"Aku tidak mau lagi mengungkit sesuatu yang tak mungkin bisa dirubah, tentang Zaki yang tak pernah tahu aku adalah Ayahnya pun tidak lagi menjadi masalah. Aku sudah merelakan anak ku menjadi milik Om Dion, karena memang dia yang lebih pantas untuk disebut ayah oleh Zaki. Sebagai ucapan terima kasih ku, biar Zaki menjadi milik Om Dion. Aku tidak apa walaupun aku terluka, ini hukuman yang harus ku jalani yang sudah banyak berbuat dosa," kata Reza.Lagi-lagi Raya terdiam mendengar ucapan Reza, dia tak mampu untuk mengatakan kalimat lagi. Karena jawaban Reza yang sangat dalam maknanya."Jangan lagi mengungkit ini, aku tidak mau Zaki mendengar dan mengetahui semuanya. Biar dia bahagia merasa Om Dion adalah Ayahnya. Aku pun menjaga perasaan Om Dion yang memang sangat menyayangi Zaki," tambah Reza.Raya pun menganggukkan kepalanya karena sudah mengerti dengan keadaan ini, bahkan Reza sendiri yang memilih untuk tidak memberitahu bahwa dia adalah ayah biologis Zaki.Bagaimana pun Raya juga men
Reza pun tak tahu siapa wanita yang dibahas oleh Niko, tapi dia yakin bahwa Niko dan Dion hanya sedang bergurau saja.Entah seperti apa terkejutnya Reza nanti saat tahu Kiara lah wanita itu.Reza pun memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya dan melihat Raya yang ternyata sedang melihat dirinya.Mata Raya pun tampak berkaca-kaca bahkan saat itu malah tiba-tiba saja air mata Raya menetes.Raya juga tidak menyadarinya cepat-cepat dia pun mengusap wajahnya setelah menyadari air matanya yang menetes begitu saja.Perasaan Raya sedang tidak karuan, dia berpikir jika Reza hanya berbicara asal dan sedang mempermainkan dirinya saja.Rujuk?Raya pun berpikir bahwa dirinya begitu bodoh karena merasa Reza bersungguh-sungguh ingin memperbaiki semuanya.Ingin sama-sama berusaha untuk menjadi seorang manusia yang lebih baik."Kamu menangis?" tanya Reza yang kebingungan.Dia benar-benar bertanya-tanya mengapa Raya malah menangis.Karena sebelumnya masih tampak baik-baik saja, Reza benar-benar tak
"Kiara, kamu tidur di sini?" tanya Nia yang tak sengaja melihat Kiara yang tidur di sofa.Kiara pun segera melihat Nia, dia pun perlahan berdiri dan merenggangkan otot-otot tubuh yang terasa kaku.Bagaimana tidak kaku, dia tidur semalaman di sofa.Sial memang."Aku ketiduran, Bu Nia," jawab Kiara.Diapun melihat ke arah jendela, tampak cahaya matahari yang bersinar terang."Kok bisa?" tanya Nia yang semakin bingung saja.Kemudian Kiara pun mengingat kembali kejadian malam tadi."Semalam itu Raya sama Reza ngomong berdua di kamar, eh, ternyata sampai tengah malam tidak juga selesai. Dan, aku sampai ketiduran di sofa," jelas Kiara.Dia pun menggaruk tangannya, kemudian beberapa bagian badannya.Tampak ada bintik-bintik kecil akibat gigitan nyamuk di kulitnya."Kamu di gigit nyamuk.""Iya, Bu, kenapa juga ngobrol lama begitu, sungguh keterlaluan mereka," kesal Kiara.Nia pun menahan tawa melihat wajah kesal Kiara, tapi dia juga ingat obrolan di group chat keluarga tadi malam.Reza dan Ra
"Kasihan sekali nasib ku ini," kata Kiara yang melihat kulitnya bintik-bintik merah karena gigitan nyamuk."Lho, separah itu?" Bunga pun ikut melihat Kiara dan dia juga bingung bercampur kasihan."Iya, Nyonya Oma, belum lagi lelah perasaan ini," tambah Kiara.Kiara memasang wajah melasnya karena begitu merasa kasihan pada dirinya sendiri."Besok-besok kalau kamu menunggu di luar cari temen, biar nggak bosan," kata Nia yang ikut menimpali."Nggak ah, kapok," sahut Kiara."Hehehe, kamu ini ada-ada saja," Bunga juga sampai terkekeh karena lucu melihat Kiara, kemudian Bunga pun melihat Chandra yang baru saja ikut bergabung dengan yang lainya."Kenapa kamu lama sekali?" tanya Bunga langsung, bahkan dia juga langsung bangkit dari duduknya.Mengisi piring Chandra dengan nasi dan juga lauk kesukaan putranya tersebut."Tadi ada sedikit pembicaraan dengan Dimas, Ibu tahukan anaknya keluarga Hermawan?" tanya Chandra."Oh, iya. Mama, tahu. Dia itu pengusaha sukses dan sudah kaya dari jaman dulu,"
"Ayo, Mas Chandra, jangan sampai nanti cucu bertanya, Opa, Oma mana?" kata Dion yang malah mengejek Chandra."Ma?" Chandra pun menatap wajah Bunga, dia berharap bisa mendapatkan pertolongan dari Bunga.Dia tak tahan lagi jika terus saja menjadi bahan ejekan oleh keluarga."Sabar, sebentar lagi anak, Mama yang satu ini juga akan menikah lagi," Bunga pun mengusap punggung tangan Chandra.Tapi Dion manahan tawa karena melihat wajah Chandra yang semakin kacau.Tentu saja kacau, karena Dion tahu isi kepala Chandra yang menginginkan Kiara, sedangkan Bunga begitu bersemangat menjodohkan dirinya dengan wanita yang lainya.Belum lagi usaha untuk mendapatkan Kiara belum juga membuahkan hasil.Kiara yang tidak tertarik pada Chandra sama sekali, ini sangat membuat kepala Chandra pusing.Kacau bukan?Sangat-sangat kacau sekali dan entah bagaimana caranya untuk mengatakan pada Bunga tentang itu semua."Iya, anak, Mama yang satu itu sepertinya sedang galau berat. Karena, hanya dia yang menduda di si
Beberapa hari kemudian...Huuueekkk.Ranti merasa dirinya sedang tidak baik-baik saja, rasa mual terus saja dia rasakan.Membuatnya pun mengambil ponselnya dan menghubungi Niko yang sedang berada di luar kota untuk peresmian pembukaan rumah sakit keduanya.Rumah sakit itu adalah rumah sakit terbesar di kota tersebut.Bahkan peralatan yang tersedia pun sudah terbilang cukup canggih dan juga dapat menangani pasien dengan berbagai alat yang dibutuhkan.Itu adalah mimpi Niko selama ini.Memiliki rumah sakit dengan pasilitas yang hebat, sehingga setiap pasien yang datang akan langsung mendapatkan penanganan tepat.Hanya saja saat Ranti terus menghubungi malah Niko tidak menjawabnya.Membuat wanita itu semakin kesal bukan main.Tok tok tok."Ranti," Tias pun langsung mendorong pintu kamar putrinya dan masuk.Dia melihat Ranti yang tengah mondar-mandir di sana."Bunda?" Ranti pun baru menyadari kehadiran Tias."Ini, Bunda bawa makanan. Kamu belum makan sama sekali sejak kemarin sore," Tias p
Ranti pun duduk di kursi meja makan.Malam ini dia duduk di kursi meja makan dengan sedikit kesal, dia mencium aroma makanan yang membuatnya begitu mual.Akan tetapi dia juga tak makan apa-apa sampai saat ini.Karena makanan yang sebelumnya dibawakan oleh Tias juga tak dimakan oleh Ranti, bahkan tak tersentuh sama sekali.Ranti benar-benar kehilangan selera makanya."Kapan, Niko kembali?" tanya Barra pada sang adik.Ranti pun melihat wajah Kakaknya.Sungguh dia sangat tidak bersemangat sama sekali untuk menjawab pertanyaan itu.Karena pertanyaan menyangkut Niko sungguh membuatnya sangat mudah kesal."Nggak tahu, mungkin nggak pulang, Kak," jawab Ranti dengan tidak bersemangat sama sekali."Kok, ngomongnya begitu?" tanya Tias yang cukup terkejut mendengarnya.Rasanya jawaban Ranti sangat tidak enak untuk didengar, bahkan Tias tak suka pada sikap Ranti pada Niko."Tidak baik bicara seperti itu," kata Barra yang juga tak setuju dengan ucapan Ranti.Karena Barra tahu saat ini Niko pergi k
Ranti pun merasa sekelilingnya seperti berputar, dia pun mencoba untuk bangun dan ternyata itu membuat dirinya semakin kesulitan untuk mempertahankan keseimbangan.Dia terus berusaha untuk tetap sadar, walaupun penglihatannya mulai gelap dan suara pun mulai tak lagi terdengar ditelinganya.Rasanya seperti melayang, namun dia masih merasakan sakit pada perutnya.Sakit yang semakin sulit untuk ditahan."Ranti," panggil Niko saat menyadari jika ada yang tidak beres dengan Ranti."Kepala ku pusing," kata Ranti.Saat itu juga dia benar-benar kehilangan keseimbangannya dan dengan cepat Niko pun menangkapnya agar Ranti tak terjatuh pada lantai."Ranti?" Niko pun membaringkan tubuh Ranti pada ranjang.Dia segera memeriksa keadaan Ranti dan menemukan fakta yang begitu mengejutkan.Tapi malah Niko yang mendadak menjadi bodoh karena terlalu shock.Tok tok tok."Ranti, bagaimana keadaan mu? Apa sudah baikan?" tanya Tias dari luar kamar.Karena ada Niko di dalam kamar jadi dia tidak bisa langsung
Satu Pesan dari Ibu[Kau tidak pulang? Jika tidak, Adinda akan menggantikan posisimu sebagai Presiden Direktur!] Membaca itu, Dimas segera mencengkram ponsel di tangannya.Sesaat kemudian ponsel itupun melayang dan berakhir hancur di lantai.Jika sebelumnya Laras mengancam akan menyumbangkan semua kekayaanya pada panti asuhan, maka kini Laras malah lebih gila lagi! Ibunya itu sampai mengatakan Adinda yang akan menggantikan posisinya.Ini gila!Dimas tidak habis pikir kenapa bisa Laras melakukan ini padanya.Dan jika Adinda yang menggantikan posisinya, itu akan jauh lebih membuatnya terhina di hadapan wanita jalang itu.Jelas tidak bisa dibiarkan!"Pak Presdir, Ibu Laras ingin berbicara," kata Gilang sambil memberikan ponsel di tangannya pada Dimas.Tentunya karena ponsel Dimas tak lagi bisa terhubung sebab sudah hancur berantakan di lantai."Katakan padanya saya akan pulang!" Dimas tak menerima ponsel yang diarahkan padanya.Dia menyambar jasnya dan langsung pergi.Jika bukan karen
Setiap kisah dan waktu yang sudah terlewati tak akan bisa diulang kembali.Namun, semua kisah itu seakan lekat dalam ingatan tanpa bisa untuk terlupakan oleh ingatan.Aku Nia putri, menjalin kisah dengan takdir yang kujalani.Harapan ku hanya satu, bisa mendapatkan suatu harapan untuk bisa membuat ibu ku terus bersama ku setelah aku kehilangan ayah ku.Namun, siapa sangka bonus dari semua perjuangkan ku justru hal yang tak terduga.Justru kebahagiaan itu menghampiri ku.Dion seorang pria duda dengan satu anak dan usianya jauh lebih tua dari ku.Kami menjalin hubungan yang rumit karena sebuah alasan yang kuat namun penuh dengan air mata.Tujuan saling menguntungkan malah berakhir dengan saling mendapatkan kenyamanan.Tapi aku katakan aku bahagia.Awal kisah yang ku alami malah membawaku padanya.Meskipun banyak yang tidak aku inginkan dalam kisah ini.Tapi tetap saja aku tidak bisa bisa menolak takdir ku yang rumit itu.Terlepas dari itu semua aku adalah wanita penuh dengan kesalahan y
Di tempat lainnya ada juga yang sedang berbahagia.Raya kembali melahirkan seorang anak laki-laki Dan kini anak itu diberi nama 'Raza' perpaduan antara nama Raya dan Reza.Itu adalah saran nama dari Dion.Reza dan Raya pun setuju saja."Itu nama dari, Opa Dion," kata Reza sambil tersenyum pada bayinya."Benar, dan ini adalah, Oma," Raya pun menunjuk Nia.Nia pun tersenyum karena merasa lucu, tapi bagaimana pun juga itu memang benar dan tidak masalah juga menjadi Oma diusia yang masih muda ini."Aduh, cucu Oma," Nia pun menggendong bayi lucu itu.Dia melihat wajah anak itu yang sangat mirip dengan Reza.Bahkan sedikit mirip dengan Zaki."Nia, berikan pada, Opanya," Dion pun menunjuk ke arah Chandra.Chandra pun tersenyum karena kini sudah memiliki seorang cucu."Bagaimana kalau berikan pada, Oma Kiara," celetuk Nia.Kiara yang dari tadi hanya diam pun seketika terkejut mendengar ucapan Nia."Ibu Nia, saya masih ting-ting. Saya masih mahasiswa, saya masih kecil, saya dipanggil, Kak Kia
Beberapa bulan kemudian...Niko dan Ranti menyambut bahagia saat kelahiran putra mereka yang diberi nama 'Fatih Niko Adiguna'Sesuai dengan keinginan Niko, mereka hanya memiliki satu orang anak saja.Niko tidak ingin serakah, dia sudah merasa cukup dengan kehadiran seorang anak laki-laki untuk menjadi pewarisnya.Terlebih lagi tidak ingin melihat Ranti harus berada dalam sebuah keadaan yang menegangkan.Dia tak mau mengambil resiko.Meskipun keadaan rahim Ranti masih memungkinkan untuk mengandung lagi.Dia sangat mencintai istrinya dalam keadaan apapun.Menurutnya memiliki anak adalah sebuah hadiah.Tapi memiliki Ranti adalah anugerah.Jadi, dia sudah sangat bahagia dengan satu putra saja.Selebihnya dia menganggap anak Barra juga anaknya.Apa lagi Barra memiliki 3 orang anak, membuat Niko merasa anaknya sudah memiliki Kakak walaupun hanya sepupu saja."Wajahnya lebih mirip, Mama," kata Ranti.Dia pun melihat wajah Mama mertuanya dan lagi-lagi melihat wajah putranya.Putra kecil yang
"Dokter Niko, lihat ini," Adam menunjuk layar monitor.Saat itu Niko pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Dokter Adam.Tapi Niko yang sedang tidak baik-baik saja tidak mengerti."Ada apa?" tanya Niko.Bodoh?Ya, Niko akan sangat bodoh jika sudah menyangkut tentang Ranti.Begitu juga dengan saat ini.Bahkan dia sendiri tidak dapat berpikir jernih, padahal Dokter Adam sudah menunjukkan dengan jelas.Namun, Niko masih bertanya.Dia butuh jawaban, sekaligus penjelasan yang pasti.Jangan memintanya untuk menyimpulkan sendiri, dia tidak bisa.Otaknya sedang sulit untuk bisa berpikir jernih."Tidak ada masalah dengan rahim istri anda, janinnya juga sudah berada di dalam rahim," terang Dokter Adam.Niko pun terkejut mendengarnya dia pun segera mendekat dan melihat dengan jelas."Ini keajaiban, Dokter Niko. Lihat ini," Dokter Adam pun kembali memperlihatkan bagian lainya, rasanya pemeriksaan sebelumnya dan saat ini jauh lebih baik."Apakah ini mungkin?" tanya Niko yang belum percaya."Iya, i
"Aku pun akan mati, jika kamu mati," tambah Niko lagi.Ranti terdiam mendengar ucapan suaminya itu."Tapi aku akan tetap mempertahankan anak ku," kata Ranti dengan penuh keyakinan.Siapa pun ibu tak akan tega membunuh anaknya, begitu juga dengan Ranti."Vina, panggil, Dokter Winda!" pinta Niko.Untuk kaki ini dia tak bisa lagi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Dia tidak memiliki keberanian untuk mengetahui keadaan Ranti saat ini.Dia butuh bantuan dokter lain untuk bisa membantunya, sedangkan Dokter Winda adalah dokter senior yang sudah banyak menangani pasien dan Niko sudah tak tahu dengan kehebatannya.Meskipun perasannya begitu was-was akan keadaan Ranti saat ini.Tapi jelas terlihat bahwa Ranti akan dengan kerasnya pendiriannya yang tak akan menggugurkan kandungannya."Selamat siang, anda memanggil saya, Dok?" Dokter Winda pun telah tiba seperti yang di sampaikan oleh Vina untuk segera menemui Niko.Niko pun mulai tersadar dari pikirannya yang kacau, sambil melihat wajah
"Hamil?" Niko terdiam saat menyaksikan sendiri ada janin di rahim istrinya.Dia pun mengingat kembali saat itu Ranti menggodanya dan hal itu pun terjadi sebelum dia berpikir untuk membuat sel telurnya tidak bekerja.Bahkan saat itu tidak hanya satu kaki, namun berkali-kali.Lantas bagaimana ini?"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Ranti yang mendengar ucapan Niko.Niko pun kini melihat Ranti dengan pikirannya yang kacau."Niko, aku hamil?" tanya Ranti memastikan, "berarti testpack yang aku gunakan tadi tidak keliru," tambah Ranti.Ranti terus saja tersenyum bahagia membayangkan sebentar lagi anak menjadi seorang ibu.Dia langsung saja memeluk Niko dengan penuh kebahagiaan.Tak tahu harus bagaimana untuk meluapkannya tapi Ranti benar-benar tidak akan pernah bisa melupakan saat ini."Tuh, kan, nggak perlu adopsi anak. Buktinya sekarang aku hamil, artinya kita akan jadi orang tua," Ranti semakin mempererat pelukannya.Begitu larut dalam kebahagiaan yang tak bisa teralihkan sama sekali.Kemud
Beberapa hari kemudian.....Ranti menatap alat uji kehamilan di tangannya dengan malas.Entah sudah berapa kali dia menggunakannya demi mengetahui apakah ada janin yang tumbuh di rahimnya atau tidak.Mungkin saja ini sudah testpack yang ke 50.Dan hasilnya masih saja garis satu, sungguh membuatnya merasa sedih.Dia pun akhirnya segera menuju ranjang, hari ini dia sangat malas melakukan hal apapun.Sedangkan Niko sedang berada di rumah sakit.Dan seharusnya Ranti selalu mengantar makan siang untuk suaminya itu, sekaligus akan makan bersama-sama.Tapi dia pun malah tertidur pulas dan lupa untuk mengantarkan makanan siang untuk Niko.Hingga ponselnya pun berdering, tidurnya pun terusik dan dengan rasa malas menjawab panggilan itu."Halo," Ranti tak melihat terlebih dahulu nama siapa yang ada di layar ponselnya.Dia langsung saja menjawabnya."Sayang, kamu sudah di mana?" tanya Niko.Ranti pun baru tersadar jika yang menghubungi dirinya adalah Niko.Kemudian dia melihat jam dinding, dia p
Keesokan harinya."Kamu nggak ke kantor?" Ranti melihat Niko tampak santai di atas ranjang sambil memeluk dirinya.Ini tidak biasanya terjadi, karena kebiasaan Niko jika pagi begini pergi bekerja."Aku mau di rumah aja sama kamu," jawab Niko."Kenapa begitu?""Libur untuk satu hari rasanya tidak salah," kata Niko lagi.Ranti pun mengangguk mengerti.Mungkin Niko juga kelelahan dan butuh waktu untuk beristirahat.Mengingat selama ini Niko selalu saja disibukkan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya."Ranti, bagaikan kalau kita mengadopsi anak."Deg!Jantung Ranti rasanya keluar dari dadanya.Dia begitu shock mendengar pertanyaan Niko barusan.Tunggu dulu.Itu pertanyaan atau pernyataan?Ranti tak pernah berpikir jika Niko akan berkata demikian.Apakah Niko sudah sangat ingin memiliki anak sehingga dia mengatakan demikian."Tapi aku juga bisa hamil, kenapa harus mengadopsi anak?" tanya Ranti yang bingung.Niko pun menutup matanya dia pun segera bangkit dari atas ranjangnya berjalan