“Jadi kamu pergi ke sini tanpa berpamitan pada Kakek?” Ratu menyoal setelah Rezan menuntaskan ceritanya tentang apa yang terjadi dua hari lalu.
“Mm, mungkin Kakek tidak ingin melihat wajah saya lagi.”
“Harusnya kamu datangi Kakek, meminta maaf pada dia karena sudah berkata kasar. Apa pun alasannya, tidak pantas seorang cucu bersikap lancang begitu pada kakeknya sendiri, Mas.”
“Sayang, dia nyaris memisahkan kita, dia mau mencelakaimu, bagaimana bisa kamu masih membelanya? Apa kamu tidak membencinya?”
“Aku marah dan kecewa pada sikap Kakek tapi aku tidak akan pernah membencinya. Apa pun yang Kakek lakukan di masa lalu biarlah itu menjadi pelajaran untukku menjadi orang yang lebih baik lagi. Kamu tahu, apa alasanku menyembunyikan fakta ini darimu?”
“Apa?”
“Aku tidak ingin kamu merasa dikhianati lagi, itu pasti akan sangat menyakitkan untukmu. Aku ingin mengubah persep
Tubuh Ratu menegang, oh Tuhan, seseorang memeluknya dari belakang. Orang itu mengambil alih ponsel dari tangan Ratu lalu mengatakan, “Sudah dulu ya, Nay, ada sesuatu yang harus kakak selesaikan dengan kakakmu,” kata Rezan. Di seberang sana Nayla hanya mengiyakan sambil terkekeh lucu. Panggilan mereka pun terputus. Ratu menggigit bibir bawahnya—gugup, kemudian ia berusaha mengusir perasaan itu dengan bersikap biasa seolah tak terjadi apa-apa. “Mas kapan bangun? Ngagetin aku aja sih untung barusan HP aku enggak jatuh.” “Iya, saya bangun terus mencari-cari istri saya yang tidak ada di ranjang. Saya pikir dia pergi ke mana, ternyata ... sedang membuka aib suaminya pada adiknya toh.” “Eh, aib apa? aku enggak bongkar aib apa-apa kok!” “Itu tadi ngomongin apa?”
Kisah cinta istri manja dan dokter garang tak selalu berjalan mulus. Restu sang kakek masih menjadi polemik yang membelenggu rumah tangga mereka. Kebahagiaan keluarga kecil Rezan dan Ratu menjadi tidak genap dan sempurna. Suatu hari, datang kabar jika Dermawan sakit parah. Ia meminta Rezan untuk kembali ke Indonesia. Rezan memenuhi permintaan itu namun setelahnya ia menyesal, karena keputusan pulang itu ternyata membawa prahara baru dan mengancam keutuhan rumah tangganya dan Ratu. Lantas bagaimana dokter garang dan istri manja ini akan menghadapi ujian demi ujian yang menimpa rumah tangga mereka? Siapkah mereka saling bertahan di tengah semesta yang berguncang ingin memisahkan? Kuatkah cinta mereka menghalau godaan orang ketiga yang gencar? *** Saksikan kisah serunya di work ini yaaa. Sesuai spoiler yang aku sebar, akhirnya setelah melewati pemikiran yang cukup panjang aku putuskan untuk melanjutkan kisah istri manja dan dokter garang ini. Denga
Rezan dan teman-teman dokternya berjalan memasuki lift, mereka baru selesai melakukan operasi penting terhadap orang paling penting di kota ini. pasien sempat kritis, kemungkinan selamat hanya tinggal 10% lagi. Denyut jantungnya bahkan sempat berhenti, Rezan dan tim langsung melakukan berbagai penanganan dengan hati waswas namun mereka dipaksa tetap tenang. Setelah detik-detik menegangkan berlalu, mereka bisa mengela napas sedikit lega. Operasi dilanjutkan dan berhasil dilaksanakan dengan baik. Rezan menjadi bintang bersinar yang tak henti menuai pujian. “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika operasi tadi gagal. Mungkinkah kita semua akan diusir dari kota ini?” ucap salah seorang pria kaukasoid berkacamata. Terlihat gurat letih di matanya, menandakan betapa menguras energinya momen operasi yang beberapa saat lalu dia lakukan. “Bukan hanya diusir tapi mungkin kita akan dipenjara juga karena telah dianggap mal praktik. Kau tidak lihat tadi ada berapa ajudan
Suasana dalam mobil terlalu hening untuk penghuni tiga orang. Apalagi ada Ratu dan Reyandra yang biasanya akan ceriwis sepanjang jalan tanpa henti. Membicarakan apa saja yang bisa memicu perdebatan, candaan, dan tawa lebar. Tapi kali ini berbeda, Ratu terus memalingkan wajahnya ke arah jendela. Menyaksikan langit yang beranjak menggelap. Lampu-lampu yang mulai dinyalakan dan orang-orang yang berhamburan keluar dari berbagai tempat. Ini jam pulang kerja, suasana dan pemandangan khas yang selalu mereka dapati setiap harinya. “Rey kenapa diam saja?” akhirnya Rezan membuka obrolan setelah sepuluh menit menguji ketahanan istri dan putranya. “Ley malah sama Papa,” jawab Rey sedikit menyentak, ekspresinya masih cemberut. Cara bicaranya cadel, sampai usianya empat tahun dia
“Yeee, Papa sayang Mama, ya?”“Sayang dong.”“Sama Leyan sayang?”“Lebih sayang.”“Oh, lebih sayang anaknya daripada istrinya?” sindir Ratu judes sekali.“Syukurlah, masih bisa bicara ternyata. Kupikir kamu sudah jadi patung tadi,” balas Rezan menggoda.“Ih!” Ratu memukul keras lengan atas suaminya dan hal itu sontak memicu respons Reyandra.“Mama jangan pukul Papa!”“Ah, Rey tangan Papa sakit. Bagaimana ini?” canda Rezan terus mengusili istrinya. Dia ingin sang putra berpihak padanya.“Jangan percaya Rey, Papamu cuma pura-pura!”“Tidak, Papa beneran sakit, tuh lihat, tangan Papa merah.”Rezan menarik lengan kemejanya ke bagian yang tadi ditampar sang istri, memang ada bekas merah yang kontras dengan warna putih kulit pria itu.“Mama nakal. Papa sakit halus d
Pagi itu Ratu bangun lebih dulu saat sinar matahari tepat menyibak gorden di kamarnya. Ia masih mengenakan pakaian tidur yang semalam membuat Rezan semakin tergila-gila padanya. Benar saja, hadiah aniversarry pernikahan mereka diberikan di kamar itu. Sebuah kalung berlian seharga puluhan juta dollar dan romansa malam yang begitu menyenangkan bagi keduanya.Memasuki tahun kelima ini mereka memang masih terlihat mesra seperti pasangan yang baru menikah. Entah kondisi ini normal atau hanya dialami oleh pernikahan Rezan dan Ratu saja, yang jelas mereka bersyukur masih saling mencintai di tahun pernikahan yang kata orang-orang rawan.Mereka bukan pasangan sempurna, beberapa kesalahpahaman pernah terjadi. Cekcok sampai tak bertegur sapa pun pernah dialami. Apakah mereka berakhir dengan saling membenci dan menyalahkan? Bagusnya tidak, mereka sadar betul bahwa emosi itu hanya sementara.Perkara siapa yang memicu api pertengkaran lebih dulu, itu tidaklah penting bagi ked
“Morning Mas,” sapa Ratu ketika sang suami membuka mata dengan sempurna.Rezan tersenyum tipis, ia beringsut maju dan mengecup kening istrinya.“Tumben masih di kasur, biasanya jam segini aku sudah dianaktirikan. Memangnya lelaki idamanmu belum bangun?” sindir Rezan.Ada beberapa momen di mana Rezan cemburu pada putranya sendiri karena perhatian Ratu pada Reyan seperti mengalahkan perhatian wanita itu pada suaminya. Ratu terkadang heran, kenapa suaminya memiliki sifat semacam itu. Dia baru tahu fakta tersebut di tahun kedua pernikahan mereka. Saat pertumbuhan Reyandra sedang lucu-lucunya, Rezan seperti tersudut ke sisi yang sukar Ratu sentuh.Nayla bahkan tidak percaya ketika sang kakak bercerita sisi Rezan yang sering cemburu pada Rey. Bayangkan saja, seorang Rezandra Mahadewa, dokter yang dikenal sebagai pangeran es batu—yang cueknya bukan main—ternyata kalau sudah bucin kelakuannya melebihi anak remaja. Semu
“Mama ... Papa ...”Suara si kecil terdengar, pintu yang memang tidak dikunci terbuka karena anak itu. ia mengucek matanya dan berdiri di ambang pintu. Rezan dan Ratu kompak duduk di atas ranjang.“Wah, anak Mama sudah bangun, sini sayang!”Rey berjalan ke arah ranjang orang tuanya, ia berusaha naik namun kesulitan karena ranjang itu terlalu tinggi untuknya. Rezan tersenyum geli, ia kemudian menghampiri sang putra dan memangkunya ke atas ranjang.“Tumben jagoan Papa tidak teriak-teriak setelah bangun,” goda Rezan sambil memeluk Rey dalam pangkuannya.“Kata Papa anak laki-laki tidak boleh lewel jadi Ley enggak mau teliak-teliak lagi.”“Ih, pintarnya anak Mama.”“Iya dong Ley emang pintel.” Sifat Ratu mengalir deras dalam DNA Rey untuk yang satu ini—terlalu percaya diri.“Coba kalau Rey beneran pinter, ikuti kata-kata Papa ya.”&ldquo
"Ayo dong, mana suara tepuk tangannya? Kok sepi sekali, ini bukan pemakaman, kan?" ujar wanita itu lagi.Kali ini tepuk tangan menggema di setiap penjuru ruangan. Para wartawan bahkan sampai gagal fokus karena tindakansavageRatu barusan."Teman-teman wartawan, kalian jangan bingung, ya. Tadi itu kalian semua kena prank dari kakek Dermawan. Dia sengaja mengumumkan suamiku mau bertunangan dengan Caralyn untuk memberi kejutan pada kalian semua dan juga masyarakat di luar sana. Seperti yang sudah kalian lihat, Caralyn ini adalah gadis baik yang bisa menerima pasangan apa adanya. Usia tak menghalangi cinta mereka, Caralyn sudah mantap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius bersama kakek Dermawan. Mari kita doakan semoga cinta mereka abadi selamanya, amin.""Aminnn," koor seluruh tamu yang datang sembari bertepuk tangan meriah."Woahh ... RATU ANAYASA, LO YANG TERBAIK!" teriak Surya di tempatnya sambil tepuk tangan keras-keras.
Seperti dugaan Rezan, kejanggalan sikap Dermawan pada akhirnya membawa prahara baru yang seharusnya tak pernah muncul dalam kehidupan rumah tangga pria itu. Caralyn, apa maksudnya semua ini? Kenapa pula tiba-tiba saja perempuan itu muncul di depannya. Lantas dikenalkan sebagai calon istri kedua Rezandra Mahadewa di depan seluruh tamu undangan yang hadir ke pesta ulang tahun Derma Group.Ratu bahkan sampai tak mengedip mendengar pengumuman itu. Rezan menatap nyalang kakeknya dengan rahang mengeras. Tidak pernah mereka duga, acara keluarga yang semula diprediksi akan berjalan dengan baik dan lancar justru berlangsung dengan penuh kejutan begini."Oh-My-God!Itu aki-aki t
Masih di hari yang sama pasca Rezan dan Ratu sukses bermesraan di kamar tanpa gangguan Reyandra, siangnya kediaman keluarga Dermawan kedatangan tamu yang cukup mengejutkan seisi rumah. Terutama Rezan dan Ratu, mereka tidak pernah menyangka momen mencengangkan ini akan menimpa mereka. Tak sedikit pun terbersit di kepala keduanya bahwa Dermawan kenal baik dengan kakek Caralyn. Ya, dokter cantik yang mendambakan suami Ratu itu ternyata cucu dari kenalan Dermawan. Seorang pengusaha perusahaan minyak bumi yang cukup terkenal di Timur Tengah sana.Kakek Caralyn sedang melakukan perjalanan bisnis ke Indonesia, dia mendapat kabar bahwa kawan lamanya sedang tidak sehat makanya dia datang untuk menjenguk. Rezan tidak tahu kalau kakeknya sudah mengatur janji dengan kakek Caralyn sejak pria tua itu masih di rumah sakit. Pikiran buruk Rezan terhadap sang kakek kembali menggeliat. Meskipun berdasarkan keterangan Caralyn dia datang ke sana tanpa disengaja namun tetap saja terasa janggal bag
Ratu baru merasakan indahnya penerimaan setelah penolakan panjang yang Dermawan lakukan. Pasca hari itu, segala sesuatunya membaik tanpa ia sangka. Sikap Dermawan pada Ratu sangat baik, bahkan mereka sangat akrab belakangan ini. Ya, tidak terasa hampir satu bulan sudah Rezan dan keluarga kecilnya berada di Jakarta. Cuti yang semula dijadwalkan hanya dua pekan, terpaksa diperpanjang atas permintaan Ratu. Kebetulan Rezan belum pernah menggunakan jatah cutinya sama sekali sehingga ia bisa mengambil cuti panjang kali ini.Kondisi kakek Dermawan pun berangsur membaik, operasinya berjalan lancar dan dia sudah kembali ke rumah sejak pekan lalu setelah hampir sebulan penuh menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Selain menghabiskan waktu dengan keluarga suaminya, tak lupa Ratu pun meluangkan waktu untuk bertemu dengan Nayla, Geva, Genaya, dan Surya tentu saja. kurang lengkap rasanya kalau Ratu tidak bertemu dengan kawan gilanya, yang sekarang sudah agak sedikit waras. Masi
Ratu keluar dari ruang perawatan Dermawan dengan mata mengerjap beberapa kali. Perempuan itu tampak seperti orang bingung, Rezan yang sejak tadi harap-harap cemas lantas menghampiri sang istri. Dia menduga kakeknya kembali bicara yang tidak-tidak hingga membuat Ratu seperti itu."Kamu tidak apa-apa?" tanya Rezan cemas, dia sudah bertekad untuk kembali memboyong keluarganya ke New York. Negara ini memang sudah tidak cocok untuk keluarganya."Mas, aku mimpi enggak, sih?" tanya Ratu masih setengah sadar.Sontak kebingungan berpindah pada Rezan."Kakek berbicara hal yang buruk lagi padamu?"Ratu menggeleng sambil berujar, "Dia menerimaku, Mas."Ratu masih tidak percaya pada ucapannya sendiri. Rezan terkejut namun masih ingin menunggu kelanjutan cerita sang istri.Beberapa waktu lalu ..."Permisi Kek, ini aku,"
Rasanya seperti terkurung dalam ruangan yang menyatukan dua musuh bebuyutan. Keheningan yang tercipta terasa kian mencekam ketika hanya bunyi alat medis saja yang terdengar di sana. Sejak lima menit lalu Rezan diberi kesempatan untuk menghadap kakeknya lebih dulu. Tentu saja itu ide Sesilia, dalang di balik semua rencana konyol ini.Dermawan memperhatikan cucunya dari ranjang sambil berbaring. Rezan semakin tampan, tetap gagah dan berwibawa seperti biasanya. Tidak salah memang, darah Dermawan mengalir deras dalam diri Rezandra Mahadewa. Dia berhak menjadi pimpinan Derma Group, sayangnya pria itu tidak menyimpan ketertarikan pada dunia bisnis.Jauh di lubuk hati pria tua itu, dia sangat merindukan Rezan, ingin kembali akrab dan bercengkerama dengan hangat bersama sang cucu seperti dulu. Namun Rezan terlihat masih sangat marah padanya. Dia bahkan tak mengucapkan sepatah kata pun sejak memasuki ruang rawat kakeknya.“Sampai kapan kamu akan mendiamkan kakek se
Perdebatan panjang sudah dilalui, menghasilkan satu keputusan yang tak pernah Rezan sangka akan ia ambil. Pria itu dan keluarga kecilnya sudah tiba di Indonesia. Disambut hangat oleh Sesilia, Nayla, dan keluarga yang lain. Setelah mendapat penyambutan yang cukup spesial di bandara, Sesilia tidak langsung mengajak Rezan dan Ratu ke rumah sakit. Berdasarkan penjelasan wanita itu, kakek Dermawan sudah berhasil melewati masa kritisnya. Jadi mereka bisa menjenguk kakek Dermawan nanti. Kediaman megah Dermawan, tempat itulah yang dituju oleh Rezan sekarang. Di sana dia disambut dengan senyuman dan pelukan hangat Restu—sang ayah. Orang tua itu tak henti menciumi pipi Reyandra, cucu yang selama ini hanya bisa dia lihat via panggilan video, akhirnya kini sudah bisa dipeluk langsung. “Kakek jangan cium-cium telus, Leyan geli tahuuu,” protes anak itu cemberut, tak ayal semua orang tertawa karenanya. “Kakek rindu kamu, Sayang, wajar dong kalau kakek cium pipi kamu kayak t
“Mas, tolong dengarkan aku dulu, kita harus pulang malam ini juga,” bujuk Ratu, berusaha meyakinkan suaminya tentang semua rencana yang sudah dia atur.“Kamu tidak bisa seperti ini, Ratu, aku tidak mau pulang ke Indonesia. Bagaimana dengan pekerjaanku di sini?” keras Rezan.Sebenarnya dia tidak begitu memikirkan pekerjaan, yang menjadi pertimbangan utama pria itu adalah perasaan sang istri saat menghadap keluarganya nanti atau lebih tepatnya ketika menghadap Dermawan. Lagi pula Rezan tidak yakin kalau Dermawan benar-benar kritis. Bisa saja berita sakitnya Dermawan adalah skenario yang disusun Sesilia dan kakeknya agar Rezan luluh dan mau pulang. Ingat, Dermawan adalah orang berkuasa yang bisa melakukan apa pun yang dia mau. Berkaca pada pengalaman itu, wajar kalau Rezan meragukan kondisi kakeknya saat ini.“Aku sudah menghubungi atasanmu perkara masalah cuti ini, hanya sebentar Mas. Lagi pula kepala medik juga mengizinkan kamu untuk
Keesokan harinya, Sesilia memasuki ruangan pribadi kakek Dermawan. Pria tua itu memang menjalani perawatan di rumah saja dengan cara memanggil dokter ahli ke rumahnya setiap tiga kali seminggu. Kondisi kesehatan Dermawan memang menurun drastis seperti yang dikabarkan Sesilia kemarin pada adiknya. Dia sangat ingin bertemu dengan cucu dan cicit terkasihnya yang kini tinggal jauh dari jangkauannya. Namun, masih sulit bagi pria tua itu untuk menerima Ratu. Baginya, perempuan itulah yang telah menghancurkan keharmonisan hubungannya dengan Rezan.“Bagaimana Sesilia, apa sudah ada jawaban dari adikmu?”“Dia masih belum menyerah, Kek, entahlah aku harus membujuknya sampai kapan agar dia mau pulang dan menjenguk Kakek.”“Mungkin Kakek harus mati dulu baru dia akan berkunjung ke sini. Kakek sudah tidak punya apa-apa, memangnya salah kalau Kakek ingin bertemu dengan cucu dan cicit kesayangan Kakek?”Sesilia mengela napas berat, ia