Akhirnya untuk hari ini Nia pun selesai membuat kue kering hingga beberapa kue ulang tahun.Bibirnya tersenyum bahagia saat memandangi hasil karyanya tersebut, begitu pun juga dengan Asih yang tak kalah bahagia."Besok, toko kue kita sudah bisa diresmikan," kata Nia."Wah, semoga bisa berhasil dan sukses," kata Buk Rumi yang juga tidak kalah bahagia.Saat itu Nia merasakan tubuhnya mulai ringan, indra penglihatannya mendadak menjadi buram.Nia pun melihat sekiranya yang tampak berputar, dirinya juga bingung mengapa bisa itu terjadi.Hingga tangannya pun memegang kepalanya dan saat itu Nia pun kehilangan kesadaran.Beberapa saat kemudian Nia pun membuka matanya, tersadar dirinya sudah berada di rumah sakit."Kamu kelelahan," kata Dion yang berdiri di dekat Nia.Nia pun menyadari bahwa dirinya memang terlalu sibuk untuk membuat kue, sehingga melupakan jika dirinya juga butuh waktu sedikit untuk beristirahat.Mungkin karena terlalu semangat, sehingga lupa dengan badannya yang juga merasa
Pagi harinya Nia merasa lebih baik, karena semalam benar-benar beristirahat.Bahkan untuk hari ini dirinya juga belum diperbolehkan untuk pulang.Sedangkan toko kue hari ini pun sudah di buka, tanpa dirinya tentunya.Sungguh hal yang sangat menyedikan bagi seorang Nia, sebab sejak kemarin sudah sangat menantikan hari ini.Meskipun begitu tetap saja Nia merasa bahagia, karena sudah bisa membuka toko kue.Memang toko tersebut bukan miliknya, akan tetapi kerja kerasnya juga bisa menjadi kebahagiaan untuk anaknya dan juga Ibunya, karena Nia yang ingin hidup mandiri."Mas, besok Nia udah bisa pulang belum sih? Nia pengen ke toko.""Istirahat dulu, setelah itu barulah kita pikirkan masalah toko," kata Dion."Mas, kamu ngerti perasaan aku nggak sih? Kamu kenapa nggak pernah tahu gimana rasanya jadi aku? Aku pengen banget pulang dan melayani pembeli di toko!" "Iya, aku tahu. Tapi, keadaan kamu belum pulih.""Kamu nggak pernah bisa mengerti perasaan aku! Udahlah, mendingan kamu pergi aja!"Di
Dion tak ingin merasakan penderitaan sendiri, hingga dia pun mengambil alih sendok dari tangan Nia.Kemudian menyuapi istrinya tersebut, "Mami, juga suka, ayo Mami, buka mulut," kali ini Dion yang tersenyum puas melihat wajah Nia yang memerah.Nia sudah tahu tentunya akan rasa asin itu, jika dirinya tersiksa. Maka biar mereka tersiksa bersama.Ada saja cara Dion untuk membuat Nia juga merasakan apa yang dia rasakan."Mami, udah kenyang Papi, kan Mami baru makan. Sedangkan Papi belum, ayo Mami suapin lagi, buka mulut Papi," Nia pun kembali merebut sendok dari tangan Dion.Kembali berbalik pada Dion, sepertinya Dion yang harus menghabiskan nasi goreng spesial buatan Dila.Dion pun melihat wajah Dila, yang tampaknya menunggu untuk melihat Dion memakan nasi goreng itu."Ayo, Papi. Itu Dila, buat sendiri," wajah Dila benar-benar berharap, karena itu adalah hal yang pertama kali dilakukannya."Papi, ayo habiskan. Kasihan Dila, udah repot-repot masak. Papi, sayang Dila dong?""Iya dong Papi,
Sesaat kemudian Nia pun melepaskan Dion, sebab itu memang hukuman untuk Dion yang hari ini mendadak menjadi aneh.Bahkan membuatnya kesal bukan main.Tapi, Dion pun lagi-lagi ingin membuat Nia kesal. Apa lagi tawa Nia yang menggelegar mampu membuat dirinya menjadi bahagia.Dengan segera Dion menggelitik ketiak Nia kembali, benar saja tawa wanita itu kembali terdengar dengan kerasnya."Ahahahhaha.""Rasakan ini, mau yang lebih keras?""Mas, geli," kata Nia yang sudah tak dapat menahannya.Nia sangat berharap Dion menghentikan apa yang dia lakukan.Tetapi sepertinya terlalu sulit, Dion masih terlalu bersemangat untuk membuatnya menjerit lebih keras lagi."Mas, cukup!""Kenapa? Kamu juga usil sekali!""Ampun!""Rasakan ini!""Ahahahhaha, Mas aku bisa ngompol nanti!""Biarkan saja, ayo keluarkan!"Sedangkan Niko yang sudah berdiri di depan pintu dan bersiap untuk masuk pun akhirnya terdiam sejenak.Padahal dirinya hanya ingin memeriksa keadaan Nia saja, tapi malah mendadak mendengar sua
Satu Minggu ini adalah hal yang sangat membahagiakan bagi seorang Nia. Selain sudah pulih kembali dan juga sudah bisa beraktivitas seperti biasa.Toko kuenya juga kini sudah memiliki banyak pelanggan, bahkan Nia sudah tidak lagi sendirian membuat kue.Ada Mila dan juga Rara, seorang karyawan yang baru saja bekerja beberapa hari ini dengannya.Tugas Nia hanya meracik bahan-bahan, kemudian dia hanya memantau dua orang wanita itu untuk bekerja sesuai dengan perintahnya.Sedangkan Asih masih menjadi bagian dari orang kepercayaan Nia, dia pun bertugas sebagai seorang pelayan.Sekaligus kasir.Usaha ini memang masih terbilang cukup kecil, akan tetapi ada harapan yang besar untuk membuatnya menjadi maju pesat."Gimana dengan penjualan hari ini?" tanya Nia pada Asih yang sedang menghitung jumlah uang pendapatan penjualan untuk hari ini."Lumayan, lebih banyak dari pada kemarin," jawab Asih dengan penuh semangat."Syukurlah kalau begitu.""Nia, tapi kemaren itu uang yang pakai untuk sekolah ad
"Sayang, kita pulang ke rumah, ya. Mas, mau kita sama-sama lagi," pinta Dion.Nia pun terdiam mendengarkan apa yang diinginkan oleh Dion.Menimbang keinginan suaminya itu untuk pulang ke rumah bersama."Kamu belum yakin sama Mas?"Kini Nia duduk di samping Dion yang sedang mengemudikan mobilnya menuju rumah, tapi sepertinya Dion ingin membicarakan tentang hal ini karena wajah pria itu tampak begitu serius.Nia pun melihat wajah Dion dari samping, sejenak menimbang keinginan Dion."Coba, pikirkan lagi, Mas janji nggak akan mengulangi kesalahan yang dulu lagi. Mas, sayang sama kamu," jelas Dion lagi."Nia, mau sih Mas. Cuman, Nia nggak mau ketemu sama Reza lagi," jawab Nia.Masa lalu yang kelam itu tak mudah untuk dilupakan.Meskipun sebenarnya Nia sudah tak lagi merasa terbebani dengan semua kejadian yang sangat menghancurkan hidupnya.Namun, rasanya untuk bertemu setiap harinya tentunya akan sangat terbebani."Justru itu, sekarang kamu tunjukkan pada dia."Nia pun menatap Dion penuh t
"Mami!" seru Dila sambil berlari masuk ke dalam kamar.Seketika itu juga Nia dan Dion panik bukan main, Dion bahkan sampai jatuh dari atas ranjang.Itu karena, Nia yang mendorongnya sendiri. Terlalu panik membuatnya menjadi tidak sadar dan melakukan itu."Aduh," Dion pun memegang pinggangnya, rasanya cukup sakit karena benturan pada lantai cukup keras.Sedangkan Nia menutup kedua matanya dengan telapak tangannya sendiri, tidak menyangka jika Dion sampai terjatuh di lantai."Maaf, Mas. Nia, nggak sengaja," kata Nia dengan tersenyum kikuk.Dirinya benar-benar tidak percaya bisa melakukan itu semuanya, mungkin karena tak ingin Dila melihat jika Dion dan dirinya sedang bermesraan di hari yang masih terang ini.Anak itu masih sangat kecil, tentunya tidak baik melihat itu semua."Mami sama Papi ngapain?" Dila yang bingung melihat kedua orang tuanya saat ini pun hanya berdiri di tempatnya.Menyaksikan keanehan yang mungkin cukup menimbulkan tanya."Apa Papi, tidur di lantai?" tanya Dila lagi
Tidak di sangka akhirnya kini Nia kembali menjejakkan kakinya di rumah ini lagi, rumah yang membuatnya harus hidup satu atap dengan seorang pria yang tak lain adalah Ayah dari anaknya Zaki.Nia sebenarnya tidak ingin lagi melihatnya wajah pria itu tampak di depan kedua matanya, tetapi juga dirinya tidak bisa jika menolak keinginan Dion.Alasan kenapa harus kembali ke rumah itu, Nia pun tak bisa egois setelah tahu alasan Dion adalah Bunga.Sebagai seorang anak yang mencintai Ibunya, tentu dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Dion saat ini.Juga dirinya yang sudah terlanjur nyaman di pelukan Dion tak mampu untuk menjauh lagi, terlalu banyak drama atau bagaimana. Tapi, Nia memang begitu ingin berada di dekat Dion.Hatinya juga ingin bahagia, menutup kenangan pahit yang pernah dilaluinya dan membuka lembaran baru kembali."Sayang, ini kehidupan. Kamu tidak boleh takut, buktikan bahwa kamu adalah wanita yang kuat," bisik Dion yang kini berdiri di samping Nia.Nia yang menghentikan langk