Lily menatap tespack yang ada di tangannya dengan mata berbinar. Ia menatap garis dua di benda pipih itu dengan penuh kebahagiaan. Lily sangat gembira karena dirinya akan segera menjadi ibu. Lily tidak sabar ingin menerapkan parenting yang akhir-akhir ini begitu viral di media sosial."Aku harus kasih tahu Eril!" Gumamnya seraya senyumnya masih mengembang sempurna di bibirnya."Er?" Lily keluar dari kamar mandi dan mencari suaminya."Ke mana sih dia?" Lily mengedarkan pandangannya ke segala arah. Mencari sosok suami yang sedari tadi sedang sibuk packing untuk kepindahan mereka ke rumah Bu Laksmi. "Rupanya kamu di kamar!' Lily tersenyum setelah menemukan Eril di kamar tamu. Wanita itu menyembunyikan tespack di belakang punggungnya. Ingin memberikan suprise seperti di video-video reels milik selebriti."Aku dari tadi di sini, Ly. Membereskan barang yang ada di sini," Eril membawa sandal rumah miliknya dari kamar tamu itu."Er, bisa kamu berhenti dulu?" Lily menyuruh dengan wajah serius
Eril dan Lily sampai di rumah Bu Laksmi. Keduanya kemudian masuk ke dalam rumah yang akan menjadi hunian baru mereka. Bu Laksmi pun sedang duduk dengan anggun di sofa ruang tamu menunggu kehadiran putra dan menantunya."Bu?" Sapa Eril ketika dirinya masuk ke dalam rumah."Kalian sudah datang?" Tanya Bu Laksmi dengan wajah suka citanya."Iya, Bu. Eril izinin masukin barang ya, Bu?" Eril menyalami tangan ibunya di ikuti oleh Lily."Iya, Nak. Eh Lily, mantu ibu makin cantik aja!" Puji Bu Laksmi pada wanita yang memang ia idamkan untuk menikahi putranya. Eril langsung duduk di sofa yang berhadapan dengan Bu Laksmi. "Iya dong, Bu. Apalagi di perut Lily ini ada cucu ibu," beri tahu Lily yang membuat Bu Laksmi terkejut."Cucu ibu? Maksudnya kamu lagi hamil?" Tanya Bu Laksmi dengan senang."Iya, Benar, Bu. Sekarang udah masuk delapan minggu. Doakan supaya kandungan Lily selalu sehat ya, Bu?" Lily meminta doa."Tentu saja, Sayang. Ibu selalu mendoakan yang terbaik buat kalian berdua. Syukurla
Delia baru saja sampai di hotel tempatnya menginap. Kali ini rute penerbangan Delia dan Daffa adalah London, Inggris. Delia kini berada di balkon hotel, ia menatap takjub dengan suasana kota London yang seakan tak pernah tertidur. Kota itu selalu ramai dengan turis lokal maupun mancanegara. Apalagi kota ini memasuki musim salju. Salju pertama menitik dengan intensitas ringan. Delia mengeratkan sweaternya, permulaan musim dingin namun ia sudah merasakan tubuhnya seperti membeku. Delia cukup lelah karena penerbangan kali ini cukup menguras tenaganya. Ingin rasanya ia berendam di bathtub dengan air hangat dan beberapa tetesan aromaterapi. Rasanya pasti akan sangat menyenangkan. Tiba-tiba saja sebuah lengan kekar memeluknya dari belakang membuyarkan angannya, Delia tersenyum saat menatap lengan itu. Ya, lengan itu adalah lengan Daffa. Pria yang berstatus sebagai suami Mega, adik iparnya. Mereka memang kini selalu terbang bersama karena Daffa selalu meminta diatur terbang bersama Delia.
Mega baru saja mengecek rumah mewahnya yang ditinggalinya bersama Daffa. Ia tak merasa curiga dengan suaminya karena Daffa begitu sering mengabarinya. Daffa memang pria yang pintar. Ia sangat lihat dalam menutupi perselingkuhannya. Bahkan Daffa mengirimkan beberapa barang dari luar negeri dan mengirimnya dengan ekspedisi pengiriman dari luar negeri untuk memanjakan Mega. Pria itu semakin perhatian untuk menutupi kesalahannya. Mega tak tahu bahwa Daffa bermain gila dengan kakak ipar kesayangannya. Mega menatap rumah mewahnya. Rumah itu terlihat sepi seperti tanpa penghuni. Rumah itu hanya ditinggali oleh seorang asisten rumah tangga. Mega pun tak di sana sampai malam karena jika telah selesai semua pekerjaan, rumah asisten yang dipekerjakan Mega akan pulang ke rumahnya yang tak jauh dari perumahan elite itu. Mega tertegun sejenak, ia merasa sangat kesepian. Ternyata hubungan pernikahan jarak jauh memang tak mudah. Wanita itu kerap dihantui rasa kesepian dan over thinking. Ya, kadang
Rizal sudah rapi dengan pakaian formalnya. Hari ini ia ada jadwal praktek di rumah sakit harapan ibu dan anak milik dokter Ali. Rizal membuka poliklinik spesialis gigi dan mulut di rumah sakit itu. Ia baru satu bulan bekerja di rumah sakit harapan ibu dan anak. Rizal pun praktek di beberapa rumah sakit yang ada di kota kelahirannya. Kariernya sebagai dokter gigi cukup mentereng karena banyak pasien yang merasa cocok berkonsultasi dengannya. Rizal terlihat sesekali menguap, Semalaman tidur Rizal tidak terlalu nyenyak. Ia memikirkan istrinya, Delia. Sudah beberapa minggu ini istrinya sangat susah untuk dihubungi. Semalam Rizal mengirimkan chat pada Delia, chatnya centang dua tapi tak ada balasan dari Delia. Tak pantang menyerah, Rizal pun melakukan panggilan, namun tak ada jawaban dari Delia. Istrinya mengabaikan panggilan itu. Entah apa alsannya. Biasanya Delia tidak pernah mengabaikan pesannya selama ini.Rizal merasakan firasat yang tak enak, ia merasa Delia sedang melakukan sesuatu
Lily baru bangun dari tidurnya. Ia tersenyum senang saat dirinya kini terbangun di rumah milik sang ibu mertua. Lily melihat suaminya sudah tidak ada di sana. Lily senang karena dirinya tak perlu repot memasak. Wanita itu langsung masuk ke dalam kamar mandi dan mandi dengan air hangat. Lily bersenandung kecil sembari mengoleskan sampo pada rambutnya yang basah.Sengaja Lily berlama-lama di kamar mandi. Ia tidak ingin Eril nanti menyuruhnya untuk membantu Bu Laksmi. Setelah mandi, Lily langsung mengoles kukunya dengan kutek. Ia memberikan warna merah seperti biasa. Kemudian wanita yang tengah hamil muda itu mengcurly rambutnya dan memberikan polesan make up seperti biasanya di wajah."Aku memang cantik!" Lily tersenyum kecil memandangi pantulan dirinya di cermin.Lily tidak akan pernah untuk tampil secara natural walaupun di dalam rumah. Ia teringat Eril yang kepincut dirinya saat masih bersama Sofia. Lily tidak akan membiarkan Eril berpaling darinya pada wanita lain. Lily tidak akan m
Mega pulang ke rumah ibunya dengan hampa. Entah mengapa perasaannya kini sangat kosong. Sesudah pulang bekerja dari Puskesmas, Mega memilih untuk tidak membuka praktek. Ia ingin mendinginkan kepala dan juga hatinya yang sedang panas. Entah mengapa firasatnya sangat buruk tentang Daffa. "Ga, ngapain kamu duduk lesehan di sini?" Tegur Bu Laksmi yang baru keluar dari dalam rumah ketika melihat seseorang duduk di terasnya. Mega tak menjawab. Tatapannya menerawang jauh ke depan. Ia begitu mempunyai pikiran buruk kini tentang suaminya. Meskipun Daffa berprilaku manis, tapi Mega tetap saja risau. Apalagi saat melakukan video call terakhir dengan Daffa, ia melihat tanda merah yang sangat banyak di leher suaminya. Itulah yang membuat Mega sangat gundah gulana dibuatnya. "Kamu kenapa?" Bu Laksmi terduduk di samping Mega tatkala sang putri bungsunya itu tak kunjung jua menjawab pertanyaannya. "Aku punya firasat Mas Daffa selingkuh, Bu," Mega meluapkan kecurigaannya pada sang ibu. Antara anak
"Intan jangan kurang ajar kamu ya! Kamu ingin menjadi Sofia kedua yang kami asingkan, hah?" Bu Laksmi berteriak yang membuat para tetangganya berbisik-bisik tentang apa yang terjadi. "Asingkan? Silahkan saja! Haha engga ngefek juga kalau aku diasingkan sama kalian. Yang ada aku happy karena suamiku engga perlu bayar cicilan kalian lagi," Intan menyedekapkan tangannya di dada. Tak gentar sedikitipun berhadapan dengan Bu Laksmi dan Mega yang sudah sangat ingin menjambak rambutnya. Saat keadaan semakin memanas, mobil Eril dan Lily memasuki pekarangan. Keduanya tampak penasaran mengapa Intan terlihat seperti akan adu jotos dengan Bu Laksmi dan Mega. Sedangkan ketiga orang yang berseteru itu seolah tidak menyadari kedatangan Eril dan Lily karena atmosfer ketiganya sangat panas. "Denger ya kalian! Suami aku itu bukan si bodoh Eril yang bisa kalian setir ke sana ke sini. Suamiku bukan seorang boneka yang bakal buang aku atas suruhan kalian. Dan kamu Mega!" Intan melirik sekali lagi ke