Saat Boldman tahu orang yang dimaksud adalah Toby, dia menahan napasnya tanpa sadar. Bagai tersambar petir di siang bolong ketika melihat sosok Toby. Dia tidak menyangka orangnya sendiri bisa-bisanya mencari perkara dengan Pak Toby.“Kamu yang seharusnya nggak punya mata!” sahut Boldman dengan dingin.Lelaki kekar tersebut tampak kebingungan. Sebenarnya siapa yang telah mengusik siapa? Kenapa Boldman bisa tiba-tiba marah besar dengannya? Lelaki itu menggaruk kepalanya tidak mengerti.“Dia adalah Pak Toby, temannya Pak Matthias. Bisa-bisanya kamu bilang dia nggak punya mata?! Kamu bosan hidup?!” kata Boldman dengan lantang. Jelas sekali kalau dia ingin memutuskan hubungan dengan lelaki kekar itu saat ini.Saat lelaki kekar tadi menyadari apa yang sedang terjadi sekarang, dia hanya bisa menarik napas dalam-dalam dan sulit mempercayainya.“Hah?” Lelaki kekar tadi tercengang. Sampai detik ini dia masih enggan mempercayai apa yang terjadi. Kalau dia tahu kehebatan Toby yang sebenarnya, dia
Orang-orang tersebut tampak kebingungan dan kesakitan. Kalau sedari awal tahu siapa Toby yang sebenarnya, mereka juga tidak akan memilih untuk mengusik lelaki itu. Sekarang mereka semua merasa luar biasa menyesal.Namun mereka juga tidak ada pilihan lain dan hanya bisa menerima pukulan saja.Saat Toby melihat keadaan orang-orang tersebut, dia hanya diam dan tidak menunjukkan reaksi apa pun. Memang mereka pantas menerimanya karena ulah mereka sendiri.“Pergilah!” kata Toby pada mereka semua.Mendengar ucapan Toby tadi membuat lelaki kekar tersebut melonjak girang dalam hati. Dengan cepat dia mengucapkan terima kasih pada Toby. Kalau misalnya Toby memutuskan untuk memperpanjang masalah ini, maka mereka semua pasti akan habis!Toby sendiri juga tidak ada pemikiran untuk berurusan dengan mereka. Lebih baik dia membiarkan orang-orang tersebut pergi. Selain itu dia masih memiliki urusan penting lainnya untuk dibereskan. Dia memanggil Boldman dan bertanya, “Ada apa dengan Matthias akhir-akhir
Toby dan Boldman memesan tiket pesawat menuju Jindo. Saat mereka tiba di kota tersebut, dia menghubungi Matthias. Lelaki itu terdengar cukup terkejut ketika mengetahui kabar tersebut. Dia tercengang dalam waktu beberapa detik.Matthias menyebutkan tempat untuk mereka bertemu. Saat dia melihat Toby, dia mengira lelaki itu tidak mengetahui apa yang sudah terjadi. Matthias memutuskan untuk berpura-pura bodoh dan berkata,“Pak Toby, kebetulan sekali Bapak juga datang liburan ke sini.”“Kamu jangan berpura-pura lagi denganku. Boldman sudah kasih tahu aku,” kata Toby.Saat Matthias mendengar kalimat tersebut, sudut bibirnya berkedut dan melirik ke arah Boldman untuk meminta penjelasan. Boldman yang menyadari hal itu hanya menggaruk kepalanya bingung harus melakukan apa.“Pak Matthias, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa. Pak Toby memaksa untuk datang dan aku nggak bisa menahannya,” kata Boldman sambil memaksakan seulas tawa.Matthias sendiri tahu jelas apa yang sedang dipikirkan oleh Boldman
Matthias tidak menyangka kalau ternyata Toby memiliki keberanian yang begitu besar. Dia begitu berani merebut orang di saat mereka berada di daerah kekuasaan milik warga Jindo. Sejujurnya Matthias cukup kagum dengan keberanian yang dimiliki oleh Toby.Dia tahu dengan jelas seberapa besar kemampuan kelompok di Jindo. Tidak akan gunanya meski mereka memanggil bantuan dari segala penjuru.“Pak Toby, terlalu bahaya kalau kita melakukan hal itu,” kata Matthias.Setelah mendengar ide Toby tadi, Matthias merasa lebih baik dia tetap mengumpulkan uang untuk mendapatkan putrinya kembali. Toby yang mengetahui pemikiran Matthias tersebut hanya berkata,“Meski cara ini sedikit berbahaya, percaya padaku kalau aku memiliki kemampuan untuk membuktikan ucapanku. Kamu tenang saja.”“Pak Toby, apakah benar?” tanya Matthias dengan antusias. Kalau memang seperti apa yang Toby katakan, maka tentu saja jauh lebih baik lagi.Matthias percaya kalau Toby akan memberikan keajaiban pada dirinya. Kalau lelaki itu
“Kalau ada apa-apa dengan putriku, aku akan membuat kalian menderita!” ujar Matthias dengan nada dingin.Lelaki itu tidak sedang bercanda dengan ketua kelompok Jindo. Yang dia katakan tadi merupakan janjinya. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada putrinya, dia tidak akan mengampuni orang-orang di depannya ini.Ucapan Matthias membuat mereka sedikit merinding. Mereka semua sedikit terkejut dan ketakutan ketika mendengar ucapan lelaki itu. Beberapa detik mereka tercenung dan tidak tahu harus berkata apa.“Tenang saja, putrimu baik-baiks aja,” ujar ketua kelompok itu.“Aku melakukannya demi uang dan nggak akan melakukan hal bodoh lainnya,” lanjut lelaki itu lagi.Matthias menghela napas lega ketika mendengar ucapan lelaki itu. Ketua kelompok tersebut bertanya, “Sekarang uangnya di mana?”“Semuanya ada di dalam sini,” jawab Matthias sambil mengeluarkan sebuah kartu bank.Tatapan ketua kelompok tersebut tertuju pada kartu yang ada di atas meja. Jantungnya berdegup kencang karena tidak menyan
Matthias tertawa mendengar pertanyaan lelaki itu. Dia melayangkan tatapan tajam pada orang di depannya. Di saat seperti ini lelaki itu masih berani mengucapkan kalimat seperti itu dengannya? Keberanian dari mana yang dia dapatkan?Menurut Matthias, pemimpin Jindo tersebut yang mencari penyakit untuk dirinya sendiri. Dia berkata dengan sorot dingin pada pemimpin Jindo, “Jangan salahkan aku.”Emosinya tersulut dalam seketika. Lelaki itu mengeluarkan ponselnya dan langsung menghubungi seseorang.“Matthias, ini permintaan kamu sendiri! Di sini adalah tempat kekuasaanku! Kalau kamu mau melawanku, aku akan membuatmu nggak bisa meninggalkan Jindo!” kata pemimpin Jindo dengan nada mengancam.Matthias sendiri terlihat tenang mendengar ucapan lelaki itu. Dia sudah mempersiapkan semua kemungkinan ketika bertemu dengan pemimpin Jindo. Meski dia tidak bisa meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup, setidaknya dia tidak merasa ada penyesalan.Pemimpin Jindo bingung melihat gerak gerik Matthias. Di
Toby berhasil menghindar dan berkata, “Ternyata kemampuan kalian hanya segini saja? Nggak ada apa-apanya. Aku pikir kalian sehebat apa.”Ekspresi para prajurit itu berubah keruh setelah mendengar ucapan Toby. Lelaki itu sudah menginjak-injak harga diri mereka semua. Mereka mulai menyerang Toby yang terlihat tidak panik dan gusar. Lelaki itu hanya tertawa miring dan membalas para prajurit itu.“Hahaha, kalian sendiri yang minta untuk dipukul!” kata Toby.Para prajurit tersebut terlihat kebingungan karena tidak sanggup melumpuhkan Toby. Tidak ada satu pun yang menyangka akan begitu sulit menghadapi lelaki itu.“Hei, sepertinya kami terlalu memandangmu remeh. Tapi kamu jangan terlalu sombong karena kamu nggak akan bisa kabur!” kata pemimpin tersebut pada Toby. Meski dalam keadaan ketakutan, lelaki itu masih tetap tidak lupa untuk melayangkan kalimat sombong.Toby sendiri terlihat biasa saja dan menatap orang-orang di depannya dengan alis sebelah terangkat. Dia tahu kalau dia akan kehilang
Namun Toby sendiri juga tidak ada pilihan lain. Karena pemimpin ini sangat ingin berhadapan dengannya, maka dia hanya bisa menemani lelaki itu untuk bermain bersama.“Ok, aku tahu kamu nggak akan semudah itu melepaskan orang lain. Tapi kamu juga jangan lupa, kalau kamu nggak melepaskannya, kamu juga nggak akan bisa keluar dari sini,” sahut Toby.“Kemungkinan kamu juga nggak bisa keluar dari sini,” balas pemimpin itu.“Kalau gitu kita coba bertaruh. Aku bahkan sudah mempertaruhkan nyawaku sendiri, jadi aku juga nggak akan peduli dengan apa yang kamu katakan,” ujar Toby sambil tersenyum.Senyuman mengerikan milik Toby tadi tidak luput dari pandangan sang pemimpin. Dia meneguk air liurnya tanpa sadar. Kalau dia memutuskan untuk tetap melawan Toby, maka dia pasti tidak akan menang melawannya. Oleh karena itu, dia harus mencari cara untuk menolak lelaki itu.“Nggak! Aku nggak akan menyetujuimu,” sahut pemimpin Jindo dengan emosi.“Kalau begitu, jangan salahkan aku yang nggak akan sungkan! K