Blake terkejut. Dia mulai takut. Dia tahu siapa Toby. Kalau dia diminta pergi dan berbicara dengan Toby, bukannya ini namanya mendorongnya ke lubang jebakan?“Ini terlalu berisiko,” Blake menolak tanpa sadar. Sekarang ini, Toby pasti ingin membunuh dirinya. Jika dia mengambil risiko seperti itu saat ini, maka dia pasti mati.First King meliriknya dengan dingin, dan pada saat yang sama, Dragon King juga memaksanya. Blake menarik napas dalam-dalam dan tercengang di tempat. Dia memijat dahinya dan merasa sangat kesal.“Oke, aku akan pergi.” Blake tahu bahwa jika dia tidak menyetujui hal ini, dia pasti akan mengalami hal yang sama seperti Fifth King Dragon. Jadi, terpaksa menyetujuinya dengan tidak berdaya.Sementara di sisi lain ….Toby membawa Helena dan yang lainnya pulang. Dia tahu bahwa Spectra mulai mengawasinya. Bisa dibilang, mereka menganggapnya sebagai ancaman.Di saat seperti ini, Toby semakin perlu bersikap tenang. Dia tahu bahwa masalah hari ini harus diselesaikan. Kalau tidak
Di kawasan kumuh Distrik A.Seorang pria berpenampilan seperti pengemis sedang memungut sampah untuk mencari nafkah. Jika ada yang melihatnya, orang itu pasti akan mengenali orang tersebut sebagai William Zook.Pada saat ini, William tidak lagi memiliki tampang arogan seperti sebelumnya, melainkan terlihat sangat menyedihkan. Hal ini membuat orang menghela napas karena simpati.William merasa pahit di dalam hati. Dia adalah orang yang berada di samping Dragon Queen dulu. Namun, siapa yang menyangka dia bisa terjerumus ke situasi seperti ini sekarang. Kalau dibandingkan dengan kehidupannya yang sebelumnya, kehidupan yang sekarang membuatnya sangat menyesal. Kalau masih ada kesempatan, dia pasti berharap untuk bisa memulai dari awal.Namun, dia hanya bisa menyesal sekarang. Dia punya banyak pemikiran dan ide, tetapi tidak ingin mengeluarkannya sekarang. Dia hanya merasa semua ini sangat berbeda dengan yang dia bayangkan.Saat ini, sekelompok orang berjalan menuju William. Ketika William
“Kamu tahu salah? Baguslah kalau tahu salah.” Para preman berbadan besar itu akhirnya mengulurkan tangan.William menggertakkan gigi, akhirnya menyerahkan uang yang diperolehnya dari memungut sampah. Uang kertasnya memang terdiri dari banyak pecahan, tapi kalau totalkan, jumlahnya bisa mencapai 400 ribu.Raut muka para preman itu berubah masam. Mereka berkata dengan dingin, “Apa ini? Uang yang kamu dapatkan dari memungut sampah hari ini cuma segini?”William mengangguk kuat dan berkata, “Iya. Aku juga nggak bisa apa-apa. Aku hanya punya segini.”“Jangan banyak beralasan, deh. Kamu pikir aku nggak tahu apa yang kamu pikirkan? Aku beri tahu, ya. Di mataku, kamu hanyalah sampah.” Salah satu preman berkata dengan senyum menghina, “Biasanya kamu bisa mendapatkan 600 ribu setiap harinya. Jujur, apa kamu diam-diam menyembunyikannya?”Sudut mulut William sedikit berkedut, dan dia menjawab dengan lemah, “Aku benar-benar nggak menyembunyikannya. Ini benar-benar semua pendapatanku hari ini.”Pemi
Mendengar itu, wajah William langsung memerah. Pria ini terlalu menindasnya, jelas sekali sedang mempermalukannya.Dia memandang Toby dengan sangat jengkel, berpikir bahwa pria itu sudah keterlaluan.Namun, dia tiba-tiba berubah pikiran. Setidaknya, Toby bisa menolongnya sekarang. Dia jadi tidak paham dengan situasi ini sekarang. Dia tidak tahu Toby sedang menolongnya atau mencari masalah dengannya.Tidak peduli apa bagaimanapun dia memikirkannya, dia merasa tidak ada yang menguntungkan baginya.Melihat ada orang yang berani melawan mereka, para preman itu tidak bisa menahan amarah mereka. Mereka pikir, otak Toby pasti sedang tidak berfungsi.Mereka tidak tahu dari mana Toby mendapat keberanian untuk maju dan melindungi William. Bukankah ini namanya mencari masalah untuk diri sendiri?Mereka merasa pasti ada yang tidak beres dengan otak Toby.William tidak peduli lagi. Mati di tangan Toby setidaknya jauh lebih baik daripada dipukuli sampai mati. Dia memeluk paha Toby lagi dan berkata,
William tahu betapa kuatnya Toby. Harus diketahui, empat master di Wieland saja bukan lawan Toby. Ditambah lagi, dia pernah membayar banyak juara tinju yang semuanya kalah melawan Toby. Apalagi preman-preman ini? Namun, meskipun dia tahu Toby sangat kuat, dia tetap tercengang melihatnya.Toby telah memberi orang-orang itu satu kesempatan, tetapi mereka tidak menggunakannya dengan baik. Dia juga tidak banyak omong kosong lagi dan langsung menyerang.Setiap pukulannya jauh lebih ganas dari sebelumnya, membuat orang-orang itu tidak berdaya.Dalam beberapa saat, semua preman itu tergeletak di tanah. Mereka berteriak tanpa henti. Mereka tidak lagi bersikap arogan seperti sebelumnya. Mereka sangat menyesal sekarang.Melihat tampang orang-orang itu, Toby juga malas banyak perhitungan dengan mereka. Dia tahu mereka juga cukup hebat, jadi karena itu, dia akan meladeni mereka.Segera setelah itu, para preman itu dipukuli Toby sampai babak belur. Mereka sama sekali bukan lawan Toby.Kepala prema
Preman berbadan besar itu rasanya ingin menangis. Situasi macam apa ini? Logika Toby terlalu aneh. Jadi, pria itu boleh menindas William, tapi dirinya tidak?DIa juga tidak bisa berkata apa-apa, hanya bisa mendengar teguran itu dalam diam.“Pergilah,” ujar Toby datar.Mendengar itu, kepala preman itu bukannya marah, tetapi malah merasa lega. Baginya, dia kalau bisa ingin sekali meninggalkan tempat ini sesegera mungkin.Kalau dia bisa pergi, maka itu sangat bagus. Dia pun mengangguk kuat dan membungkuk pada Toby, lalu cepat-cepat kabur.Toby geleng-geleng kepala melihat kepala preman tu. Dia tidak banyak bicara. Ketika situasinya sudah sampai seperti ini, dia mau lihat preman itu akan menggunakan cara apa lagi untuk melawannya nanti.Namun, dia juga tahu siapa preman itu. Kalau preman itu ingin melawannya, maka bisa dibilang pria itu terlalu naif.Setelah itu, Toby pun menoleh ke arah William. Melihat tatapan Toby, William tanpa sadar langsung terlihat panik. Sebenarnya, dia masih ada t
“Pak Toby, apa Bapak cuma makan ini?” tanya William bingung.Toby tersenyum dingin dan berkata, “Kenapa? Kamu meremehkanku?”William langsung terdiam di tempat. Dia tidak menyangka Toby akan mengatakan itu tiba-tiba. Dia buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, “Pak Toby, jangan ngomong begitu. Aku nggak berani.”“Baguslah kalau kamu nggak berani. Kalau kamu berani meremehkanku, aku akan memberi pelajaran padamu.” Toby mendengus.William menyeka keringat dinginnya dan tidak ingin memikirkannya. Dia juga tahu Toby orangnya seperti apa.Dia sebenarnya sangat tidak mengerti. Toby begitu kaya, tapi mengapa datang ke sini untuk makan BBQ?Setelah semua pesanan dihidangkan, Toby tersenyum dan berkata, “Sudah boleh dimakan. Mau pesan bir, nggak?”“Boleh, boleh.” William juga tidak sungkan-sungkan lagi. Dia sudah berhari-hari tidak makan makanan yang enak. Jadi, ketika melihat BBQ, dia jadi sangat bersemangat.Setelah makan dengan puas, dia menepuk perutnya dan bertanya, “Pak Toby, katakan
“Kamu tanya aku. Aku tanya siapa? Yang penting, kunci Spectra ini ada di tangan siapa sekarang? Kamu harus mencari tahu hal ini untukku. Kalau kamu nggak tahu, aku nggak akan melepaskanmu begitu saja.” Toby melirik William dengan marah.William juga jadi pusing. Dia merasa tidak berdaya. Dia juga ingin membantu Toby, tapi dia benar-benar tidak tahu apa-apa sekarang.William tanpa sadar berkata, “Pak Toby, jangan khawatir. Aku tahu apa yang Bapak pikirkan. Jangan marah.”Toby memberi kesempatan dan waktu pada William untuk berpikir.Akhirnya, William berkata, “Pak Toby, aku tahu. Kunci Spectra ini mungkin masih ada di dalam Spectra. Tapi, aku juga nggak tahu ada dengan siapa.”“Kalau begitu, apa kamu pernah melihat kunci itu?” tanya Toby, tapi begitu pertanyaan itu keluar dari mulutnya, dia langsung tahu bahwa pertanyaan itu sia-sia.Sebelumnya, dia pernah memalsukan kunci Spectra untuk menipu William, dan pria itu tetap mencurinya. Itu artinya William juga belum pernah melihat kunci Sp