"Jadi kamu sungguh-sungguh?" Tiba-tiba Sandra merasa galau mendengar perkataan calon suami yang sudah memberikannya segalanya.
Memang dia punya uang, tapi apakah pernikahan ini akan lebih baik dari pernikahan pertamanya?
Sebenarnya pertanyaan itu yang paling besar saat ini dikepala Sandra, tapi dia tetap berusaha berbaik sangka meski dia tau dia akan jadi madu dalam pernikahan Tirta dan istrinya.
"Apa aku pelakor?" tanya Sandra sepanjang malam hingga matanya tidak kunjung terpejam. "Tapi aku butuh uang Tirta, tapi..." Galau itu semakin dalam dan Sandra sampai sesak membayangkan pernikahan keduanya.
Tentu dia tidak mungkin membatalkannya mengingat uang Tirta sudah jadi penyembuh untuk putranya. Dia terus meyakinkan dirinya hingga pagi menjelang.
"Sayang," Suara melengking itu terdengar jelas. Tentu itu suara Tirta yang tidak sabar menarik tangan wanita yang sudah dia beri banyak uang menuju Kantor Catatan Sipil.
"Iya," Sandra melangkah menuju tempat Tirta berdiri lalu membuka pintu lebar-lebar. "Kamu sudah bangun?" tanya Sandra yang sadar ini baru jam 6 pagi setelah matanya melirik ke arah jam dinding yang terpajang begitu kokoh di lantai dasar.
"Ya, aku tau ini jam 6, tapi aku mau kamu didandani MUA pilihanku sebelum kita pergi ke Catatan Sipil,"
"MUA?" Kepala Sandra yang masih berat lalu mengangguk pelan. Dia lalu kembali ke tempat tidur untuk duduk di pinggirnya. Dia masih terlalu mengantuk karena memang selalu bangun siang hari saat Tirta nampak melambaikan tangan ke arah pelayannya yang berjalan bersama seorang wanita seusia Sandra menuju kamar pengantin.
"Apa kamu Sandra, ibunya Lexus?" bisik MUA itu yang tidak lain adalah Ibu dari teman putranya.
"Kamu," Sandra nampak bingung harus menjawab apa. Kalau dia jawab tidak, Tirta sedang ada di depannya. Sedang jika dia Ya, dia takut kalau MUA ini akan mengatakan pada semua orang kalau dia akan jadi istri muda seorang CEO tua bangka.
"Kamu kenal dia?" tanya Tirta sambil tersenyum sinis pada MUA pilihannya.
"Ya, Tuan. Ternyata istrimu adalah ibu dari temannya putraku," kekehnya dan Sandra hanya tertunduk karena tawa sinis itu.
"Kenapa aku harus bertemu orang yang aku kenal disaat seperti ini," kesal Sandra lalu menghembuskan nafasnya ke arah wajahnya.
"Kamu ternyata nikah sama Tuan Tirta," kekehnya lagi membuat Sandra merasa tidak nyaman dengan pertemuannya dengan MUA pilihan calon suaminya.
"Oh, ya, Aku Sandra," Wanita cantik itu mengulurkan tangannya dan terpaksa tersenyum kecut pada wanita sok kenal ini agar tidak semakin diintimidasi dengan tawanya yang begitu menyebalkan.
"Aku Donita. Ibunya Cleo. Kamu pasti kenal putriku,"
Cleo?
Mata Sandra sonta menyipit. Dia ingat anak perempuan yang namanya disebutkan barusan adalah anak yang senang sekali membully putranya. Lexus sampai pernah minta pindah sekolah karena anak perempuan menyebalkan itu tapi sayangnya Sandra yang tidak punya uang hanya bisa meminta putranya sabar karena hanya itu senjata untuk orang-orang tidak berduit seperti Sandra.
"Kau dandani dia. Aku mau dia terlihat cantik di foto pernikahan kami," pinta Tirta sebelum akhirnya memutar tubuhnya meninggalkan keduanya.
"Baik, tuan," ucap Donita lalu meletakkan sebuah tas make up besar di atas meja rias yang tidak jauh dari tempat tidur Sandra. "Tuan memintaku mendadanimu, kamu pasti berpikir pernikahan ini tidak akan diketahui banyak orang, kan?"
"Apa maksudmu?" ketus Sandra lalu melangkah mendekati meja rias dimana Donita sudah siap mewarnai wajahnya.
"Kamu ternyata wanita murahan, Sandra! Hahaha! Kamu pasti menikahi pria tua itu hanya karena uang, kan?"
Sandra meremas jemarinya, rasanya ingin sekali dia menghajar saja wania Donita yang begitu ringan menghinanya padahal dia tidak tau alasan pernikahan ini dia jalankan.
"Apa bisa kamu dandani saja aku, nggak usah banyak komentar!" kesal Sandra sambil memutar bola matanya ke arah Donita yang masih saja tersenyum sinis ke arahnya.
"Ok! Ayo kita mulai saja. Aku juga sudah tidak nyaman berada dekat dengan pelakor!" ketus Donita lalu mulai merias wajah cantik Sandra yang selama didandani terus saja memasang wajah tidak senangnya.
Satu persatu riasan dipoles ke wajah Sandra dan keahlian Donita yang begitu mahir tidak bisa diragukan lagi. Wajah Sandra nampak begitu cantik dengan lipstick pink membuat wajahnya nampak lebih muda 10 tahun. Dia seperti gadis beli namun sayang pria yang dia nikahi adalah pria tua bangka yang meski didandani dengan berkotak-kotak bedak tetap saja wajah tuanya tidak bisa disembunyikan.
Selepas berdandan, seorang pelayan pria segera masuk ke kamar untuk menjemput Sandra dan wanita cantik yang sudah mengenakan pakaian pengantinnya berjalan perlahan menuruni anak tangga rumah mewah Tirta.
Pria tua itu sudah menunggunya di lantai satu dan keduanyapun bersiap untuk pergi untuk mencatatkan pernikahan mereka.
"Nyonya," panggil pelayan pada Donita yang masih berdiri di depan pintu kamar Sandra. "Kami berterima kasih kamu mau mendandani pengantik Tuan Tirta. Karena kebaikan anda, kami akan persilahkan anda ikut dengan pelayan yang lain di mobil tamu untuk memastikan riasan Nyonya Sandra akan tetap bagus saat sesi foto."
"Oh, kalian akan mengajakku?" Senyum Donita mengembang.
"Ya, tentu. Silahkan sebelah sini."
"Bagus!" Donita tersenyum lebar. "Aku akan menjadikan sesi foto itu sebagai waktu yang tepat untuk mencari bukti agar semua tau siapa Sandra," kekehnya sambil melangkah bersama pelayan Tirta menuju mobil yang akan membawanya menjadi salah satu saksi pernikahan Sandra.
Catatan sipil akhirnya meresmikan pernikahan Sandra dan Tirta kemudian semua pelayan yang jadi saksi pernikahan sederhana ini bersorak senang.Selamat!Sandra tersenyum simpul lalu melirik Tirta yang sejak tadi tidak memperlihatkan wajah seharusnya. Pria paruh baya itu lebih senang terlihat murung ketimbang tersenyum lepas seperti para pelayannya."Ada apa?" bisik Sandra lalu melemparkan senyum kepada Tirta."Tidak! Jangan tanya perasaanku. Aku baik-baik saja,"Sandra yang melihat sikap dingin suaminya kemudian mengangguk lalu melangkah lambat dibelakang CEO tua itu menuju booth tempat mereka akan mengambil gambar.Senyum!Aba-aba itu dilontarkan fotografer yang sudah siap mengabadikan moment manis yang akan dikenang Sandra selamanya."Nyonya, selamat," seru semua pelayan yang datang membawa seikat bunga berwarna merah jambu untuk pengantin baru ini."Terima kasih," Sandra menerimanya dengan senyum yang lebar sampai saat Donita mendekat ke arahnya dengan wajahnya yang sinis."Nyonya,
Donita lalu melangkah pulang dengan senyum yang lebar kemudian tiba di rumah sebelum langit hitam pekat. Dia kemudian bertemu dengan Cleo, putrinya dan mengatakan semua niatnya. "Jadi aku harus membuat Lexus merasa tidak nyaman di sekolah?" tanya Cleo memastikan tugasnya."Ya, itu yang aku mau. Buat anak miskin itu pergi jauh dari sekolahmu. Katakan juga pada semua orang kalau dia tidak pantas bersekolah di sana karena sekolah hanya untuk anak dari keluarga baik-baik."Cleo yang begitu senang kemudian melompat kegirangan. Memang sejak lama dia tidak pernah suka pada Lexus yang selalu datang ke sekolah dengan wajah yang lesu dan baju yang kumal.Dan seperti permintaan Donita, keesokan harinya Cleo memenuhi perintah ibunya. Dia berbisik-bisik pada beberapa teman perempuannya untuk bersiap mengolok-olok Lexus jika bocah malang ini masuk."Itu dia!" tunjuk Cleo lalu bersama gangnya mendekati Lexus yang baru saja masuk ke dalam halaman sekolah. "Hey, anak miskin!"Lexus yang sudah berjanj
"Tidak, Sayang," Sandra mendekati suaminya lalu meraih lehernya. "Tidak pernah aku membangkang. Aku akan menuruti semua permintaanmu,""Bagus, kalau begitu biarkan dokter memeriksamu,"Sandra lalu menuju tempat tidur dan dokter yang sudah bersiap segera mengambil beberapa sampel dari tubuh wanita yang baru dinikahi Tirta. Mereka mengambil sampel untuk pemeriksaan pap smear dan juga mengambil darah dari tangan Sandra untuk pemeriksaan yang lain.Meski merasa tidak nyaman dengan pemeriksaan ini tapi Sandra tidak punya pilihan. Dengan sabar dia membiarkan dokter mengambil semua yang mereka butuhkan lalu pergi setelah memastikan sampel dari tubuh Sandra sudah cukup.Setelah dokter dan perawat yang dipesan Tirta pergi, Sandra kemudian bangkit dari tempat tidurnya. Matanya kemudian melirik ke arah suaminya yang nampak masih saja belum sepenuhnya menerima posisinya sebagai istri mudanya."Apa aku sekarang boleh makan?" tanya Sandra saat matanya hanya melihat Tirta dengan wajahnya yang kesal.
Malam itu Tirta dan Sandra melepas kerinduan mereka. Tidak ada lagi kekhawatiran di tubuh Tirta untuk melakukan hubungan intimnya dengan wanita yang kini jadi istrinya. Dia terus melampiaskannya seperti saat pertama mereka bertemu hingga hari berganti.Sandra menerima saja setiap dengusan nafas Tirta yang perlahan mulai bisa membuatnya nyaman dan baru selesai setelah pria tua itu merebahkan tubuhnya di sampingnya."Sudah pagi," gumam Sandra membuka matanya hari itu."Ya, tapi sepertinya aku tidak akan pergi ke kantor. Aku akan minta asistenku datang untuk memberikan semua laporan yang aku butuhkan,"Senyum Sandra mengembang mendengar jawaban dari Tirta yang berarti dia akan seharian dengan pria tua ini. Diapun melangkah menuju kamar mandi dan membersihkan diri sendang suaminya masih terlelap hingga sarapan diantarkan pelayan ke kamar mereka.Tok!Tok!Sandra yang baru selesai mandi kemudian mengenakan kimono sutra yang dilipat rapi di dalam kamar mandi kemudian melangkah menuju pintu
Sandra yang mendengar perkataan pelayannya kemudian melangkah kembali ke kamar, saat memasuki kamar Tirta terlihat sedang menikmati sarapannya dengan begitu lahap.Pria tua ini sangat kelaparan karena telah menghabiskan waktunya dengan istri mudanya yang cantik dan tentunya sehat."Kamu mau minum?" tanya Sandra saat mendapati poci kaca di depan Tirta sudah kosong."Ya," jawab Tirta dan tanpa menunggu lama Sandra segera mengambilkan air minum untuk suaminya. Wajah Sandra terlihat begitu lega terlebih karena kini dia tau pelayan di rumah suaminya akan membelanya jika terjadi hal buruk padanya jika istri tua Tirta datang.Tirta meriah air minum yang dibawa Sandra kemudian menarik tangan wanita cantik itu hingga mendarat di pahanya. Dia lalu mengecup bibir Sandra yang rasanya seperti buah ceri sebelum akhirnya merambat turun ke leher wanita cantik ini."Kamu luar biasa," puji Tirta lalu memeluk tubuh Sandra yang tertawa ringan menikmati pelayan suaminya."Aku akan selalu luar biasa untukm
"Ma," panggil Lexus begitu Tirta meninggalkan ruangan tempat mereka berada. "Sepertinya dia tidak suka sama aku," Kepala bocah kecil itu menunduk cepat sedetik kemudian matanya mulai meneteskan air mata."Nak," Sandra segera mendekati putranya lalu memeluknya dengan lembut. "Jangan buru-buru menilai orang, Nak," bisik istri muda Tirta lalu mengecup keningnya. "Dia begitu karena dia belum kenal denganmu, Nak,"Lexus mengangguk pelan lalu lalu menghapus air matanya dengan ujung telunjuk. "Aku berharap dia mau memelukku atau paling tidak dia akan menyambutku dengan tawa,""Tidak," Sandra mengelus rambut putranya dengan lembut. "Tidak semua hal harus seperti yang kamu mau, Nak,"Melihat Lexus begitu sedih akan sambutan Tirta, mata Surti langsung menyipit. "Dasar pria kaya sombong," bisiknya.Sht!Sandra menoleh ke arah ibunya lalu menggelengkan kepalanya cepat. "Jangan sampia pria tua itu tau apa yang Ibu katakan,""Nak, kenapa dia seperti itu pada kita." Surti mulai berbisik membicarakan
"Wah!" Lexus memeluk lagi Tirta dengan hangat kali ini lebih erat dari yang awal dia lakukan. "Terima kasih, aku pasti sangat senang jika bisa menginap di sini, Tuan... Eh... Papa?""Hahahhaha!" tawa Tirta mengelegar membuat semua orang di ruangan itu ikut tertawa. Mereka melanjutkan pertemuan pertama Tirta dengan canda tawa sambil tentu menikmati semua makanan yang tersedia di meja yang sudah diantar pelayan sebelumnya.Sandra nampak begitu bahagia karena akhirnya Tirta yang dia kira akan sangat kuat menolak putranya akhirnya mau memberikan sedikit ruang di hatinya untuk putra kecilnya yang sempat sakit keras beberapa waktu yang lalu.Setelah puas guyon di ruangan mewah, Lexus dan Surti akhirnya dipersilahkan masuk ke dalam kamar mewah di sudut rumah yang luas. Tirta sengaja menyiapkan kamar dekat kolam renang untuk keduanya agar keesokan harinya bocah kecil itu bisa langsung nyebur dan bersenang-senang sampai siang hari.Kebetulan besok Lexus libur dan rasanya tidak ada kerjaan pen
"Kenapa kamu marah? Memang dia bukan istri sahmu, kok. Istri sahmu cuma aku!" ketus Tina yang juga dipanggil Madam oleh pelayan di rumah ini."Kamu tau kenapa aku begitu membencimu?" tatap Tirta begitu marah pada istri pertamanya. "Kamu selalu saja dingin padaku dan tidak pernah menghargaiku!"Tina terdiam sesaat lalu melirik ke arah Surti yang masih saja melotot melihat sikapnya yang kasar. "Oh, jadi kamu mau membela anak perempuan miskin ini di depanku?" tanya Tina lalu meraih tangan Surti dengan kasar. "Apa hebatnya dia dibanding aku, Tirta!"Tirta meraih tangan Tina lalu melepaskan cengkraman tangan istri pertamanya dengan kuat. "Jangan sakiti dia!""Oh, jadi seperti itu kamu di depanku sekarang? Karena apa? Karena dia punya lubang yang lebih hangat?" kesal Tina membuat tangan Tirta ingin sekali menghempas wajah istri pertamanya tapi tidak. Dia meremas kembali jemarinya karena meskipun dia pria yang tidak mencintai istri pertamanya, tapi dia tidak boleh melakukan ini."Apa?" tanya
"Ya, semoga," ulang Tirta lalu tersenyum simpul pada Lexus. "Aku pamit dulu, aku ada kerjaan," Tirta langsung melepas pelukan bocah kecil itu kemudian melangkah meninggalkan ibu dan anak itu di ruangannya.Wajahnya masih datar saat dia tiba di depan pintu kayu yang cepat-cepat dia tutup kembali dengan cuping bibir yang dia tinggikan. "Aku benci anak kecil," tuturnya sambil melangkah cepat menuju ruang kerjanya.Saat itu, Sandra masih tidak tau kalau Tirta punya alergi pada anak kecil. Dia terus mengganggap kalau Tirta adalah pria baik seperti yang tampak selama ini. Wanita yang lama menjanda itu tetap yakin jika hidupnya akan sangat terjamin saat dia mempertahankan pernikahannya dengan Tirta meski sikap Tina, istri tuanya tadi pagi begitu kasar padanya.Di sudut rumah, Tirta nampak mendekat ke arah jendela kemudian membuka tirainya lebar. Dia lalu duduk di mengahadap jendela bertinggi 3 meter itu sambil menata ke halaman rumahnya yang malam itu sudah sepi.Tidak ada orang melintas di
Diam!Sandra berteriak sekencangnya lalu mendorong Tina kuat hingga wanita paruh baya itu hampir terjatuh ke lantai namun untungnya seorang pelayan yang ada di belakangnya berhasil menghalangi laju jatuhnya istri pertama Tirta.Aduh!Tina berhasil berdiri lalu mendekat ke arah Sandra yang memang secara usia masih jauh lebih kuat darinya. "Berani kamu sama aku!" teriak Tina membuat Tirta terpaku melihat wajah istri pertamanya yang penuh amarah. "Dasar wanita tidak tau malu!" "Heh!" Sandra bertolak pinggang lalu membusungkan dadanya seakan siap untuk menerkam wanita tua kasar ini. "Kamu boleh marah padaku, Nyonya. Tapi kamu harus ingat kalau aku juga istri resmi dari Tirta. Kami menikah secara tercatat dan tidak ada orang yang boleh meneriakiku dengan perkataan rendahan itu,""Apa?" Tina menoleh cepat ke arah Tirta dan menatap pria yang sudah menikahinya berpuluh tahun itu dengan penuh amarah. "Kamu menikahinya secara resmi?" tanya Tina masih belum mempercayai apa yang dikatakan oleh S
"Kenapa kamu marah? Memang dia bukan istri sahmu, kok. Istri sahmu cuma aku!" ketus Tina yang juga dipanggil Madam oleh pelayan di rumah ini."Kamu tau kenapa aku begitu membencimu?" tatap Tirta begitu marah pada istri pertamanya. "Kamu selalu saja dingin padaku dan tidak pernah menghargaiku!"Tina terdiam sesaat lalu melirik ke arah Surti yang masih saja melotot melihat sikapnya yang kasar. "Oh, jadi kamu mau membela anak perempuan miskin ini di depanku?" tanya Tina lalu meraih tangan Surti dengan kasar. "Apa hebatnya dia dibanding aku, Tirta!"Tirta meraih tangan Tina lalu melepaskan cengkraman tangan istri pertamanya dengan kuat. "Jangan sakiti dia!""Oh, jadi seperti itu kamu di depanku sekarang? Karena apa? Karena dia punya lubang yang lebih hangat?" kesal Tina membuat tangan Tirta ingin sekali menghempas wajah istri pertamanya tapi tidak. Dia meremas kembali jemarinya karena meskipun dia pria yang tidak mencintai istri pertamanya, tapi dia tidak boleh melakukan ini."Apa?" tanya
"Wah!" Lexus memeluk lagi Tirta dengan hangat kali ini lebih erat dari yang awal dia lakukan. "Terima kasih, aku pasti sangat senang jika bisa menginap di sini, Tuan... Eh... Papa?""Hahahhaha!" tawa Tirta mengelegar membuat semua orang di ruangan itu ikut tertawa. Mereka melanjutkan pertemuan pertama Tirta dengan canda tawa sambil tentu menikmati semua makanan yang tersedia di meja yang sudah diantar pelayan sebelumnya.Sandra nampak begitu bahagia karena akhirnya Tirta yang dia kira akan sangat kuat menolak putranya akhirnya mau memberikan sedikit ruang di hatinya untuk putra kecilnya yang sempat sakit keras beberapa waktu yang lalu.Setelah puas guyon di ruangan mewah, Lexus dan Surti akhirnya dipersilahkan masuk ke dalam kamar mewah di sudut rumah yang luas. Tirta sengaja menyiapkan kamar dekat kolam renang untuk keduanya agar keesokan harinya bocah kecil itu bisa langsung nyebur dan bersenang-senang sampai siang hari.Kebetulan besok Lexus libur dan rasanya tidak ada kerjaan pen
"Ma," panggil Lexus begitu Tirta meninggalkan ruangan tempat mereka berada. "Sepertinya dia tidak suka sama aku," Kepala bocah kecil itu menunduk cepat sedetik kemudian matanya mulai meneteskan air mata."Nak," Sandra segera mendekati putranya lalu memeluknya dengan lembut. "Jangan buru-buru menilai orang, Nak," bisik istri muda Tirta lalu mengecup keningnya. "Dia begitu karena dia belum kenal denganmu, Nak,"Lexus mengangguk pelan lalu lalu menghapus air matanya dengan ujung telunjuk. "Aku berharap dia mau memelukku atau paling tidak dia akan menyambutku dengan tawa,""Tidak," Sandra mengelus rambut putranya dengan lembut. "Tidak semua hal harus seperti yang kamu mau, Nak,"Melihat Lexus begitu sedih akan sambutan Tirta, mata Surti langsung menyipit. "Dasar pria kaya sombong," bisiknya.Sht!Sandra menoleh ke arah ibunya lalu menggelengkan kepalanya cepat. "Jangan sampia pria tua itu tau apa yang Ibu katakan,""Nak, kenapa dia seperti itu pada kita." Surti mulai berbisik membicarakan
Sandra yang mendengar perkataan pelayannya kemudian melangkah kembali ke kamar, saat memasuki kamar Tirta terlihat sedang menikmati sarapannya dengan begitu lahap.Pria tua ini sangat kelaparan karena telah menghabiskan waktunya dengan istri mudanya yang cantik dan tentunya sehat."Kamu mau minum?" tanya Sandra saat mendapati poci kaca di depan Tirta sudah kosong."Ya," jawab Tirta dan tanpa menunggu lama Sandra segera mengambilkan air minum untuk suaminya. Wajah Sandra terlihat begitu lega terlebih karena kini dia tau pelayan di rumah suaminya akan membelanya jika terjadi hal buruk padanya jika istri tua Tirta datang.Tirta meriah air minum yang dibawa Sandra kemudian menarik tangan wanita cantik itu hingga mendarat di pahanya. Dia lalu mengecup bibir Sandra yang rasanya seperti buah ceri sebelum akhirnya merambat turun ke leher wanita cantik ini."Kamu luar biasa," puji Tirta lalu memeluk tubuh Sandra yang tertawa ringan menikmati pelayan suaminya."Aku akan selalu luar biasa untukm
Malam itu Tirta dan Sandra melepas kerinduan mereka. Tidak ada lagi kekhawatiran di tubuh Tirta untuk melakukan hubungan intimnya dengan wanita yang kini jadi istrinya. Dia terus melampiaskannya seperti saat pertama mereka bertemu hingga hari berganti.Sandra menerima saja setiap dengusan nafas Tirta yang perlahan mulai bisa membuatnya nyaman dan baru selesai setelah pria tua itu merebahkan tubuhnya di sampingnya."Sudah pagi," gumam Sandra membuka matanya hari itu."Ya, tapi sepertinya aku tidak akan pergi ke kantor. Aku akan minta asistenku datang untuk memberikan semua laporan yang aku butuhkan,"Senyum Sandra mengembang mendengar jawaban dari Tirta yang berarti dia akan seharian dengan pria tua ini. Diapun melangkah menuju kamar mandi dan membersihkan diri sendang suaminya masih terlelap hingga sarapan diantarkan pelayan ke kamar mereka.Tok!Tok!Sandra yang baru selesai mandi kemudian mengenakan kimono sutra yang dilipat rapi di dalam kamar mandi kemudian melangkah menuju pintu
"Tidak, Sayang," Sandra mendekati suaminya lalu meraih lehernya. "Tidak pernah aku membangkang. Aku akan menuruti semua permintaanmu,""Bagus, kalau begitu biarkan dokter memeriksamu,"Sandra lalu menuju tempat tidur dan dokter yang sudah bersiap segera mengambil beberapa sampel dari tubuh wanita yang baru dinikahi Tirta. Mereka mengambil sampel untuk pemeriksaan pap smear dan juga mengambil darah dari tangan Sandra untuk pemeriksaan yang lain.Meski merasa tidak nyaman dengan pemeriksaan ini tapi Sandra tidak punya pilihan. Dengan sabar dia membiarkan dokter mengambil semua yang mereka butuhkan lalu pergi setelah memastikan sampel dari tubuh Sandra sudah cukup.Setelah dokter dan perawat yang dipesan Tirta pergi, Sandra kemudian bangkit dari tempat tidurnya. Matanya kemudian melirik ke arah suaminya yang nampak masih saja belum sepenuhnya menerima posisinya sebagai istri mudanya."Apa aku sekarang boleh makan?" tanya Sandra saat matanya hanya melihat Tirta dengan wajahnya yang kesal.
Donita lalu melangkah pulang dengan senyum yang lebar kemudian tiba di rumah sebelum langit hitam pekat. Dia kemudian bertemu dengan Cleo, putrinya dan mengatakan semua niatnya. "Jadi aku harus membuat Lexus merasa tidak nyaman di sekolah?" tanya Cleo memastikan tugasnya."Ya, itu yang aku mau. Buat anak miskin itu pergi jauh dari sekolahmu. Katakan juga pada semua orang kalau dia tidak pantas bersekolah di sana karena sekolah hanya untuk anak dari keluarga baik-baik."Cleo yang begitu senang kemudian melompat kegirangan. Memang sejak lama dia tidak pernah suka pada Lexus yang selalu datang ke sekolah dengan wajah yang lesu dan baju yang kumal.Dan seperti permintaan Donita, keesokan harinya Cleo memenuhi perintah ibunya. Dia berbisik-bisik pada beberapa teman perempuannya untuk bersiap mengolok-olok Lexus jika bocah malang ini masuk."Itu dia!" tunjuk Cleo lalu bersama gangnya mendekati Lexus yang baru saja masuk ke dalam halaman sekolah. "Hey, anak miskin!"Lexus yang sudah berjanj