong jas putih kebanggaannya. Di genggamnya sebuah flashdisk berwarna hitam sembari memberikan ke Dharmawangsa dengan melemparnya."Ambillah, dan biarkan aku pergi. Aku tidak ingin berurusan dengan masalah kalian."Dharmawangsa tersenyum puas. Ia mengambil flashdisk itu lalu memberikan pada Adipati. "Kau akan pergi setelah kami memeriksa isi di flashdisk itu," ucap Maya sembari lebih menekan pucuk pistolnya.Segera Adipati mengambil laptopnya dan memeriksa isi file dalam flashdisk. Dharmawangsa pun turut mengamati. Ya, Danu tidak berbohong. Rekaman itu
"Ayah, apa kau mengetahui sesuatu?" tanya Adipati yang sepertinya curiga kedua orang tuanya mengetahui sesuatu. "Ekhem. Kami harus memastikannya dulu. Kalau begitu sebaiknya kami langsung pergi.""Biarkan aku ikut dengan kalian. Biar bagaimanapun, Sarah adalah istriku. Aku yang harus membalaskan dendam untuknya.""Kami tahu, tapi sebaiknya lakukan itu nanti. Untuk sekarang, kami yang akan bertindak. Karena kau belum waktunya kesana."Perkataan kedua orang tuanya pasti penuh dengan perhitungan. Tidak mungkin mereka melarangnya hanya karena cemas dia akan terluka. Pasti ada sesuatu yang lebih besar yang hanya bisa mereka hadapi berdua. Jika ia memaksa, ia hanya menghambat rencana kedua orang tuanya saja.Adipati mengangguk paham. Ia akan tinggal di rumah sakit dan kembali menjaga istrinya. Ia juga sedang menunggu hasil dari Romi, yang ia meminta untuk mencari ponsel Sarah yang menghilang."Sayang, kau harus cepat sehat," ucap Maya sembari menatap Sarah sebelum pergi."Terima kasih, Bu
Sontak mereka yang ada disana terdiam sekejap. Mereka mencoba mengingat, apakah mereka terlibat sebuah pekerjaan yang menyerang Dharmawangsa atau tidak."Apa maksudmu, Dharmawangsa? Tentu saja kami tidak akan pernah melakukan itu," sanggah Agustian cepat sembari menatap rekan lainnya bergantian. Rekan lainnya pun mengangguk setuju dengan ucapan Agustian, karena mereka merasa tidak memiliki masalah dengan Dharmawangsa."Apa telah terjadi sesuatu pada keluargamu?" tanya Pramudita kembali. Tampaknya ia sangat penasaran, anggota keluarga yang mana yang membuat Dharmawangsa sampai mengumpulkan mereka semua."Jika itu bukan kalian, maka kalian tidak perlu tahu masalah itu," jawab Maya cepat.Maya sangat tahu, bahwa mereka yang penasaran hanyalah karena ingin mengetahui semua titik lemah masing-masing anggota. Diantara mereka semua yang ada disana, hanya Roger Arthajaya yang tetap bergeming menikmati sampanye dan menjadi pendengar mereka.Ya, dia tidak suka banyak bicara seperti Dharmawang
Deg!Layla terbelalak ketika Maya menyebut nama keluarga Arthajaya. Keluarga yang ia kenal baik di masa lalu. Rasa terkejut juga marah bercampur menjadi satu. Bagaimana tidak, ternyata pelaku yang mencelakai Sarah berasal dari pihak keluarga besar suaminya."Tapi untuk menemukan pelakunya, kita harus berusaha sendiri. Setidaknya ini sudah lebih mudah. Ayah sudah meminta orang untuk membuat daftar anak buah yang dimiliki mereka.""Biarkan aku yang mengurus selanjutnya," pinta Adipati.Maya dan Dharmawangsa pun setuju. Setelah daftar nama itu terkumpul mereka akan memberikannya pada putranya. Mereka percaya, putranya dapat mengatasinya dengan mudah.Maya menatap Layla yang masih tertegun diam. Layla tidak menyangka, dirinya dan Sarah akan kembali berurusan dengan keluarga suaminya. Rasa penasaran mulai menggelayuti hatinya. Sejauh apa kedua besannya itu mengenal keluarga suaminya. Dan mungkinkah, mereka juga mengetahui masa lalunya? Sontak Layla juga menatap Maya. Dan keduanya pun sal
Sontak keduanya pun terkejut dan mengikuti instruksi untuk mengangkat tangan.Terlihat Sarah dan kedua orang tua Adipati muncul dari belakang para anggota polisi. Romi pun menyusul diantara mereka."Sarah?" lirih Anna terkejut. Adipati berdiri, lantas berjalan ke arah mereka meninggalkan Anna. Anna baru sadar, bahwa dirinya telah dipermainkan oleh Adipati. "Adipati. Teganya kau melakukan ini padaku?"Seorang polisi menghampiri Anna dan memborgol kedua tangannya. Anna berusaha menghindar, namun sia-sia. Dia tidak akan bisa lari dari kepungan para petugas polisi."Anna, aku tahu anak itu bukanlah anakku. Dan aku tidak akan membiarkan rencana busukmu dengan pria brengsek itu berjalan dengan lancar."Anna terbelalak, dia mengingat kecerobohannya kala Adipati menunjukkan ponsel Anna, yang tadinya tergeletak di meja ruang tamu. Adipati menyerahkan barang bukti ponsel itu kepada seorang polisi. "Nyonya Anna, Anda resmi ditangkap karena tuduhan perencanaan pembunuhan pada Nyonya Sarah yang
"Ibu dan Ayah yang akan mengurusnya. Ibu rasa, ada sesuatu yang janggal yang sengaja Anna sembunyikan."Sarah mengangguk pelan. Dia tidak tahu lagi harus mengandalkan siapa jika bukan kedua mertuanya. Sarah percaya, apapun yang terjadi kedepannya adalah yanh terbaik bagi semuanya.Disisi lain, Adipati mendatangi kediaman kedua orang tua Anna. Mobil Adipati berhenti tepat di depan pintu gerbang rumah milik Andre. Adipati menangkap keberadaan Romi yang juga sudah ada disekitar rumah Andre untuk menjalankan tugas darinya.Merasa sudah tidak perlu mencari kebenarannya lagi, Adipati menghubungi Romi, bermaksud meminta Romi menyelesaikan pekerjaannya. "Rom, pulanglah. Aku sudah tahu kenyatannya. Sisanya, biar aku yang tangani.""Tapi, Tuan.""Please.""Baik."Adipati menekan klakson mobilnya, tidak lama kemudia pintu gerbang sedikit terbuka. Muncul seorang petugas keamanan melongokkan separuh badannya, memeriksa siapa yang datang. Setelah mengetahui yang datang adalah Adipati, sontak me
"Jadi, itu benar?" desak Adipati.Anna membuang pandangan ke arah lain. Adipati merasa lemas. "Ternyata benar, Alicia adalah anakku?"Tanpa mereka ketahui, pembicaraan mereka terdengar oleh Sarah. "Siapa? Anak siapa?"Anna dan Adipati sontak menatap ke arah belakang. Adipati langsung berdiri dari kursinya. Adipati melihat raut keterkejutan Sarah lebih dari pada dirinya. "Sarah?""Sarah?", panik Anna.Sarah semakin melebarkan dua matanya ketika melihat Anna dihadapannya. Dan faktanya dia sedang duduk berdua bersama suaminya. Dalam pikiran Sarah mulai berkecamuk. Untuk apa Anna duduk disini. Dan mendengar kata anakku dari mulut suaminya, seperti ada sesuatu yang penting sedang mereka bicarakanSarah langsung menatap suaminya tajam. "Apa yang kalian bicarakan sebenarnya? Alicia, siapa dia?"Anna mengeratkan kedua bibirnya. Dia tidak berani mengatakan apapun. Sementara Adipati langsung menghampiri Sarah untuk menenangkannya. Sarah menampik pelukan Adipati, "Jelaskan saja sekarang pada
"Saya harap Anda menjadi bijak dalam mengambil keputusan.""Jangan cemas, Rom. Jika dia benar adalah anakku, aku akan mengajak Anna bicara baik-baik untuk masa depan anak itu."Adipati memberikan jawaban dengan hati tidak yakin. Romi bersedia menerima permintaan bosnya. Meskipun Romi merasa, bosnya sudah tidak seharusnya terlibat dengan kisah masa lalunya. Namun dia juga tidak tega melihat Adipati dalam keadaan seperti ini.Romi pamit undur diri dan langsung menjalankan tugasnya. *****"Papa, ayo kita main ke taman," pinta Reyhan dengan suara lembutnya. Ditatapnya wajah tampan versi mini dirinya dengan tersenyum. "Apa sudah dapat ijin dari Mama?"Reyhan mengangguk. Sesungguhnya anak itu belum mengatakan apapun pada Sarah. Seperti biasa, hari libur adalah saatnya bagi Sarah untuk me time sejenak. Dengan posisinya saat ini, mau tidak mau dia harus menjaga dan merawat dirinya. Dia selalu pergi ke klinik kecantikan langganannya dan menghabiskan waktu sekitar lima jam untuk treatment.
Maya sangat terkejut dengan ucapan Adipati. "Adhi, putraku. Apa kau tidak ingat, Anna telah selingkuh darimu saat itu?"Adipati bergeming. Tentu dia masih ingat, pernah menangkap basa Anna saat sedang bersama mantan kekasihnya saat itu. Bahkan dia lebih memilih pria itu dari pada dirinya.Namun, entah mengapa. Hati Adipati seolah merasa, anak perempuan kecil itu ada hubungannya dengan dirinya."Maafkan aku, Bu. Aku hanya, ah seharusnya aku tidak memikirkannya. Pasti pikiranku yang salah.""Jelas pikiranmu lah yang salah Adhi. Oh Tuhan. Benar firasat Sarah, kau sedang memikirkan Anna yang baru saja kembali dari luar negeri. Sementara kau mengabaikan keluargamu yang ada di sekitarmu. Apakah kau tidak melihat bagaimana wajah sedih Sarah ketika kau abaikan di meja makan tadi?""Mengenai itu,,,""Katakan pada Ibu. Apa Anna sudah menemuimu?""Bagaimana Ibu tahu?" jawab Adipati kelepasan. Maya menepuk keningnya. "Aku adalah ibumu. Jadi aku tahu apa yang ada di pikiranmu. Dan jika wanita itu
Anna langsung membekap mulut anaknya dan tersenyum canggung. Adipati yang terkejut pun mulai curiga, mengapa anak kecil itu memanggilnya dengan sebutan Papa."Papa? Apa maksudnya?""Maafkan anakku, dia mengira kau adalah ayahnya," ucapnya sembari melepaskan tangannya.Anak kecil itu tampak muram dan menundukkan wajahnya. Sesekali dia melirik Adipati. Namun saat Adipati menatapnya, Alicia buru-buru merunduk kembali."Oh ya, mungkin ini terakhir kalinya aku menyapamu. Setelah ini aku pasti tidak akan sempat untuk menyapamu. Aku sebenarnya terlalu malu. Namun atas perbuatanku di masa lalu, aku ingin meminta maaf padamu. Tolong sampaikan pada Sarah, aku minta maaf. Sekarang aku sudah memiliki kehidupan baruku. Semoga kalian juga selalu bahagia," ujar Anna sambil berdiri, bersiap untuk berpamitan pulang.Adipati juga turut berdiri. "Apa kau akan langsung pulang?"Anna menatap putrinya. "Ya, Alicia juga sepertinya sudah sangat lelah. Terima kasih sudah menyambutku dengan baik. Aku permisi
"Roger!!!" Bentak Layla ketika melihat Roger yang membeku di tempat, memandangnya dengan tatapan mengerikan. Sontak Roger tersadar, rupanya kejadian tadi hanyalah dalam bayangan di benaknya. Layla langsung meraih vas bunga di nakas tepat di sampingnya berdiri, lalu mengarahkannya pada Roger untuk membela diri."Keluar sekarang, atau aku akan berteriak.""Layla tenanglah. Aku hanya salah masuk. Dan ingin memberikan buket bunga ini padamu," ujar Roger sambil menyodorkan buket pada Layla.Layla yang merasa terancam terus berupaya mengusir Roger dari sana. Layla takut akan niat Roger yang diam-diam menyelinap di rumahnya. "Keluar kamu, atau vas ini akan melayang ke wajahmu," ancam Layla dengan suara rendah namun penuh penekanan.Dalam paniknya, Layla tepat berusaha menggenggam handuk yang melekat di tubuhnya agar tidak sampai jatuh. Karena hal itu akan sangat memalukan.Roger mengangkat kedua tangannya, lalu meletakkan buket bunga itu ke lantai. "Baiklah. Aku akan keluar. Tapi aku akan m
"Aku berubah karena ulahmu sendiri. Jika kau tidak terima hidup denganku seperti ini, aku tidak keberatan kau keluar dari rumah. Tapi jika kau masih ingin hidup dalam kemewahan ini, terima saja sikapku dan jangan memprotes lagi," tegas Daniel.Linda terlihat terkejut dengan pilihan yang terlontar dari mulut suaminya. Entah kesalahan seperti apa yang dia lakukan, sampai dia berubah seperti ini. Menurut Daniel, Ini juga termasuk hukuman bagi Linda. Tidak memberitahukan kesalahannya, dan memperlakukannya dengan dingin. Namun sepertinya Linda tahu mengenai info tentang dirinya yang di dapatkan dari ayah Romi dan Andreas, selaku orang kepercayaan Daniel."Apa ada yang berbicara buruk tentangku padamu? Katakan padaku, apa yang Amir dan Alex katakan padamu? Apa kau lebih percaya mereka dari pada aku istrimu?""YA! Aku lebih percaya mereka dari pada kamu. Wanita yang memiliki niat busuk terhadapku dan keluargaku. Mulai sekarang, kau bisa tidur menggunakan kamar tamu. Itupun jika kau masih in
Layla menoleh ke arah suara. "Ada apa, Kak?""Sepertinya tadi ada tamu yang memencet bel pintu. Apa kau tahu siapa?"Mengetahui kedatangan Ali, Roger berusaha menyembunyikan dirinya di balik lemari besar tempat dimana Layla menyimpan peralatan makan yang terbuat dari keramik asal China, kenang-kenangan bersama suaminya dahulu. "Tanyakan saja pada pelayan, dari tadi aku disini untuk menidurkan Reyhan.""Aneh. Aku juga tidak melihat pelayan ada di depan.""Berarti kau hanya salah dengar, Kak.""Sepertinya begitu. Yasudah, kalau begitu."Setelah Ali pergi, Layla menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mengurus cucunya, Layla yang sedari pagi belum mandi merasa kegerahan. Kini Reyhan sudah sangat aktif seiring usia yang bertambah. Namun, Reyhan juga tampak semakin menggemaskan.Terdengar suara shower dari kamar mandi yang sedang deras mengguyur tubuh Layla. Usia Layla memang tidak muda lagi, namun kecantikan alami dan bentuk tubuh Layla masih terjaga dengan baik hingga saat