Toby tertegun mendengar ucapan sang sekretaris. Kalau bukan dia mendengarnya secara langsung, dirinya tidak akan percaya bahwa Lindsey telah berinisiatif untuk berdamai.Pria itu menggosok-gosokkan telinganya, untuk memastikan bahwa semua ini nyata dan telinganya itu tidak salah dengar. Namun ketika dia melihat tatapan mata yang licik milik sekretaris, Toby langsung mengerti akan semua hal ini.Sepertinya mereka mempunyai maksud yang tersembunyi, kalau tidak, mana mungkin Lindsey bisa mengatakan hal yang begitu tidak masuk akal.Toby menyipitkan matanya, seolah ingin melihat isi pikiran lawan bicaranya ini.Sang sekretaris yang menyadari tatapan Toby ini, buru-buru mengalihkan pandangannya. Bulu kuduknya terasa berdiri seketika, entah bagaimana dirinya mempunyai suatu firasat yang buruk.Toby yang merasakan adanya kepalsuan di balik gerak-gerik sekretaris Lindsey ini, langsung tersenyum kecil dan berkata, “Oke, sekarang kita jalan.”Sang sekretaris sempat terpaku selama beberapa saat.
“Pak Toby, apa kabar.” Begitu melihat Toby, mereka berdua langsung maju dan menjulurkan tangan untuk bersalaman.“Kita sudah begitu lama saling kenal, untuk apa lagi menanyakan kabar? Bisa dikatakan hubungan kita nggak bertengkar maka kita nggak akan saling kenal.”Raut wajah Lindsey langsung terlihat sangat canggung. Kalimat Toby barusan benar-benar tepat mengena di hatinya, membuatnya ingin membunuh Toby secepat mungkin.Ucapan ini seperti menjadi pengingat bagi Lindsey untuk segera membalaskan dendamnya dengan Toby, karena ucapan Toby yang barusan seolah sedang mengingatkan Lindsey kembali dengan setiap kekalahannya.Namun Lindsey berusaha untuk menahan amarahnya. Bagaimanapun juga, Toby pasti tidak akan bisa lolos dari jebakannya kali ini. Pria itu menggertakkan giginya dan menoleh ke arah Toby, seolah ingin memakan Toby hidup-hidup.Toby hanya tertawa melihat sikap Lindsey ini. Sudah seperti ini, dia masih saja terus bermimpi di siang bolong.“Ayo, silakan,” ujar Toby sambil terta
Toby memberikan tatapan yang aneh kepada Lindsey. Separuh hatinya, mempercayai ucapan Lindsey ini, namun dia juga tidak menyangka bahwa Lindsey dapat berpikir seperti itu.Lindsey menggosok-gosok kedua tangannya dan bertanya, “Pak Toby, bagaimana menurutmu?”Pertanyaan Lindsey ini membuat Toby harus berpikir dengan saksama.Ketika Toby sedang lengah, Lindsey diam-diam mengeluarkan sebuah tombol merah dan langsung menekan tombol itu.Toby yang menyadari gerak-gerik Lindsey, langsung berdiri dari kursinya.Tiba-tiba saja, lantai keras di bawah kaki Toby berubah menjadi udara kosong, dan benda-benda di sekitarnya menghilang.Secepat apa pun reaksi Toby, tetap tidak bisa menahan dirinya untuk jatuh ke bawah.Setelah melihat Toby menghilang, Weston dan Lindsey langsung tersenyum dengan puas.“HAHAHA! Mampus sudah anak ini!” Tidak bisa dibayangkan betapa senangnya Lindsey setelah berhasil menyingkirkan batu besar ini. Dia sama sekali tidak menyangka, bahwa rencananya akan berjalan begitu mul
Jantung Lindsey seperti mencelus ke bawah perutnya. Kalau sampai Toby masih belum mati, maka ini akan menjadi bencana baginya.Dia mendelik ke arah sekretarisnya, menyuruh sekretaris mengecek kondisi Toby.Sang sekretaris hanya bisa menelan air liurnya, dia lalu mengumpulkan keberanian dan pergi ke dasar lubang. Sesampainya di dasar lubang yang gelap, sang sekretaris mencoba untuk menyalakan lampu senter di tangannya. Namun belum sempat lampu senter itu menyala, tiba-tiba sebuah tangan yang kuat sudah meraih dirinya.Sementara di atas, Lindsey melihat punggung Toby keluar dari dalam lubang, sambil menyeret sekretarisnya. Kedua kaki Lindsey pun langsung bergetar hebat, seribu pertanyaan mengapa terus keluar di dalam benaknya.Sebenarnya apa yang terjadi di sini? Pada dasarnya, semua orang yang jatuh dari sini pasti akan langsung mati. Apalagi ketinggian tempat ini sampai dasar lubang ada sekitar 30 meter lebih! Tetapi, kenapa Toby bahkan tidak terluka sedikit pun?“Kenapa kamu nggak ke
Toby berangsur-angsur kehilangan kesabaran untuk menghadapi Lindsey. Sudah di saat-saat seperti ini, orang itu masih saja berpikir dengan begitu polos.Tadi Lindsey ingin membunuhnya. Sekarang kalau dia bersikap lembut pada Lindsey, itu sama saja Toby kejam terhadap dirinya sendiri.Toby harus bersikap kejam dalam berurusan dengan orang yang berubah-ubah seperti Lindsey.Lindsey mengira ada gunanya dia memohon belas kasihan. Akan tetapi, sorot mata Toby membuatnya semakin merasa tidak percaya diri. Lindsey buru-buru mulai mengeluarkan kartu terakhir yang dia miliki. “Toby, kalau kamu bunuh aku, ayahku, Seventh King Dragon, pasti nggak akan melepaskan kamu begitu saja.”“Memangnya kenapa kalau ayahmu Seventh King Dragon? Eight King Dragon sekalipun juga tetap mati di tanganku.” Toby tersenyum tipis. Bisa-bisanya Lindsey menggunakan kalimat itu untuk menakut-nakuti dirinya. Cara berpikir Lindsey cukup sederhana.Lindsey menelan ludah. Di dalam hatinya dia sudah sangat ketakutan, tidak ta
“Kamu juga nggak perlu setakut itu sama aku. Kita berteman sekarang. Selama kamu nggak melakukan hal yang merugikan aku, maka aku nggak akan melukaimu,” ujar Toby dengan santai.Toby ingin menarik Weston ke sisinya. Karena dia telah menampar Weston tadi, maka sekarang dia harus pria itu sedikit keuntungan.Pada saat ini, dia menambahkan satu kalimat lagi.“Kalau kamu bekerja sama dengan baik, aku jamin kamu juga akan mendapatkan posisi di Spectra.”Tentu saja, Toby bukanlah First King, juga bukan Dragon Queen. Dia tidak memiliki hak seperti itu. Akan tetapi, dia adalah Pemuda Spectra. Bagaimanapun, status ini masih ditempatkan di sini.Oleh karena itu, Toby tidak terlalu terkejut dengan hasil akhir seperti ini.Begitu Weston mendengar ucapan Toby, dia langsung mengangguk sambil berkata pada Toby, “Pak Toby, terima kasih Pak Toby.”Tidak perlu dijelaskan lagi betapa bahagianya Weston sekarang. Dia sama sekali tidak menyangka kebahagiaan akan datang padanya dengan begitu tiba-tiba. Seand
Helena sendiri tidak marah. Sebenarnya kalimat itu adalah apa yang ingin dia ucapkan, tapi tersimpan di dalam hatinya. Kalau bukan karena memberi muka, dia pasti sudah mengatakannya.“Maaf, telah membuatmu melihat hal konyol.” Helena menatap Houston sambil tersenyum. Kemudian, dia pura-pura memelototi Tella.Houston menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu mengibaskan tangannya dan berkata, “Tidak masalah, Bu Helena. Ini hal yang sangat wajar. Bu Helena, tolong jangan dimasukkan dalam hati. Aku hanya bercanda.”Helena tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia tahu apa yang dipikirkan pria itu. Oleh karena itu, dia segera berkata, “Pak Houston, aku juga nggak membicarakan hal lain lagi. Sebaiknya kita bicarakan baik-baik soal pekerjaan saja.”Houston tahu kalau dia tidak akan bisa minum dengan Helena. Dalam kondisi tak berdaya, dia mau tidak mau harus memesan sebotol minuman untuk Helena dan yang lainnya.“Bu Helena, sekretaris di sampingmu ini siapanya kamu, sih?” tanya Houston dengan penas
Houston mengira Helena dan yang lainnya baru akan menyadarinya nanti. Namun yang mengejutkannya adalah Helena dan yang lainnya telah menyadarinya sekarang.Kalau bukan karena melihat dengan matanya sendiri, dia bahkan tidak percaya benar seperti itu. Dia mengira semua yang ada di depannya ini jauh di luar imajinasinya.Houston merasa sedikit bersalah. Dia menatap Helena sambil berpura-pura kebingungan, lalu berkata, “Aku nggak begitu mengerti maksud kamu apa.”Ketika Helena melihat sampai detik ini Houston masih saja berpura-pura tidak mengerti, seketika dia menganggap pria itu terlalu munafik.Kemudian, Tella juga mulai menyadari apa yang terjadi. Dia pernah menjadi pembunuh wanita sebelumnya. Oleh karena itu, dia tahu betul apa yang menyebabkan situasi saat ini.“Ternyata kamu sekeji ini.” Tella hendak menyerang Houston, tapi dia malah mendapati tubuhnya lemas tak bertenaga, hampir tidak bisa bergerak.Begitu Houston melihat Tella tidak bisa melakukan apa-apa, pria itu langsung terta