Cahaya mentari menerobos jendela kamar Sofia, pun dengan sinarnya yang menerpa wajah cantik wanita yang sebentar lagi akan menyandang status sebagai janda itu. Sofia menggeliat pelan, ia meregangkan otot-otot tubuhnya yang sedikit terasa kaku. Sofia masih belum shalat, ia masih menjalani masa-masa nifasnya. Sofia melirik jam dinding, masih pukul setengah enam pagi. Hari ini adalah jadwal persidangan terakhir di pengadilan setelah sebelumnya Sofia tak pernah menghadiri sidang itu. Hari ini wanita ayu itu memutuskan untuk menghadirinya karena ingin memastikan jika pernikahannya bersama Eril akan segera berakhir. Sofia tak sabar untuk segera lepas dari Eril. Ia sudah tak ingin memiliki hubungan apa-apa lagi dengan pria yang tak bertanggung jawab itu. Sofia mengambil handuk kimononya, ia melakukan ritual mandinya. Setelah selesai membersihkan diri, Sofia mengambil dress selutut yang diberikan oleh Hartanto semalam. Dress berwarna Hijau mint itu dibeli dibutik ternama oleh sang kakek.
Intan menjalani pagi seperti biasanya, Ia mengantarkan kedua anaknya ke rumah Bu Laksmi. Setelah itu ia pergi ke kantor, semalam Intan sudah mewanti-wanti Dicky untuk membahas hutang sang ayah agar ditanggung bersama Mega. Intan tak suka jika hutang sang ayah mertua dibebankan semua pada Dicky. Lagi pula Intan dan kedua anaknya adalah prioritas Dicky. Dicky tak boleh mengabaikan itu. Intan telah sampai di kantornya. Ia menatap sinis mobil mini Cooper milik Vebby yang terparkir. Hatinya kembali memanas. Otaknya berpikir bagaimana caranya ia membujuk Dicky agar memberikan izin menjual mobil lamanya dan memberikan mobil yang sama persis dengan mobil milik Vebby? Intan sangat mengidamkannya. Apalagi malam ia bermimpi mengendarai mobil berukuran mini itu. "Pagi, Tan!" sapa Vebby sok akrab. Namun bukan senyuman yang intan berikan, wanita itu memutar kedua bola matanya. Ia lalu berjalan melalui Vebby begitu saja. Moodnya berantakan saat melihat mobil mini Cooper tadi. Intan memasuki
Eril sedang di rumah ibunya, menyampaikan maksud tujuannya untuk pindah ke rumah Bu Laksmi lagi. Bu Laksmi pun dengan senang hati menerima anak ketiga dan menantu kesayangannya itu untuk tinggal di rumahnya."Tapi jangan lupa ya, Ril? Sewa rumah kamu semuanya full milik ibu," ucap Bu Laksmi dengan raut wajah senang. Pasalnya pundi-pundi uangnya akan bertambah."Iya, Bu. Ibu tenang aja!" Eril langsung menyetujui karena ia tidak bisa menolak permintaan ibunya."Baguslah kalau Lily pindah ke sini, ibu jadi ada temennya. Kan kamu tau kalau Dafa pulang, Mega juga bakal pulang ke rumahnya. Kadang ibu kesepian," ucap Bu Laksmi yang membayangkan dirinya akan klop dengan Lily."Iya, Bu. Syukurlah kalau ibu senang," beban di hati Eril kini menghilang. Sebelumnya Eril memang takut sang ibu menolaknya untuk membawa Lily pindah ke rumah. Akan tetapi, Bu Laksmi malah senang. Sangat terbalik kala dulu Eril meminta izin membawa Sofia untuk tinggal di sana. Bu Laksmi menolak dengan mentah-mentah. Ia
Reynard melepaskan pakaian hijau khusus operasi yang masih menempel di tubuhnya. Hari ini ia baru saja menyelesaikan operasi Caesar. Ia membersihkan diri dari mengganti pakaiannya. Kini Reynard sedang beristirahat di dalam ruangannya. Satu jam lagi pria tampan itu dijadwalkan untuk membuka poliklinik di rumah sakit itu. Sorenya pun ia mempunyai jadwal untuk melakukan visit ke ruangan ibu yang pasca melahirkan dengan tindak operasi Caesar eracs. Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Reynard membuka pintu dan melihat Paula sedang berdiri di hadapannya dengan senyum yang mengembang. Paula terlihat sangat cantik hari ini. Sepertinya ia mempersiapkan pertemuan ini dengan sangat baik. "Paula?" Reynard memaksakan senyumnya, walaupun ia merasa tak nyaman dengan kehadiran dokter itu. "Rey, aku bawain ini buat kamu!" Paula menyerahkan kotak bekal makan siang di hadapan dokter tampan itu. "Terima kasih, Paula. Ngerepotin banget, Pau!" Reynard menerimanya dengan kikuk. Beberapa kal
Sofia merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya yang berukuran king size. Ia menatap langit-langit kamar. Teringat kejadian tadi saat pertemuannya dengan Reynard. Mantan kekasihnya itu selalu saja membuat jantungnya berdebar. Tanpa Sofia sadari, bibirnya menyunggingkan senyuman. Entah mengapa perasaannya sangat berbunga saat bertemu dengan dokter berkharisma itu. Perasaan yang dulu pernah padam seakan bermekaran kembali.Sofia pun mengingat kejadian tadi saat Lily datang dan mengganggu kebersamaan dirinya dengan Reynard. Beruntung di sana Reynard dan Sofia tidak menanggapi kehadiran Lily hingga wanita itu dibuat malu sendiri dan akhirnya pergi. Sofia membuka ponselnya yang sudah ia ganti menjadi logo apel tergigit yang sedang hits. Wanita itu menatap ponselnya. Berharap seseorang menghubunginya. Ah, Sofia jadi malu sendiri dibuatnya, ia menepuk pipinya pelan. Sofia bagai ABG yang baru kasmaran saja. Sofia bangun dari posisi tidurannya. Ia berjalan ke arah balkon. Sofia menghirup udara
Lily menatap tespack yang ada di tangannya dengan mata berbinar. Ia menatap garis dua di benda pipih itu dengan penuh kebahagiaan. Lily sangat gembira karena dirinya akan segera menjadi ibu. Lily tidak sabar ingin menerapkan parenting yang akhir-akhir ini begitu viral di media sosial."Aku harus kasih tahu Eril!" Gumamnya seraya senyumnya masih mengembang sempurna di bibirnya."Er?" Lily keluar dari kamar mandi dan mencari suaminya."Ke mana sih dia?" Lily mengedarkan pandangannya ke segala arah. Mencari sosok suami yang sedari tadi sedang sibuk packing untuk kepindahan mereka ke rumah Bu Laksmi. "Rupanya kamu di kamar!' Lily tersenyum setelah menemukan Eril di kamar tamu. Wanita itu menyembunyikan tespack di belakang punggungnya. Ingin memberikan suprise seperti di video-video reels milik selebriti."Aku dari tadi di sini, Ly. Membereskan barang yang ada di sini," Eril membawa sandal rumah miliknya dari kamar tamu itu."Er, bisa kamu berhenti dulu?" Lily menyuruh dengan wajah serius
Eril dan Lily sampai di rumah Bu Laksmi. Keduanya kemudian masuk ke dalam rumah yang akan menjadi hunian baru mereka. Bu Laksmi pun sedang duduk dengan anggun di sofa ruang tamu menunggu kehadiran putra dan menantunya."Bu?" Sapa Eril ketika dirinya masuk ke dalam rumah."Kalian sudah datang?" Tanya Bu Laksmi dengan wajah suka citanya."Iya, Bu. Eril izinin masukin barang ya, Bu?" Eril menyalami tangan ibunya di ikuti oleh Lily."Iya, Nak. Eh Lily, mantu ibu makin cantik aja!" Puji Bu Laksmi pada wanita yang memang ia idamkan untuk menikahi putranya. Eril langsung duduk di sofa yang berhadapan dengan Bu Laksmi. "Iya dong, Bu. Apalagi di perut Lily ini ada cucu ibu," beri tahu Lily yang membuat Bu Laksmi terkejut."Cucu ibu? Maksudnya kamu lagi hamil?" Tanya Bu Laksmi dengan senang."Iya, Benar, Bu. Sekarang udah masuk delapan minggu. Doakan supaya kandungan Lily selalu sehat ya, Bu?" Lily meminta doa."Tentu saja, Sayang. Ibu selalu mendoakan yang terbaik buat kalian berdua. Syukurla
Delia baru saja sampai di hotel tempatnya menginap. Kali ini rute penerbangan Delia dan Daffa adalah London, Inggris. Delia kini berada di balkon hotel, ia menatap takjub dengan suasana kota London yang seakan tak pernah tertidur. Kota itu selalu ramai dengan turis lokal maupun mancanegara. Apalagi kota ini memasuki musim salju. Salju pertama menitik dengan intensitas ringan. Delia mengeratkan sweaternya, permulaan musim dingin namun ia sudah merasakan tubuhnya seperti membeku. Delia cukup lelah karena penerbangan kali ini cukup menguras tenaganya. Ingin rasanya ia berendam di bathtub dengan air hangat dan beberapa tetesan aromaterapi. Rasanya pasti akan sangat menyenangkan. Tiba-tiba saja sebuah lengan kekar memeluknya dari belakang membuyarkan angannya, Delia tersenyum saat menatap lengan itu. Ya, lengan itu adalah lengan Daffa. Pria yang berstatus sebagai suami Mega, adik iparnya. Mereka memang kini selalu terbang bersama karena Daffa selalu meminta diatur terbang bersama Delia.