Sejak awal, Edgar sudah curiga jika dirinya mendapatkan hal yang asing di tubuhnya. KEsehatan yang melemah, tetapi tidak berani untuk dia ungkap kepada publik, dan gerakan yang tidak lagi seagresif dulu. Karena itu, dia sama sekali belm pernah mengenalkan Henry pada dunianya.
Edgar selalu menunggu Navier datang kembali padanya. Dia tahu jika Navier bukanlah wanita yang lemah. Jadi, dia yakin jika istrinya datang, itu berarti persiapannya sudah matang.Selama ini, Edgar sama sekali tidak pernah ragu akan firasatnya. Terbukti, Navier benar-benar datang dengan kekuatan. Hanyasekali lihat saja dia sudah bisa menebaknya.Dengan datangnya Navier, itu berarti Henry siap untuk dilepas."Kau tidak lelah menunguiku?" tanya Edgar.Malam sudah larut, tetapi Navier masih tetap terjaga. Henry sudah memejamkan mata di sofa ruang itu. Sedangkan Edgar, kembali terbangun setelah beristirahat sebentar. Ulu hatinya terasa ngilu melihat posisi tidur anakNyatanya, Henry sama sekali tidak tidur. Dia dengan jelas mendengar percakapan orang tuanya saat ini. Di mana Edgra yang meminta Navier untuk memberikan Henry pengajaran sepertinya dulu.'Sebenarnya apa yang akan kuhadapi?' batin Henry.Selama ini yang dia tahu adalah bersenang-senang menikmati masa mudanya, tanpa disibukkan hal apa pun. Hanya sesekali saat dia libur saja, ayahnya akan memintanya mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan.Henry mengira, itu adalah awal untuknya menjadi penerus ayahnya."Kenapa tidak kau lakukan sendiri saja, Edd?"Itu suara ibunya. Dengan keheningan malam, membuatnya mendengar jelas meski mereka berusaha untuk merendahkan suaranya."Kau tahu aku dalam pengawasan ibu dan wanita itu. Kalau saja mereka tidak menempatkan beberapa orang di belakangku, tentu aku bisa melakukan banyak hal. Termasuk melatih dan memperkenalkan dunia kita padanya.""Tapi ... apa kita tidak t
"Kau siap?" tanya Navier pada Henry. Mereka bersiap pagi buta untuk mencari celah lengahnya Cassandra. Kalau tidak, mereka akan mendapat halangan yang tidak terduga. Sebelumnya, Edgar telah menceritakan garis besar keluarganya pada Henry. Pemuda itu terkejut, tentu saja. Tidak menyangka jika latar belakang sang ayah yang terlihat seperti pengusaha biasa, ternyata memiliki sisi kelam. Terutama sang ibu yang terlihat baik-baik saja. Ibunya sama sekali tidak terlihat memiliki hal yang seperti itu. Siapa yang menduga jika wanita yang selama ini menjadi porosnya, ternyata malah pewaris utama sebuah organisasi gelap terbesar? Meski pada kenyataannya searang tampuk kekuasaan itu bukanlah dipegangnya secara langsung. "Ma, aku siap atau tidak, itu tidak akan mengubah apa pun, kan?" "Tentu saja. Itulah kenapa aku tidak menyarankan kau membawa apa pun selain dompet dan ponselmu!" "Aku tahu." Mereka berencana untuk pergi tanp
Tiada yang lebih panik selain Navier saat ini. Edgar yang kembali drop karena mendengar kabar itu, tidak bisa berbuat apa-apa. Kesadarannya terenggut setelah dokter terpaksa memberinya penenang dalam dosis yang rendah. Cukup lama untuk Edgar bisa memejamkan matanya."Bagaimana bisa kalian kehilangan jejak Henry!"Navier berkata dengan nada rendah pada anak buahnya lewat ponsel. Dia sama sekali tidak menyangka mereka akan kehilangan putranya secepat itu. Padahal, mereka telah meningkatkan kewaspadaan."Tiba-tiba ada yg menghalangi mobil kami, Nyonya. Begitu kami bisa lolos, yang ada hanya kendaraan, ponsel, dan dompet tuan muda yang ditinggalkan.""Tidak ada jejak yang bisa kalian dapatkan?""Tidak, Nyonya.""Kamera pengawas?""Lokasi kejadian bebas dari lingkungan pengawas, Nyonya. Tidak ada yang bisa kami dapatkan sedikitpun.""Sial!"Navier geram. Dia tidak menyangka jika ada yang akan menyabotase ren
"Navier tidak salah! Jangan menyudutkannya terus," ucap Edgar lemah.Pengaru obat penenang yang diberikan dokter begitu kuat hingga dia mati-matian menahan kantuk yang mendera.Jika dia tidak angkat bicara, maka orang tuanya akan terus menerus menyudutkan istrinya. Terutama sang ibu yang selalu ingin menjatuhkan Navier. Memang awalnya itu adalah rencana mereka yang tidak terealisasikan, tetapi bukan berarti dia bisa teang. Seseorang jelas mengetahui rencana mereka."Kau masih melindungi orang yang berusaha mencelakakanmu? Mulia sekali hatimu!?" sarkas Cassandra."Mencelakakanku? Apa Mom bercanda? Navier yang melindungiku, bukan wanita yang Mom pilihkan! Tidakkah Mom tahu itu?""Kenapa kau membawa nama Lissa dalam hal ini? Dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan kejadian ini! Lagi pula, apa kau tidak curiga? Dia datang dan semua hal buruk atang begitu saja! Apa itu tidakk cukup untuk menunjukkan jika dia pembawa sial?""Semua terjadi di luar ken
"Apa kau masih ingin diam saja seperti orang yang bisu, Hen? Kau tidak tahu kan, bagaimana aku bisa lepas kendali jika perintahku tidak dituruti?!" Wanita itu membantak remaja pria yang kini duduk dengan keadaan tubuh terikat. Wajah dan tubuhnya dipenuhi beberapa memar dan luka kecil yang tidak terlalu dalam. "Memang, apa yang bisa kau lakukan padaku? Kau bisa saja dihabisi orang tua atau kakek dan nenekku jika mereka tahu bagaimana kelakuanmu! Ah, kau juga tidak bisa menahan diri lebih lama, ternyata. Apa kau sudah kehabisan kesabaran, Nona Lissa?" Henry menyeringai senang saat melihat raut wajah Lissa yang mulai berubah. Wanita itu merasa geram karena Henry tidak melakukan perlawanan dengan semua siksaannya. Yah ... entah apa yang merasuki pikiran Lissa sampai dia merencanakan hal untuk menculik Henry. Dia melakukannya dengan spontan saat melihat remaja beranjak dewasa itu pulang seorang diri. Dengan semua koneksi yang ia
"Hey, Nyonya. Kau pasti pernah menerima pernyataan cinta dari seorang pria, kan? Dan itu berlangsung lama. Tapi sayangnya kau terlalu fokus pada ayahku, kan? Sedangkan ayahku sama sekali tidak memberimu kepastian. Ayah masih saja menunggu ibu, sedangkan ibu bisa saja mencari yang lain," tutur Henry.Lissa masih saja terdiam dan mencerna kata demi kata yang Henry ucapkan.Memang benar di hidupnya, ada orang yang selalu menawarkan cinta padanya.Orang yang tidak perah menyerah bahkan ketika dia dengan terang-terangan menolak, atau mencemooh keadaannya yang seolah tidak tahu malu. Namun, pria itu tetap tidak menyerah. Pria itu tetap menawarkan kasih sayang padanya.Lissa sudah merasa jika apa yang dikatakan Henry benar.Jika ditinggalkan Edgar, atau meninggalkan, Navier masih bisa mencari yang lain. Lissa sudah melihat bagaimana keadaaan Navier saat ini. Wanita itu terlihat begitu muda dan masih energik. Dia tidak akan heran jika ada banyak pria muda
"Nyonya, tuan muda mengirimkan sinyal darurat. Lokasinya sudah terekam dan kita bisa ke sana segera!" lapor Felix pada Navier.Dia hanya bisa melapor lewat ponsel, karena Cassandra yang mulai mencurigainya. Selama ini, Felix berusaha untuk menghindari kontak apa pun dengan Cassanra karena peringatan dari Jonathan. Juga, Felix yang sekaran sudah diberi mandat untuk mendengarkan perintah Navier juga."Aku tahu. Pemberitahuan baru saja masuk ke ponselku juga. Hanya tiga detik, tapi itu cukup untuk menunjukkan di mana dia berada."Diam-diam, Navier dan Edgar memang pernah memberikan alat pelacak pada Henry. Alat yang tersembunyi dan tidak bisa dideteksi oleh musuh. Hanya Edgar, Navier, dan Henry yang tahu di mana alat itu disimpan. Selain praktis dan kecil, alat itu juga bisa menghindari deteksi.Karena itulah Navier memberi sebuah pengalihan berupa alat yang mudah ditemukan, dan ditanam di ponsel Henry. Musuh bisa saja terkecoh dengan alat yang sdah ditemuka
"Huhuhu, apa yang sudah kuperbuat selama ini? Huhuhu ...." Lissa menangis tersedu-sedu. Dia seolah baru sadar dengan apa yang sudah dia lakukan selama ini. Ucapan Henry yang terus menerus menyudutkannya, begitu terasa menyentuh hati. Sebelum ini belum pernah ada yang bisa berkata seperti itu padanya. Kalau saja waktu bisa diulang, Lissa ingin sekali menyerah saat Edgar sudah memilih bersama Navier. Dua orang itu tidak bisa dipisahkan meski dia sudah bekerja sama dengan Cassandra. "Nyonya, jangan menangis, dong! Aku seperti orang jahat yang sudah membuat seorang wanita menangis. Aku tidak pernah diajari hal seperti itu oleh ayahku," bujuk Henry. Kaki dan tangannya masih terikat di kursi, dan dia tidak menemukan seorang pengawal pun yang bisa dimintai untuk membukanya. Henry sudah meminta bantuan Lissa, tetapi seolah wanita itu abai dan menyesali perbuatannya dengan tangisan." Kau! Kau sudah tahu apa yang telah kuperbuat pada keluargam