Share

Bab 330

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Asih sedang sakit, kalau semalam," kata Nia.

Nia juga sepertinya sangat antusias dalam membuat Asih menjadi tegang, lihat saja dia turut menimpali pembicaraan yang lainnya.

"Mana tau, mereka, 'kan, suka yang ekstrim," sambung Dion.

"Ahahahhaha," lagi-lagi tawa menggelegar pun terdengar.

Apa lagi yang menjadi penyebabnya jika bukan Barra dan Asih.

Sungguh tak pernah terpikirkan ini sebelumnya, tapi begitulah adanya saat ini.

"Tapi, serius. Semalam nggak ada apa-apa?" tanya Nia.

Nia merangkul pundak Asih dan bertanya dengan penuh rasa penasaran.

"Semalam?" tanya Asih kembali karena tidak mengerti dengan maksud Nia.

Semalam dia sangat lemah dan berada di rumah sakit bukan?

Lalu kenapa Nia masih saja bertanya?

Aneh bukan?

"Iya, namanya pengantin baru," lanjut Nia lagi sambil cekikikan.

Dia menyindir Asih tentunya, semoga saja Asih mengerti dengan maksud ucapannya itu.

Wajah Asih langsung saja memerah, dia benar-benar sudah tak kuasa menahan perasaan ini yang penuh dengan campur aduk.

Ini
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (11)
goodnovel comment avatar
Aerylindaeli
Niko memang ya selalu ada utk membuat suasana hangat dan membuat Dion selalu kesal padanya......
goodnovel comment avatar
Vivin Rista Moinggalo
hahaha ksian mas dion
goodnovel comment avatar
Jeri Sari
tambah 1 bab lg thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 331

    "Aku merasa ada yang bahagia saat melihat orang lain menderita, tapi padahal dia juga lebih memprihatinkan karena belum menikah," ujar Dion sambil menatap Niko.Dia tahu Niko sangat bahagia melihat dirinya menderita."Apa perlu sampai seperti itu?" tanya Niko.Dion pun mengangkatnya bahunya seakan dia tidak perduli."Dasar aneh, aku pasti akan menikah dengan seseorang yang nanti sangat spesial," Niko pun tersenyum sambil melirik Dion dan Barra."Mimpi," jawab Dion dengan ketus."Memangnya aku, Barra. Tiba-tiba sudah menikah," ejek Niko lagi."Biarkan saja, dari pada kau," sahut Barra sambil menatap Niko dengan remeh."Kenapa dengan aku?" tantang Niko."Tidak juga menikah!" jawab Barra membalas ucapan Niko."Ya, juga. Ya, kamu kapan?" kini Bunga pun melihat Niko sambil bertanya.Lihat saja, saat ini hanya Niko yang masih betah menyandang status sebagai seorang bujangan, sampai kapan?"Nanti, Tante. Untuk apa buru-buru, nikmati dulu masa-masa sendiri ini," jelas Niko."Sampai kapan?" ta

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 332

    "Ya, istirahat aja dulu. Dasar pengantin, baru," ujar Nia.Sedangkan Asih hanya diam tanpa membalas ucapan Nia, meskipun dia mendengarnya dengan sangat jelas. Tapi, dia lebih memilih untuk melanjutkan langkah kakinya yang hendak menuju kamar.Dia tak mau semakin lama bersama yang lain di ruang tamu, sebab tak sanggup terus menjadi topik utama dalam pembahasan yang tak ada habisnya itu."Barra, bantuin sana istri kamu jalan ke kamar, takutnya jatuh," celetuk Nia."Tau, nih. Nggak setia banget jadi suami," Niko pun ikut menimpalinya."Kalau aku bantuin istri ku, kamu nggak tersinggung?" tanya Barra."Kenapa harus tersinggung?" tanya Niko kembali."Secara kamu jangankan punya istri, punya pacar saja tidak," jawab Barra."Wah, kampret, memang!" kesal Niko.Sulit sekali untuk membuat dirinya menjadi pemenang di keadaan yang memang membuatnya hanya bisa sendirian.Tapi, bagaimana pun perasaan memang tak dapat untuk di paksakan, Niko terlalu banyak menyaksikan antara orang tuanya yang yang t

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 334

    "Kiara?" Kiara pun menoleh saat mendengar namanya di sebutkan, hingga dia pun melihat Nia yang berjalan ke arahnya."Ibu, ada yang bisa, Kiara bantu? Dila, sedang tidur, Bu. Katanya ngantuk banget, lagian kasihan kalau harus di paksa belajar dengan keadaan mengantuk," kata Kiara dengan panjang lebar.Nia pun tersenyum saat mendengar ucapan Kiara barusan, rasanya penjelasan Kiara terlalu panjang.Bahkan sebenarnya dia tidak bertanya sama sekali tentang Dila.Akhirnya Nia pun ikut duduk di samping Kiara, "Saya, tidak bertanya tentang, Dila. Saya lihat kamu ngelamun terus, ada apa?" tanya Nia.Kiara pun tersenyum sambil melihat gelas berisi mineral di hadapannya, dia kini berada di dapur.Tepatnya duduk di kursi meja makan dengan sejuta pikiran yang memenuhi benaknya."Kamu memikirkan, Barra?" tebak Nia.Kiara pun menoleh pada Nia, tapi dia hanya diam saja seakan larut dalam pikirannya yang memang begitu jauh."Saya mengerti dengan keadaan kamu, tapi anggap saja ini sebuah ujian. Lagi p

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 335

    "Ke kamar, Barra. Karena, aku tahu kamar, Barra jauh lebih luas dari pada kamar mu. Kamar, Barra juga berada di lantai dua. Aku pikir lebih baik kamu yang pindah ke kamar, Barra," jelas Nia sambil terus menarik lengan Asih."Sayang, kamu mau ke mana?"Nia pun terpaksa harus menghentikan langkah kakinya saat mendengar suara suaminya, tepat saat dia berada di ujung anak tangga."Nia, mau nganter, Asih ke kamar, Barra. Karena, mereka tidur di masing-masing kamar, aneh, 'kan, Mas?" tanya Nia."Oh, begitu," Dion pun mengerti dengan maksud dari istrinya tersebut."Mas, juga ikutan, yuk.""Iya."Nia pun kembali melanjutkan langkah kakinya, tangannya masih memegang lengan Asih yang artinya, Asih juga harus ikut melangkah saat dia melangkah kembali.Sedangkan Dion hanya mengikuti dari belakang, karena apa?Karena, dia juga tak ingin tidur di luar seperti yang dikatakan oleh istrinya pagi tadi.Semoga juga istrinya itu sudah lupa dengan apa yang dia katakan saat itu.Tok tok tok!Nia langsung m

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 336

    "Kamu tidak nyaman?" tanya Barra saat melihat Asih hanya bersandar pada daun pintu yang sudah tertutup rapat.Asih memang sedang tidak baik-baik saja saat ini, bahkan untuk sekedar menghirup udara saja dia merasa sulit.Sesak rasanya di dada saat udara pun tak ingin dia hirup untuk bisa tetap bernafas.Sedangkan untuk keluar dari kamar itu pun rasanya sangat tidak mungkin dan untuk tetap berada di sana pun menyulitkan sekali."Ayo istirahat, kamu belum kuat terlalu lama berdiri," kata Barra lagi.Asih pun menganggukkan kepalanya, kemudian duduk di sisi ranjang.Percayalah saat ini dirinya sendiri bingung harus bagaimana.Kenapa juga dia mendadak menjadi begitu tegang, tidak.Asih tidak begini.Dia adalah wanita yang kuat, keras kepala, serta tidak mudah untuk tunduk pada siapapun itu. Tapi, bagaimana dengan kali ini?"Asih," Barra menaikan sedikit nada bicaranya, karena Asih tampaknya hanya diam tanpa merebahkan tubuhnya sama sekali."Aku boleh tidur di sini?" tanya Asih dengan suara

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 337

    Rasanya sangat luar biasa, awalnya merasa sangat dingin. Namun, sepertinya kini udara berubah menjadi panas.Karena apa?Apakah karena suhu AC sudah normal?Tentu tidak, melainkan itu karena Asih kini berada dalam pelukan hangatnya Barra.Yang justru bukannya membuat dirinya bisa tidur malah sebaliknya, ini sangat luar biasa sekali bukan?Rasanya itu seperti sedang berada di dalam ruangan sempit, tanpa udara dan tanpa cahaya sama sekali.Mengerikan!"Kamu nggak nyaman?" tanya Barra.Barra merasa Asih seperti berbeda sekali, bahkan wanita itu sepertinya malah merasa sesak."Aku......." Asih pun terdiam dia bingung harus mengatakan apa pada Barra.Lagi pula mengapa bisa udara begitu dingin, belum lagi Barra yang justru malah memutuskan untuk memeluknya.Hey, Asih semakin sesak nafas. Apakah pria itu tak tahu?"Ya, apa? Kamu butuh sesuatu?" tanya Barra lagi, karena tampaknya Asih ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak bisa."Aku lapar," kata Asih.Ya ampun Asih, bukan itu yang sebenarnya

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 338

    "Semalam ada yang cemburu kayaknya," kata Kiara yang kini tengah duduk di kursi meja makan.Pagi ini Kiara disibukkan dengan mengurus segala keperluan Dila, karena semua pekerjaan itu kini benar-benar sudah berpindah tangan pada Kiara.Nia kasihan pada Asih yang sedang hamil muda, dia dapat merasakan seperti apa melelahkannya dengan keadaan seperti itu dan harus mengurus anak kecil sekaligus.Sungguh itu bukan hal mudah, apa lagi untuk kehamilan pertama.Hingga keputusan tepat adalah menyerahkan pekerjaan itu pada Kiara saja.Kemudian selesai dengan mengurus Dila, bahkan mengantarkan ke sekolah kini dirinya duduk kembali di kursi meja makan untuk sarapan paginya.Sedangkan Dion dan Barra sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali. Bahkan Asih sendiri tidak tahu kapan Barra berangkat bekerja, sehingga kini di meja makan hanya ada Nia, Kiara dan Asih.Asih yang terlambat bangun pagi ini, karena semalam tidak bisa tidur.Bayangkan saja selama malam menjelma Barra terus saja memeluknya, b

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 339

    Jarum jam sepertinya sangat lama berpindah dari tempatnya, padahal dari tadi Asih terus saja melihat jam yang terpasang di dinding kamarnya.Dia merasa waktu siang sangat lama sekali tiba, karena sudah tak sabar untuk segera pergi bersama dengan Barra.Sialan memang, mengapa dia menjadi seperti ini? Asih pun menyadari keanehan dirinya yang sangat jauh berbeda dari sebelumnya, dan semuanya beralasan karena seorang pria yang dulunya sangat dia benci.Bahkan seperti seorang perawan yang tengah mabuk kasmaran saja, rasanya ini sangat diluar logika.Hingga dia pun segera menuju kamar mandi, memilih untuk mandi kemudian memilih pakaian yang menurutnya paling bagus dan paling cocok untuk dia pakai.Walaupun masih harus menunggu sampai waktu siang.Namun, layaknya wanita yang tengah dimabuk asmara. Asih merasa pakaiannya tidak ada yang benar, semuanya sangat tidak bagus sama sekali.Hingga wajahnya pun tampak murung sambil terus menatap pakaiannya."Aku pakai yang mana, coba? Nggak ada yang

Latest chapter

  • Istri Lugu Presdir Dingin   TAMAT

    Satu Pesan dari Ibu[Kau tidak pulang? Jika tidak, Adinda akan menggantikan posisimu sebagai Presiden Direktur!] Membaca itu, Dimas segera mencengkram ponsel di tangannya.Sesaat kemudian ponsel itupun melayang dan berakhir hancur di lantai.Jika sebelumnya Laras mengancam akan menyumbangkan semua kekayaanya pada panti asuhan, maka kini Laras malah lebih gila lagi! Ibunya itu sampai mengatakan Adinda yang akan menggantikan posisinya.Ini gila!Dimas tidak habis pikir kenapa bisa Laras melakukan ini padanya.Dan jika Adinda yang menggantikan posisinya, itu akan jauh lebih membuatnya terhina di hadapan wanita jalang itu.Jelas tidak bisa dibiarkan!"Pak Presdir, Ibu Laras ingin berbicara," kata Gilang sambil memberikan ponsel di tangannya pada Dimas.Tentunya karena ponsel Dimas tak lagi bisa terhubung sebab sudah hancur berantakan di lantai."Katakan padanya saya akan pulang!" Dimas tak menerima ponsel yang diarahkan padanya.Dia menyambar jasnya dan langsung pergi.Jika bukan karen

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 479

    Setiap kisah dan waktu yang sudah terlewati tak akan bisa diulang kembali.Namun, semua kisah itu seakan lekat dalam ingatan tanpa bisa untuk terlupakan oleh ingatan.Aku Nia putri, menjalin kisah dengan takdir yang kujalani.Harapan ku hanya satu, bisa mendapatkan suatu harapan untuk bisa membuat ibu ku terus bersama ku setelah aku kehilangan ayah ku.Namun, siapa sangka bonus dari semua perjuangkan ku justru hal yang tak terduga.Justru kebahagiaan itu menghampiri ku.Dion seorang pria duda dengan satu anak dan usianya jauh lebih tua dari ku.Kami menjalin hubungan yang rumit karena sebuah alasan yang kuat namun penuh dengan air mata.Tujuan saling menguntungkan malah berakhir dengan saling mendapatkan kenyamanan.Tapi aku katakan aku bahagia.Awal kisah yang ku alami malah membawaku padanya.Meskipun banyak yang tidak aku inginkan dalam kisah ini.Tapi tetap saja aku tidak bisa bisa menolak takdir ku yang rumit itu.Terlepas dari itu semua aku adalah wanita penuh dengan kesalahan y

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 478

    Di tempat lainnya ada juga yang sedang berbahagia.Raya kembali melahirkan seorang anak laki-laki Dan kini anak itu diberi nama 'Raza' perpaduan antara nama Raya dan Reza.Itu adalah saran nama dari Dion.Reza dan Raya pun setuju saja."Itu nama dari, Opa Dion," kata Reza sambil tersenyum pada bayinya."Benar, dan ini adalah, Oma," Raya pun menunjuk Nia.Nia pun tersenyum karena merasa lucu, tapi bagaimana pun juga itu memang benar dan tidak masalah juga menjadi Oma diusia yang masih muda ini."Aduh, cucu Oma," Nia pun menggendong bayi lucu itu.Dia melihat wajah anak itu yang sangat mirip dengan Reza.Bahkan sedikit mirip dengan Zaki."Nia, berikan pada, Opanya," Dion pun menunjuk ke arah Chandra.Chandra pun tersenyum karena kini sudah memiliki seorang cucu."Bagaimana kalau berikan pada, Oma Kiara," celetuk Nia.Kiara yang dari tadi hanya diam pun seketika terkejut mendengar ucapan Nia."Ibu Nia, saya masih ting-ting. Saya masih mahasiswa, saya masih kecil, saya dipanggil, Kak Kia

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 477

    Beberapa bulan kemudian...Niko dan Ranti menyambut bahagia saat kelahiran putra mereka yang diberi nama 'Fatih Niko Adiguna'Sesuai dengan keinginan Niko, mereka hanya memiliki satu orang anak saja.Niko tidak ingin serakah, dia sudah merasa cukup dengan kehadiran seorang anak laki-laki untuk menjadi pewarisnya.Terlebih lagi tidak ingin melihat Ranti harus berada dalam sebuah keadaan yang menegangkan.Dia tak mau mengambil resiko.Meskipun keadaan rahim Ranti masih memungkinkan untuk mengandung lagi.Dia sangat mencintai istrinya dalam keadaan apapun.Menurutnya memiliki anak adalah sebuah hadiah.Tapi memiliki Ranti adalah anugerah.Jadi, dia sudah sangat bahagia dengan satu putra saja.Selebihnya dia menganggap anak Barra juga anaknya.Apa lagi Barra memiliki 3 orang anak, membuat Niko merasa anaknya sudah memiliki Kakak walaupun hanya sepupu saja."Wajahnya lebih mirip, Mama," kata Ranti.Dia pun melihat wajah Mama mertuanya dan lagi-lagi melihat wajah putranya.Putra kecil yang

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 476

    "Dokter Niko, lihat ini," Adam menunjuk layar monitor.Saat itu Niko pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Dokter Adam.Tapi Niko yang sedang tidak baik-baik saja tidak mengerti."Ada apa?" tanya Niko.Bodoh?Ya, Niko akan sangat bodoh jika sudah menyangkut tentang Ranti.Begitu juga dengan saat ini.Bahkan dia sendiri tidak dapat berpikir jernih, padahal Dokter Adam sudah menunjukkan dengan jelas.Namun, Niko masih bertanya.Dia butuh jawaban, sekaligus penjelasan yang pasti.Jangan memintanya untuk menyimpulkan sendiri, dia tidak bisa.Otaknya sedang sulit untuk bisa berpikir jernih."Tidak ada masalah dengan rahim istri anda, janinnya juga sudah berada di dalam rahim," terang Dokter Adam.Niko pun terkejut mendengarnya dia pun segera mendekat dan melihat dengan jelas."Ini keajaiban, Dokter Niko. Lihat ini," Dokter Adam pun kembali memperlihatkan bagian lainya, rasanya pemeriksaan sebelumnya dan saat ini jauh lebih baik."Apakah ini mungkin?" tanya Niko yang belum percaya."Iya, i

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 475

    "Aku pun akan mati, jika kamu mati," tambah Niko lagi.Ranti terdiam mendengar ucapan suaminya itu."Tapi aku akan tetap mempertahankan anak ku," kata Ranti dengan penuh keyakinan.Siapa pun ibu tak akan tega membunuh anaknya, begitu juga dengan Ranti."Vina, panggil, Dokter Winda!" pinta Niko.Untuk kaki ini dia tak bisa lagi untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.Dia tidak memiliki keberanian untuk mengetahui keadaan Ranti saat ini.Dia butuh bantuan dokter lain untuk bisa membantunya, sedangkan Dokter Winda adalah dokter senior yang sudah banyak menangani pasien dan Niko sudah tak tahu dengan kehebatannya.Meskipun perasannya begitu was-was akan keadaan Ranti saat ini.Tapi jelas terlihat bahwa Ranti akan dengan kerasnya pendiriannya yang tak akan menggugurkan kandungannya."Selamat siang, anda memanggil saya, Dok?" Dokter Winda pun telah tiba seperti yang di sampaikan oleh Vina untuk segera menemui Niko.Niko pun mulai tersadar dari pikirannya yang kacau, sambil melihat wajah

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 474

    "Hamil?" Niko terdiam saat menyaksikan sendiri ada janin di rahim istrinya.Dia pun mengingat kembali saat itu Ranti menggodanya dan hal itu pun terjadi sebelum dia berpikir untuk membuat sel telurnya tidak bekerja.Bahkan saat itu tidak hanya satu kaki, namun berkali-kali.Lantas bagaimana ini?"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Ranti yang mendengar ucapan Niko.Niko pun kini melihat Ranti dengan pikirannya yang kacau."Niko, aku hamil?" tanya Ranti memastikan, "berarti testpack yang aku gunakan tadi tidak keliru," tambah Ranti.Ranti terus saja tersenyum bahagia membayangkan sebentar lagi anak menjadi seorang ibu.Dia langsung saja memeluk Niko dengan penuh kebahagiaan.Tak tahu harus bagaimana untuk meluapkannya tapi Ranti benar-benar tidak akan pernah bisa melupakan saat ini."Tuh, kan, nggak perlu adopsi anak. Buktinya sekarang aku hamil, artinya kita akan jadi orang tua," Ranti semakin mempererat pelukannya.Begitu larut dalam kebahagiaan yang tak bisa teralihkan sama sekali.Kemud

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 473

    Beberapa hari kemudian.....Ranti menatap alat uji kehamilan di tangannya dengan malas.Entah sudah berapa kali dia menggunakannya demi mengetahui apakah ada janin yang tumbuh di rahimnya atau tidak.Mungkin saja ini sudah testpack yang ke 50.Dan hasilnya masih saja garis satu, sungguh membuatnya merasa sedih.Dia pun akhirnya segera menuju ranjang, hari ini dia sangat malas melakukan hal apapun.Sedangkan Niko sedang berada di rumah sakit.Dan seharusnya Ranti selalu mengantar makan siang untuk suaminya itu, sekaligus akan makan bersama-sama.Tapi dia pun malah tertidur pulas dan lupa untuk mengantarkan makanan siang untuk Niko.Hingga ponselnya pun berdering, tidurnya pun terusik dan dengan rasa malas menjawab panggilan itu."Halo," Ranti tak melihat terlebih dahulu nama siapa yang ada di layar ponselnya.Dia langsung saja menjawabnya."Sayang, kamu sudah di mana?" tanya Niko.Ranti pun baru tersadar jika yang menghubungi dirinya adalah Niko.Kemudian dia melihat jam dinding, dia p

  • Istri Lugu Presdir Dingin   Bab 472

    Keesokan harinya."Kamu nggak ke kantor?" Ranti melihat Niko tampak santai di atas ranjang sambil memeluk dirinya.Ini tidak biasanya terjadi, karena kebiasaan Niko jika pagi begini pergi bekerja."Aku mau di rumah aja sama kamu," jawab Niko."Kenapa begitu?""Libur untuk satu hari rasanya tidak salah," kata Niko lagi.Ranti pun mengangguk mengerti.Mungkin Niko juga kelelahan dan butuh waktu untuk beristirahat.Mengingat selama ini Niko selalu saja disibukkan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya."Ranti, bagaikan kalau kita mengadopsi anak."Deg!Jantung Ranti rasanya keluar dari dadanya.Dia begitu shock mendengar pertanyaan Niko barusan.Tunggu dulu.Itu pertanyaan atau pernyataan?Ranti tak pernah berpikir jika Niko akan berkata demikian.Apakah Niko sudah sangat ingin memiliki anak sehingga dia mengatakan demikian."Tapi aku juga bisa hamil, kenapa harus mengadopsi anak?" tanya Ranti yang bingung.Niko pun menutup matanya dia pun segera bangkit dari atas ranjangnya berjalan

DMCA.com Protection Status