Rahman sedang bertatapan dengan ayahnya, Hartanto. Pria itu meneguk salivanya beberapa kali. Berhadapan dengan sang ayah selalu membuat nyalinya menciut. Mata Rahman menelisik keadaan ayahnya. Hatinya begitu lega karena sang ayah sudah cukup pulih dari sakit yang ia derita. Kondisinya kini terlihat bugar dan jauh lebih baik dari pada terakhir Rahman menjenguknya. "Bagaimana? Kamu ke sini akan menerima tawaran Papa bukan?" Tanya Hartanto yang kini terduduk di kursi roda. Sementara bodyguard dan perawat tampak berdiri di belakang salah satu orang terkaya di Indonesia itu. "Papa?" Rahman bergumam pilu. Baru kali ini lagi Hartanto menyebut dirinya dengan sebutan papa. Bibir pria paru baya itu bergetar menahan tangis. Apakah kini Hartanto sudah mau memaafkannya? Hartanto seolah menjaga martabat anaknya. ia tidak ingin ada yang melihat putra semata wayangnya menangis. Kemudian Hartanto menggerakan tangannya ke atas. Semua paham akan kode itu. Gegas mereka keluar dari ruangan kerja peng
Eril membuka matanya. Ia mendapati tubuh polosnya masih terbungkus selimut hotel. Eril menoleh ke arah Lily yang masih tidur setelah percintaan mereka berulang kali tadi malam. "Ly, bangun! Ayo kita sarapan!" Eril membangunkan Lily dengan lembut. Wanita itu menggeliat pelan kemudian membuka kelopak matanya yang masih berat. "Aku masih ngantuk, Yang," jawab Lily dengan suara serak. "Kamu dari semalem belum makan. Ayo kita mandi terus makan!" Ajak Eril lagi. Pria itu menarik tangan Lily agar Lily segera bangun. Dengan terpaksa Lily pun kemudian mendudukan tubuhnya. Tubuhnya cukup lelah setelah pergumulan panas mereka yang tiada henti. "Mandiin ya?" Lily berujar dengan manja. "Kamu mancing-mancing terus? Apa semalam masih kurang?" Eril mengecup pipi Lily. "Iya, masih," jawab Lily dengan menggoda. "Ya udah ayo!" Eril memangku tubuh Lily dan mereka masuk ke dalam kamar mandi bersama-sama. Siang hari kedua insan yang tengah dimabuk kepayang itu baru keluar dari kamar hotel.
Setelah acara selesai, Semua keluarga Bu Laksmi berkumpul di ruang keluarga. Mereka masih tak menyangka dengan kejadian tadi sore. Mereka yakin setelah ini, keluarga mereka akan di gosipkan oleh semua tetangga dilingkungan rumah Bu Laksmi. Mereka menyalahkan kehadiran Sofia, wanita itu selalu saja mendatangkan sial untuk keluarga Bu Laksmi. Mereka semakin membenci Sofia. Caci maki semakin getol mereka ucapkan tanpa mereka berkaca kesalahan mereka. Semua anak dan menantu Bu Laksmi duduk di sofa, Bahkan Lily pun berada di sana. Eril membujuk Lily untuk ikut ke rumah ibunya. Walaupun awalnya enggan, Lily akhirnya luluh juga. Ia bersedia datang kerumah Bu Laksmi. "Eril, apa benar apa yang Sofia bilang? Apa kamu check in di hotel dengan Lily?" Tanya Bu Laksmi, ia menatap putra ketiganya itu dengan seksama. Mencoba menelisik kejujuran di mata Eril. "Ya," Eril menunduk pelan, semua anggota keluarga Eril terperangah tak percaya. Mereka tak mengira Eril yang kalem bisa check in ke h
Mega dan Daffa sudah pindah rumah ke perumahan elite yang tak jauh dari rumah Bu Laksmi. Bu Laksmi pun merasa kesepian karena sang putri bungsu sudah tak serumah dengannya."Sudahlah, Bu. Mega kan sudah dewasa. Lagi pula ada Arsha dan Arshi di sini," ucap Rizal sembari melirik kedua keponakannya yang tengah bermain bola. 'Arsha dan Arshi tidak bisa ibu ajak ngobrol. Adikmu pun Eril sudah jarang sekali ada di rumah. Ibu khawatir dia menghamili Lily sebelum menikah," Bu Laksmi berujar dengan lesu."Bagaimana lagi, Bu? Eril sedang di mabuk cinta," jawab Rizal sembari melihat kembali kedua keponakannya."Kamu engga praktek?" Tanya Bu Laksmi pada putra keduanya itu."Aku ambil cuti. Bu, mengapa laporan kita di kantor polisi belum naik ke tingkat penyelidikan ya? Padahal pengaara Dafa sudah memberikan bukti-bukti terkait penganiayaan yang dilakukan pria miskin itu! Aku engga terima Eril dipukuli hingga babak belur oleh orang yang kastanya rendah seperti mereka! Geram Rizal ketika mengingat
Pagi harinya Daffa dan Delia terbangun, mereka mengucek matanya. Tubuh mereka polos, hanya diselimuti oleh selimut hotel saja. Delia menatap Daffa. Ia takut Daffa hanya mabuk saja saat menidurinya, karena entah kenapa bersama Daffa, Delia mampu melupakan Rizal. Pria yang berprofesi sebagai dokter gigi dan bergelar sebagai suaminya itu. "Daf?!" Lirih Delia tercekat, matanya berkaca-kaca. Satu sisi ia begitu takut Daffa akan membocorkan rahasia mereka pada Bu Laksmi dan suaminy. Satu sisi yang lain ia merasa bersalah pada Rizal, karena malam tadi untuk pertama kalinya ia melanggar janji suci pernikahannya. Daffa menyimpan jari telunjuknya di bibir ranum Delia. seakan enggan mendengar penjelasan wanita cantik yang berhasil ia tiduri. Daffa dibuat tergila-gila dengan Delia. Bagaimana tidak, Delia sangat pandai memuaskannya di atas ranjang. Melebihi permainan Mega, bahkan ia dibuat mencapai puncak berkali-kali oleh wanita yang berprofesi sebagai pramugari itu. "Jangan jelaskan, Dell! Ak
Jamal tak bisa menunggu waktu lagi. Desas desus mengenai kabar putrinya yang sering check in dengan Eril ke hotel kini sudah tersebar ke seluruh penjuru desa. Para pegawai desa pun ikut berbincang jika mereka sering melihat Lily keluar masuk hotel bersama seorang pria yang tak lain adalah Eril. Jamal yang mendengar semakin resah. Pria paruh baya itu langsung pulang saat kantor desa sudah tutup. Biasanya kepala desa itu akan minum kopi dan merokok bersama terlebih dahulu bersama para pegawai kantor desa sebelum dirinya pulang. Namun saat ini suasana hatinya sangat buruk. Ia harus segera memastikan kapan pria yang bernama lengkap Chaeril Prayoga itu akan menikahi anaknya. "Tumben jam segini udah pulang, Pak?" Tanya Tika yang melihat suaminya turun dari mobil dengan wajah yang kusut. "Bapak pengen cepet ketemu Lily. Ke mana anak itu, Bu?" Tanya Jamal pada istrinya. Kepalanya celingukan mencari keberadaan putri bungsunya di dalam rumah. "Lily ada di kamarnya, Pak. Hari ini kan dia t
Eril dan keluarga tiba di kediaman Jamal untuk mempersunting Lily. Pernikahan keduanya yang mendadak itu hanya dihadiri oleh keluarga inti saja dan tertutup untuk tetangga. Mereka hanya akan mengundang para tetangga jika sudah dekat dengan hari resepsi. Tentunya resepsi akan dilangsungkan jika Eril sudah selesai menjalani persidangan cerai dengan Sofia. Sedangkan para tetangga sudah mendengar desas desus jika Eril akan menikahi putri kepala desa mereka malam ini. Mayoritas mencibir keduanya karena dianggap sebagai pasangan selingkuh. Tak sedikit yang merutuki kelakuan keduanya dan mengasihi Sofia. Semua anak Bu Laksmi hadir di acara akad nikah yang diadakan di kediaman Jamal. Termasuk Dicky, mau tak mau, suka maupun tidak suka, ia harus hadir karena dirinya diibaratkan sebagai pengganti ayahandanya yang sudah tiada. Walaupun hal ini berbenturan dengan hati nuraninya sendiri, tapi Dicky tidak bisa menghindar. Dicky pun tak ingin hubungan dirinya dengan sang ibu semakin renggang. Seme
Beberapa hari berlalu, Sofia ditemani oleh Sri mendatangi rumah sakit tempat persalinannya kemarin. Ia akan kontrol menemui Dokter Reynard untuk mengecek jahitan di perutnya. Sofia dan Sri duduk di kursi khusus pasien begitu mereka mendapatkan nomor antrian. Sedangkan Rahman sudah berangkat ke ibu kota untuk memulai mengurus bisnis ayahnya. Hartanto pun sudah memberikan rumah, kendaraan, dan tempat usaha untuk Sofia dan Sri kelola selama Rahman pergi ke ibu kota. Akan tetapi, Sri belum memberi tahukan semuanya pada sang putri. Ia berencana akan mengabarkannya malam ini sembari membereskan barang mereka untuk pindah ke sebuah rumah mewah yang ada di perumahan elite. Sesekali Sofia mengotak ngatik ponselnya yang sudah ia diisikan kuota oleh Rahman. Sofia asyik sekali berselancar di dunia maya. Ia membuka Instagram nya yang sudah sangat lama tak ia buka. Disitu ada notifikasi jika Lily Maharani Putri mengikutinya. Sofia cukup kepo dan membuka profil Lily yang tak dikunci itu. Mata Sofi
Mega menatap jendela di ruang tamu, hatinya begitu gelisah saat sang suami belum juga pulang. Malam telah larut, namun tak menyurutkan Mega untuk menunggu kepulangan Daffa. Mega tersenyum getir saat melihat foto pernikahannya terpajang di tembok ruang tamu. Nyatanya kehidupan rumah tangganya sangat berbeda dengan pose dirinya dan Daffa yang begitu mesra saat di foto itu. Kehidupan Mega seakan tak menemui titik terang, semakin hari ia semakin jauh dari Daffa. Apalagi kini Daffa memilih untuk resign dari maskapai yang telah memperkerjakannya selama lima tahun. Mega melarang keras Daffa untuk resign dari sana. Namun, Daffa tak mendengarkan saran dan penolakan dari istrinya. Pria itu mantap untuk resign dan memasukan lamaran ke maskapai yang lebih terkenal dan menjanjikan. Setelah resign Daffa sering menghabiskan waktunya di luar. Tak ada waktu untuk Mega kini. Pria yang sebentar lagi akan menjadi ayah itu seakan sibuk dengan dunia barunya. Tanpa Mega ketahui, Daffa kini sedang dimabuk
Eril mengacak rambutnya frustasi. Semenjak kepulangannya dari klinik bidan, Lily tak kunjung mau menyusui anak mereka yang diberi nama Renata Annida itu."ini bayi kamu lapar!!" Sentak Eril sekali lagi."Aku engga bisa nyusuin bayi itu, Er. Setiap kali aku netein dia, aku kaya mau ngelempar dia!!" Ucap Lily dengan wajahnya yang tanpa dosa."Gila ya kamu, Ly! Anak kamu kelaparan ini!! Kalau kamu engga mau ngurus dia, mending kamu pergi dari sini!! Dasar wanita engga guna!" Eril mengusir Lily.Eril sendiri kini sedang berusaha menenangkan bayinya yang sedang menangis kejer itu. Lily memang tidak mau menyusui bayinya dengan alasan dia terkena baby blues. "Cup cup, Nak!!" Eril memberikan susu di dalam dot yang sudah ia seduh tadi. Pria itu menyusui sang putri dengan cekatan. Eril juga sudah menghabiskan masa cutinya untuk mengurus bayinya itu. Padahal Lily hanya berkilah. Ia tidak mengalami baby blues sama sekali. Lily hanya tidak ingin p*yudaranya kendor karena menyusui Renata. Tujuan
Sofia berjalan menuruni tangga, ia melihat semua keluarga Reynard sedang duduk memutari meja makan yang berbentuk bulat. Ya, sudah dua hari ini Sofia menginap di rumah Dokter Ali. Ia ikut berpartisipasi merayakan pernikahan Rangga dan Paula. Setelah pernikahannya di sebuah hotel mewah, Rangga dan Paula diharuskan menginap di rumah Dokter Ali sebelum mereka pindah. Dokter Bagus dan Dokter Ali memberikan dana kepada pasangan suami istri itu untuk membeli rumah di sebuah perumahan elite sebagai hadiah pernikahan mereka. Tentunya Rangga dan Paula menerimanya dengan senang hati, mereka merasa bebas jika hidup berdua saja. Tak akan ada orang yang curiga jika mereka tidak saling mencintai satu sama lain. Paula dan Rangga baru saja keluar dari dalam kamar mereka. Rambut mereka terlihat basah, membuat Ghina dan Dokter Ali melontarkan godaan kepada pasangan suami istri itu. Paula dan Rangga segera duduk di kursi makan untuk memulai sarapan mereka. "Sayang, kamu cantik sekali!" Puji Reynard s
Sebelum berbulan madu, Sofia menyematkan diri untuk datang ke kediaman Dicky dan Intan. Ia memang belum menjenguk Arsya dan Arsyi karena kesibukannya selama ini. Sofia berangkat sendiri karena sang suami harus bekerja sebelum mereka pergi berbulan madu. Sofia membawa buah tangan yang tak sedikit. Wanita itu masih mengingat apa saja yang menjadi kesukaan kedua keponakannya. Sofia kemudian memarkirkan mobil mewahnya di kediaman Intan dan Dicky. Kedatangannya sudah disambut oleh Intan dan Dicky. Mereka memang mendengar ada deru mobil yang masuk ke pekarangan rumah. Akan tetapi, mereka begitu terkejut jika yang datang adalah Sofia. "Kak?" Sofia turun dari mobilnya dengan tersenyum. Intan dan Dicky menatap mantan adik iparnya itu dengan tak terbaca. Dalam hati, Intan sangat takjub karena kini Sofia amatlah cantik dan amat berbeda dengan Sofia dulu. Dahulu Sofia hanya bisa memakai pakaian lusuh dan tanpa make up. Sekarang penampilan cucu konglomerat itu begitu membuat siapa pun pangling.
Bidan menyerahkan bayi berjenis perempuan itu pada Lily. Mata Lily berkaca-kaca. Ia menatap putrinya dengan sedih. Sedih karena ia akan meninggalkan bayi malang itu bersama Eril saja. Lily akan pergi sejauh mungkin karena ia tak sanggup lagi hidup bersama sang suami. Lily akan menjemput kebahagiaannya sendiri.Lily mengusap air matanya yang jatuh. Impiannya bukan melahirkan seperti ini. Impiannya dulu adalah melahirkan di rumah sakit dengan kelas VIP dan ditemani Eril dengan penuh cinta. Eril hanya memandang Lily dengan dingin seolah tak ada rasa khawatir dengan keadaan Lily. Ia hanya memperhatikan putrinya. Bidan pun mengambil kembali sang bayi agar Eril bisa mengazaninya. Eril mengazaninya dengan takzim. Hatinya begitu tersayat kala mengingat anak pertamanya dengan Sofia yang tiada. Andai saja anak itu masih ada pasti sekarang Eril sedang berbahagia dengan Sofia. Andai saja.Selesai mengazani, bayi yang belum diberi nama itu dibedong oleh bidan dan di simpan di box bayi. Eril pun b
Eril yang baru pulang dari kantor merasa aneh melihat plastik buah yang berserakan di atas kasur. Gegas ia melihat bungkus buah itu. Matanya terbelalak karena melihat harga-harga yang menempel di plastik buah dengan harga yang fantastis. Rahangnya menegang karena menyangka Lily membelanjakan uang makan mereka hanya demi membeli buah-buahan yang menurut Eril tak terlalu penting. "Ly! Lily!" Panggil Eril, ia celingukan mencari keberadaan sang istri. Dilihatnya Lily tang tengah duduk di kursi makan usang. Ia memegang ponselnya seraya tersenyum sendiri. Eril menatap tajam sang istri yang tengah asyik dengan ponselnya, ingin rasanya ia melempar ponsel milik Lily. Bagaimana tidak emosi, pulang bekerja bukannya disambut, tapi Lily asyik dengan dunianya. Eril jadi merasa tak dianggap. Apalagi kemarahannya menjadi berlipat ketika Eril mengingat plastik buah yang tercecer dan nominal yang sangat besar di plastik itu. "Bagus ya, suami pulang kerja bukannya disambut. Malah HP terusss!!" Ceroco
Pernikahan Paula dan Rangga digelar di Ballroom hotel berbintang lima. Semua kerabat Paula dari dalam negeri maupun di luar negeri turut menghadiri undangan, begitu pun dengan Dokter Ali. Semua kenalannya di undang demi memeriahkan pesta sang anak kedua agar tak kalah meriah dari resepsi Reynard dan Sofia. Sofia turut hadir bersama sang suami. Ia pun memboyong kedua orang tuanya dan kakeknya Hartanto. Mereka dijamu dengan begitu mewah dan hangat. Bahkan Dokter Ali memberikan meja VIP untuk keluarga Sofia, karena Dokter Ali ingin sekali menjamu keluarga besannya dengan sangat baik. Pernikahan Paula dan Rangga mengusung tema modern. Berbeda sekali dengan Sofia dan Reynard yang mengusung adat Sunda yang sangat kental. Paula memang bersekolah dan tumbuh di luar negeri. Maka tak heran, konsep pernikahannya pun mengusung modern ala-ala western, tapi masih dengan kostum yang sopan namun elegan. Paula memakai dress yang memperlihatkan lekukan tubuhnya, namun tidak terlalu ketat. ia tak su
Sofia baru saja selesai berdandan. Hari ini ia akan menemui Reynard, suaminya. Sofia akan membawakan bekal makan siang yang sudah ia masak dengan menu spesial. Wanita cantik itu telah cantik dengan dress dan polesan make-up yang natural. Selesai berdandan, Sofia segera berjalan menuju carport dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit swasta terbesar di kota itu. Sofia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali wanita cantik itu bernyanyi mengikuti alunan lagu yang berdendang di tape mobilnya. Hidup Sofia kini jauh lebih bahagia, ia pun selalu mensyukuri apa yang ia punya sekarang. Keluarga dan Reynard lah yang membuat hidupnya terasa lengkap. Rahman, Sri, dan Hartanto selalu memanjakannya. Meskipun mereka sudah berbeda rumah, namun setiap satu bulan satu kali mereka akan menyempatkan diri menghabiskan waktu bersama Sofia. Begitu pun dengan sang suami, di tengah kesibukannya sebagai dokter dan calon pemimpin rumah sakit, Reynard selalu memperhatikan dan memanjakan Sofia.
Rizal memulai pekerjaannya sebagai dokter gigi di puskesmas yang ada di Kabupaten Sumbawa , Nusa Tenggara Barat. Pria itu tersenyum menatap suasana kerjanya yang baru. Pikirannya kini terasa damai. Rizal memang bertekad akan memulai hidup baru yang lebih baik tanpa bayang-bayang masa lalunya yang amat pahit. Matanya sedikit mengembun kala mengingat sang ibu. Sebenarnya berat hati meninggalkan Bu Laksmi yang kini hidup sendirian dan dijauhi semua anaknya. Akan tetapi, hatinya yang lain masih merasakan kecewa yang amat dalam saat sang ibu terang-terangan lebih memilih Mega dan Daffa dari pada dirinya. Luka di hati Rizal itu belum juga mengering. Entah kapan akan sembuh secara sempurna, yang pasti Rizal ingin menyembuhkan luka itu sepenuhnya dengan hidup di tempat yang baru. Untaian doa selalu ia curahkan untuk sang ibu. Rizal memulai hari pertamanya bekerja dengan antusias. Ia menyambut ramah pasien pertamanya yang ingin menambal giginya yang berlubang. Rizal melayani dengan sepenuh ha