"Sopir, ayo jalan," pinta Sandra lalu menutup jendela kaca mobil rapat-rapat dan Tina kembali melaju.
"Siap," jawab sopir dengan wajah yang datar tapi tidak dengan Surti.
Wanita paruh baya ini terus menatap wajah Sandra yang seketika terlihat panik tapi terus diam seakan tidak mau ibunya tau posisinya saat ini.
Tau Sandra tidak mau membahas masalah teriakan Tina, Surti akhirnya menyandar di kursi empuk mobil mewah Tirta. Dia terus tersenyum lebar seakan kejatuhan durian runtuh meski sebenarnya ini adalah awal dari kesengsaraannya.
Mobil akhirnya tiba di rumah sakit dan pintu kembali terbuka.
"Supir, kamu pulang aja, ya. Aku akan lama di dalam,"
Supir tidak menjawab karena perintah Tirta, dia harus terus berada di dekat Sandra sebagai jaminan kalau wanita cantik ini tidak main mata dengan pria lain selama berada di luar rumah.
Saat supir mengawasi gerak-geriknya, Sandra dan Surti melenggang begitu cantik memasuki rumah sakit tempat Lexus akan dioperasi dan segera masuk ke ruang persiapan operasi menemani Lexus.
"Mama," panggil Lexus lalu mengulurkan tangannya ke arah Sandra. "Akhirnya Mama datang,"
"Ya, aku datang. Tenang, ya. Operasi akan segera dimulai dan setelah itu sakit di perut nggak akan balik lagi,"
Bocah polos itu tersenyum mendengar perkataan Sandra dan mulai terlihat tenang setelah mendengar semua kata-kata mamanya.
Operasi berjalan lancar dan menjelang malam Lexus sudah siuman dari tidurnya. Dia terlihat begitu senang karena sudah menjalani masa terberat di masa kecilnya dan kembali dapat tersenyum meski dokter akhirnya meminta Sanda membiarkan Lexus menginap satu malam untuk memastikan keadaan bocah tampan ini.
"Baiklah, aku rasa uangnya masih cukup, kan, Bu?" tanya Sandra dan Surti mengangguk tegas.
"Ya, uangnya masih banyak,"
"Baiklah," Sandra tersenyum simpul lalu mendekati Lexus yang sudah lebih baik. Dia masih tertidur tapi wajahnya sudah terlihat lebih bersemangat ketimbang beberapa hari yang lalu.
"Eh, Sandra," bisik Surti sambil menarik tangan putrainya ke sofa panjang di sudut kamar perawatan Lexus.
"Apa, Bu?" Sandra yang belum siap menjawab pertanyaan Surti tetap tersenyum simpul lalu duduk bersandar di tempat yang jauh dari tempat tidur Lexus.
"Katakan padaku, siapa pria yang akan meminangmu? Kamu ketemu dimana? Kerjanya apa?" brondong Surti membuat dada Sandra jadi sesak.
"Panjang ceritanya, Bu. Yang pasti dia bisa jadi mesin ATM-ku. Tapi..."
"Apalagi? Dia suami orang?" tanya Surti seperti berhasil membaca kekikukan di tubuh Sandra.
"Hmm!" tenggorokan Sandra tiba-tiba seret dan kepalanya sontak tertunduk. "Pokoknya sekarang yang terpenting adalah Lexus, Bu," jawab Sandra seperti menyiratkan gumpalan kegalauan di hatinya.
"Oh," Surti yang biasanya bawel langsung terdiam mendengar jawaban Sandra. Dia memang tau kalau wanita single parent ini tidak punya banyak pilihan untuk bertahan hidup kecuali mencari tempat yang lebih basah untuknya berlindung. "Jadi wanita tadi benar istri tua pria itu?" tanya Surti lagi dan tanpa aba-aba Sandra malah terkekeh.
"Bukan, Bu,"
"Hah?" Surti melirik ke arah wajah Sandra yang begitu jelas jika dia terpaksa tertawa di depan ibunya padahal jawaban wanita paruh baya ini tepat adanya. "Jadi dia meneriaki siapa?"
"Bu, wanita itu salah mobil. Memang mobil yang aku tumpangi itu kemarin dipakai seorang wanita simpanan teman suamiku, tapi itu kemarin. Hari ini sudah kembali ke suamiku,"
"Wah, berani sekali kamu bilang dia suamimu?" kekeh Surti merasa perkataan Sandra benar.
"Ya, aku dan dia sudah pasti menikah, Bu. Pokoknya Ibu siap-siap aja jadi mertua pria kaya,"
Surti mengangguk tegas lalu menepuk bahu Sandra yang begitu kaku. "Pokoknya kau genggam tangan pria itu kuat-kuat. Biasanya pria kaya itu banyak godaannya,"
"Siap!" tegas Sandra lalu tersenyum ke arah Surti.
Tok!
Tok!Mata Sandra melirik ke arah pintu dan berdiri untuk membukanya."Nyonya," panggil supir yang ternyata belum pulang sejak tadi.
"Eh, kenapa masih di sini?" tanya Sandra lirlih karen dia tidak mau mengganggu tidur putranya. “Aku pikir kamu bakal pulang dulu,”
"Nggak bisa gitu, Nyonya. Saya ditugaskan mengawasi Nyonya.”
Sandra tertegun mendengar perkataan pria berseragam biru tua itu. “Jadi dia nggak mau aku lepas sedetikpun?”
“Ya, Nyonya. Dan tadi Tuan telepon minta Nyonya cepat pulang,”
"Duh!" Sandra tentu tidak boleh menolak perintah suaminya atau dia akan kehilangan ATM berjalannya.
"Gimana?" tanya supir dengan wajah yang datar. “Pulang apa Tuan marah?”
Desakan itu terasa begitu kuat tapi Sandra harus mengalah. "Ok, fine. Tapi aku pamit dulu ke anakku," tanya Sandra dan sopir mengangguk memberikan persetujuan.
Sandra mendekati Lexus yang tertidur, mengecup keningnya lalu tersenyum lebar. "Kamu sudah sembuh, Nak. Nanti kalau Mam apulang, kita main lagi," bisik Sandra lalu melangkah ke arah Surti yang sudah berdiri menunggu putrinya pamit.
"Bu, aku pulang dulu. Besok aku balik lagi,"
"Ya, layani dia baik-baik. Aku mau ketemu dia kalau dia ada waktu,"
Sandra tidak meng-iya-kan perkataan ibunya tapi lebih memilih melangkah mendekati supir yang sepertinya sudah begitu lelah menunggu wanita ini pulang.
Sandra dan sopir itu lalu melangkah menuju mobil sebelum akhirnya pulang ke rumah Tirta.
"Dari mana?" tanya Tirta begitu curiga saat Sandra baru saja tiba.
"Dari rumah sakit, urus putraku,"
"Dari jam berapa? Kenapa lama? Itu kenapa aku nggak suka kamu punya anak. Anak itu bikin aku nggak ada waktu buat' uh-ah uh-ah sama kamu. Masa mau kayak gini terus?" tanya Tirta semakin ketus seakan tidak puas dengan jawaban Sandra.
"Maaf, Sayang," Sandra tersenyum simpul mencoba menenangkan pria tua yang ternyata pencemburu ini.
"Kamu kalau mau nikah sama aku ya harus nurut apa kata aku, jangan suka hatimu aja!" ketus Tirta begitu berbeda dengan Tirta yang ditemui Sandra kemarin.
"Kenapa jadi gini, Sayang, goda Sandra lalu bersandar di bahu bidang suaminya. "Aku nggak mungkin main mata dibelakang, Sayang. Tenang aja,"
"Kamu itu cantik, menawan, mana mungkin nggak ada yang nemplok sama kamu. Belum lagi kamu jago main, bisa aja kan kamu main mata dibelakangku!" tuduh Tirta semakin membuat dada Sandra sesak. "Denger, ya. Aku udah kasih semuanya buat kamu. Kamu operasi putramu juga pake uangku, kan? Awas aja kalau kamu malah foya-foya sama laki-laki lain," ancam Tirta tanpa sebab yang jelas membuat Sandra merasa tuduhan ini kelewatan.
Sandra menyipitkan matanya bersiap untuk memaki Tirta. "Kok ngomong gitu?"
"Kenapa menatapku kayak gitu? Apa? Kamu mau marah sama aku? Mau aku minta kamu kembalikan uang yang kamu pakai buat operasi putramu?" ancam Tirta tapi Sandra mati kutu dibuatnya.
Sandra mulai sadar kalau jadi istri muda pria ini tidak akan semudah yang dibayangkan.
“Pokoknya besok pagi-pagi sekali kita pergi ke catatan sipil untuk nikah. Kalau enggak mau, aku akan minta kamu balikin uang naik gunungku yang kemarin,” ancam Tirta membuat Sandra mau muntah dibuatnya.
"Jadi kamu sungguh-sungguh?" Tiba-tiba Sandra merasa galau mendengar perkataan calon suami yang sudah memberikannya segalanya.Memang dia punya uang, tapi apakah pernikahan ini akan lebih baik dari pernikahan pertamanya?Sebenarnya pertanyaan itu yang paling besar saat ini dikepala Sandra, tapi dia tetap berusaha berbaik sangka meski dia tau dia akan jadi madu dalam pernikahan Tirta dan istrinya."Apa aku pelakor?" tanya Sandra sepanjang malam hingga matanya tidak kunjung terpejam. "Tapi aku butuh uang Tirta, tapi..." Galau itu semakin dalam dan Sandra sampai sesak membayangkan pernikahan keduanya.Tentu dia tidak mungkin membatalkannya mengingat uang Tirta sudah jadi penyembuh untuk putranya. Dia terus meyakinkan dirinya hingga pagi menjelang."Sayang," Suara melengking itu terdengar jelas. Tentu itu suara Tirta yang tidak sabar menarik tangan wanita yang sudah dia beri banyak uang menuju Kantor Catatan Sipil."Iya," Sandra melangkah menuju tempat Tirta berdiri lalu membuka pintu leb
Catatan sipil akhirnya meresmikan pernikahan Sandra dan Tirta kemudian semua pelayan yang jadi saksi pernikahan sederhana ini bersorak senang.Selamat!Sandra tersenyum simpul lalu melirik Tirta yang sejak tadi tidak memperlihatkan wajah seharusnya. Pria paruh baya itu lebih senang terlihat murung ketimbang tersenyum lepas seperti para pelayannya."Ada apa?" bisik Sandra lalu melemparkan senyum kepada Tirta."Tidak! Jangan tanya perasaanku. Aku baik-baik saja,"Sandra yang melihat sikap dingin suaminya kemudian mengangguk lalu melangkah lambat dibelakang CEO tua itu menuju booth tempat mereka akan mengambil gambar.Senyum!Aba-aba itu dilontarkan fotografer yang sudah siap mengabadikan moment manis yang akan dikenang Sandra selamanya."Nyonya, selamat," seru semua pelayan yang datang membawa seikat bunga berwarna merah jambu untuk pengantin baru ini."Terima kasih," Sandra menerimanya dengan senyum yang lebar sampai saat Donita mendekat ke arahnya dengan wajahnya yang sinis."Nyonya,
Donita lalu melangkah pulang dengan senyum yang lebar kemudian tiba di rumah sebelum langit hitam pekat. Dia kemudian bertemu dengan Cleo, putrinya dan mengatakan semua niatnya. "Jadi aku harus membuat Lexus merasa tidak nyaman di sekolah?" tanya Cleo memastikan tugasnya."Ya, itu yang aku mau. Buat anak miskin itu pergi jauh dari sekolahmu. Katakan juga pada semua orang kalau dia tidak pantas bersekolah di sana karena sekolah hanya untuk anak dari keluarga baik-baik."Cleo yang begitu senang kemudian melompat kegirangan. Memang sejak lama dia tidak pernah suka pada Lexus yang selalu datang ke sekolah dengan wajah yang lesu dan baju yang kumal.Dan seperti permintaan Donita, keesokan harinya Cleo memenuhi perintah ibunya. Dia berbisik-bisik pada beberapa teman perempuannya untuk bersiap mengolok-olok Lexus jika bocah malang ini masuk."Itu dia!" tunjuk Cleo lalu bersama gangnya mendekati Lexus yang baru saja masuk ke dalam halaman sekolah. "Hey, anak miskin!"Lexus yang sudah berjanj
"Tidak, Sayang," Sandra mendekati suaminya lalu meraih lehernya. "Tidak pernah aku membangkang. Aku akan menuruti semua permintaanmu,""Bagus, kalau begitu biarkan dokter memeriksamu,"Sandra lalu menuju tempat tidur dan dokter yang sudah bersiap segera mengambil beberapa sampel dari tubuh wanita yang baru dinikahi Tirta. Mereka mengambil sampel untuk pemeriksaan pap smear dan juga mengambil darah dari tangan Sandra untuk pemeriksaan yang lain.Meski merasa tidak nyaman dengan pemeriksaan ini tapi Sandra tidak punya pilihan. Dengan sabar dia membiarkan dokter mengambil semua yang mereka butuhkan lalu pergi setelah memastikan sampel dari tubuh Sandra sudah cukup.Setelah dokter dan perawat yang dipesan Tirta pergi, Sandra kemudian bangkit dari tempat tidurnya. Matanya kemudian melirik ke arah suaminya yang nampak masih saja belum sepenuhnya menerima posisinya sebagai istri mudanya."Apa aku sekarang boleh makan?" tanya Sandra saat matanya hanya melihat Tirta dengan wajahnya yang kesal.
Malam itu Tirta dan Sandra melepas kerinduan mereka. Tidak ada lagi kekhawatiran di tubuh Tirta untuk melakukan hubungan intimnya dengan wanita yang kini jadi istrinya. Dia terus melampiaskannya seperti saat pertama mereka bertemu hingga hari berganti.Sandra menerima saja setiap dengusan nafas Tirta yang perlahan mulai bisa membuatnya nyaman dan baru selesai setelah pria tua itu merebahkan tubuhnya di sampingnya."Sudah pagi," gumam Sandra membuka matanya hari itu."Ya, tapi sepertinya aku tidak akan pergi ke kantor. Aku akan minta asistenku datang untuk memberikan semua laporan yang aku butuhkan,"Senyum Sandra mengembang mendengar jawaban dari Tirta yang berarti dia akan seharian dengan pria tua ini. Diapun melangkah menuju kamar mandi dan membersihkan diri sendang suaminya masih terlelap hingga sarapan diantarkan pelayan ke kamar mereka.Tok!Tok!Sandra yang baru selesai mandi kemudian mengenakan kimono sutra yang dilipat rapi di dalam kamar mandi kemudian melangkah menuju pintu
Sandra yang mendengar perkataan pelayannya kemudian melangkah kembali ke kamar, saat memasuki kamar Tirta terlihat sedang menikmati sarapannya dengan begitu lahap.Pria tua ini sangat kelaparan karena telah menghabiskan waktunya dengan istri mudanya yang cantik dan tentunya sehat."Kamu mau minum?" tanya Sandra saat mendapati poci kaca di depan Tirta sudah kosong."Ya," jawab Tirta dan tanpa menunggu lama Sandra segera mengambilkan air minum untuk suaminya. Wajah Sandra terlihat begitu lega terlebih karena kini dia tau pelayan di rumah suaminya akan membelanya jika terjadi hal buruk padanya jika istri tua Tirta datang.Tirta meriah air minum yang dibawa Sandra kemudian menarik tangan wanita cantik itu hingga mendarat di pahanya. Dia lalu mengecup bibir Sandra yang rasanya seperti buah ceri sebelum akhirnya merambat turun ke leher wanita cantik ini."Kamu luar biasa," puji Tirta lalu memeluk tubuh Sandra yang tertawa ringan menikmati pelayan suaminya."Aku akan selalu luar biasa untukm
"Ma," panggil Lexus begitu Tirta meninggalkan ruangan tempat mereka berada. "Sepertinya dia tidak suka sama aku," Kepala bocah kecil itu menunduk cepat sedetik kemudian matanya mulai meneteskan air mata."Nak," Sandra segera mendekati putranya lalu memeluknya dengan lembut. "Jangan buru-buru menilai orang, Nak," bisik istri muda Tirta lalu mengecup keningnya. "Dia begitu karena dia belum kenal denganmu, Nak,"Lexus mengangguk pelan lalu lalu menghapus air matanya dengan ujung telunjuk. "Aku berharap dia mau memelukku atau paling tidak dia akan menyambutku dengan tawa,""Tidak," Sandra mengelus rambut putranya dengan lembut. "Tidak semua hal harus seperti yang kamu mau, Nak,"Melihat Lexus begitu sedih akan sambutan Tirta, mata Surti langsung menyipit. "Dasar pria kaya sombong," bisiknya.Sht!Sandra menoleh ke arah ibunya lalu menggelengkan kepalanya cepat. "Jangan sampia pria tua itu tau apa yang Ibu katakan,""Nak, kenapa dia seperti itu pada kita." Surti mulai berbisik membicarakan
"Wah!" Lexus memeluk lagi Tirta dengan hangat kali ini lebih erat dari yang awal dia lakukan. "Terima kasih, aku pasti sangat senang jika bisa menginap di sini, Tuan... Eh... Papa?""Hahahhaha!" tawa Tirta mengelegar membuat semua orang di ruangan itu ikut tertawa. Mereka melanjutkan pertemuan pertama Tirta dengan canda tawa sambil tentu menikmati semua makanan yang tersedia di meja yang sudah diantar pelayan sebelumnya.Sandra nampak begitu bahagia karena akhirnya Tirta yang dia kira akan sangat kuat menolak putranya akhirnya mau memberikan sedikit ruang di hatinya untuk putra kecilnya yang sempat sakit keras beberapa waktu yang lalu.Setelah puas guyon di ruangan mewah, Lexus dan Surti akhirnya dipersilahkan masuk ke dalam kamar mewah di sudut rumah yang luas. Tirta sengaja menyiapkan kamar dekat kolam renang untuk keduanya agar keesokan harinya bocah kecil itu bisa langsung nyebur dan bersenang-senang sampai siang hari.Kebetulan besok Lexus libur dan rasanya tidak ada kerjaan pen