Akhirnya hari ini Nia dan Dion pun memutuskan untuk pulang ke rumah besar milik Dion.Semuanya sudah berbeda dari sebelumnya, sebab kini hubungan keduanya sudah benar-benar menjadi keluarga yang utuh.Perjalanan menuju rumah Dion memang tidak memakan waktu yang panjang dari rumah kedua orang tua Nia.Tetapi tetap saja Nia terlelap dalam tidur sambil memberikan Asi untuk Zaki.Tepatnya duduk di samping Dion yang sedang mengemudikan mobil.Sementara Dila duduk di jok belakang, dari tadi Dila terus saja bernyanyi dengan riangnya.Namun, sama sekali tidak mengusik tidur Nia yang benar-benar kelelahan setelah di ajak lembur oleh Dion semalam, di tambah lagi pagi tadi di kamar mandi.Bahkan sebelum berangkat juga sempat mandi lagi, karena lagi-lagi Dion menggempurnya tanpa hentinya.Nia juga bingung dan bertanya-tanya apakah tak ada rasa lelah untuk bercinta, tetapi itu hanya sebatas pertanyaan di dalam hatinya.Tanpa bertanya kepada Dion secara langsung, sebab tak memiliki keberanian.Sese
Perlahan Nia pun meletakkan Zaki di atas box yang memang sudah dibelikan oleh Dion beberapakali hari yang lalu.Bayi itu masih saja terlelap dalam tidur, setelah dimandikan oleh Farah barusan sungguh membuat tubuhnya jauh lebih segar.Hingga tiba-tiba tangan Dion pun melingkarkan di pinggang Nia dengan begitu erat.Nia berusaha melepaskan tangan Dion, tetapi tidak bisa.Karena tangan itu masih saja melingkar dengan eratnya tanpa ingin terlepas sama sekali.Hingga akhirnya ada napas hangat yang berhembus pada tengkuknya.Sial.Rasanya sungguh membuat tubuh Nia menjadi bergetar.Belayan lembur Dion seakan membawanya hanyut seketika itu.Terbang melayang seakan berada di langit yang tinggi."Nia, Mas menginginkan mu," bisik Dion.Nia memejamkan matanya, meresapi belayan lembut yang kian semakin menjadi-jadi.Hingga akhirnya Dion pun memutar tubuh Nia dan kini keduanya saling berhadapan langsung, sesaat kemudian tangan Dion mengusap tengkuk Nia.Perlahan menariknya semakin dekat, tatapan
Paginya Nia disibukkan dengan mengurus segala keperluan Dila, meskipun sambil menggendong Zaki tak lantas membuatnya merasa kesulitan."Dila, Papi di mana?" Sarah yang baru saja ikut bergabung di ruang makan pun bertanya kepada cucunya, sebab tidak melihat keberadaan Dion di antara mereka."Tadi, masih bobo Oma," jawab Dila sambil terus mengunyah makanannya."Nggak ngantor memangnya?" Tanya Bunga lagi."Nggak tahu," jawab Dila lagi."Ya, sudah. Biar, Mami susul Papi ke kamar dulu," Nia pun menuju kamar, sambil tersenyum melihat Zaki yang juga tersenyum padanya.Sampai akhirnya matanya melihat Dion yang sedang menutup pintu kamar.Nia pun tersenyum dan ingin menghampiri suaminya itu, namun langkah kaki Nia mendadak terhenti saat melihat seorang wanita yang terlebih dahulu mendekati Dion.Seorang wanita yang cukup dikenalnya, namun menurut Nia sedikit tidak pantas melihat cara wanita tersebut menyapa suaminya.Bagaimana pun wanita itu juga sudah memiliki suami, begitu juga dengan Dion y
Siang ini Nia masih saja memilih untuk diam, suasana hatinya benar-benar kacau setelah melihat Dion dan Raya pagi tadi.Hingga akhirnya suara telpon pun berbunyi, Nia pun menjawabnya dengan segera."Halo," jawab Nia sambil memegang telepon dan meletakan pada telinganya."Kamu sedang apa?" Tanya Dion di sebrang sana, tanpa bertanya pun Dion sudah tahu jika yang menjawab panggilan tersebut adalah Nia.Suara Nia sudah melekat di otaknya sehingga tidak perlu panjang lebar dalam bertanya."Ya," jawab Nia, dia pun tahu itu Dion. Tapi, karena masih kesal Nia pun hanya berbicara seadanya saja."Maaf ya, pagi tadi Mas buru-buru banget. Soalnya Mas kelamaan bangun," Kata Dion lagi.Nia masih saja memilih untuk diam, mendengarkan apapun yang dikatakan oleh Dion melalui sambungan telepon."Mas, juga sedang sibuk sekali. Kamu antarkan makan siang ya, kita makan siang sama-sama, Mas tunggu," Dion pun memutuskan sambungan telepon.Begitu juga dengan Nia yang perlahan meletakan telepon kembali pada t
Nia berusaha tetap tenang, meskipun terasa sangat menegangkan.Hingga akhirnya Dion pun tersenyum setelah menyadari penyebab dari perubahan sikap Nia."Kenapa Mas baru sadar ya?" Kata Dion di selingi tawa kecil.Sedangkan Nia memilih melihat arah lain, dirinya mendadak seperti seorang tersangka yang siap menerima hukuman.Rasanya antara kesal dan juga bingung, takut dan juga menyesal setelah atas kesalahannya sendiri.Tetapi bagaimana lagi, rasa itu memang datang begitu saja. Membuat harinya yang cerah berubah mendung seketika.Astaga Nia, apa yang sedang terjadi pada mu saat ini, ayolah sedikit saja untuk menyadarinya."Jadi, pagi tadi Mas juga tidak tahu mengapa ada wanita itu di depan pintu kamar. Saat kamu muncul, Mas juga baru keluar dari kamar, tidak ada yang terjadi ataupun hal yang harus dipikirkan," jelas Dion bahkan tanpa Nia bertanya sekalipun.Mungkin dengan sedikit penjelasan bisa membuat istrinya itu mengerti, lebih-lebih lagi jika wajah Nia kembali bersinar karena senyu
Akhirnya Dion pun melepaskan Nia, kemudian menarik tengkuk Nia namun saat itu bertepatan dengan pintu yang tiba-tiba terbuka.Sepertinya semua harus tertunda dengan penuh kekecewaan yang begitu luar biasa.Reza berdiri di ambang pintu dengan beberapa berkas di tangannya, bahkan berkas itu sampai terjatuh di lantai.Apa yang kini di rasakan dan di pikirkan oleh Reza?Entahlah, mungkin sakit yang mulai terasa. Terlambat menyadari cinta ternyata menyisakan sebuah penyesalan yang teramat dalam.Membuat Nia dan Dion pun tersadar, hingga akhirnya Dion pun menghentikan keinginannnya yang padahal hampir saja merengkuh Nia ke dalam dekapan hangatnya.Sesaat kemudian Nia pun memilih untuk menjauh, melihat sekitarnya asalkan tidak melihat Reza.Nia bukan menolak, hanya saja menurutnya itu adalah hal pribadi yang tidak pantas untuk di pertontonkan pada orang lain.Selebihnya tidak sama sekali, bahkan tidak untuk menjaga perasaan, apa lagi sampai menjaga perasaan Reza.Tapi bagaimana dengan Reza?
Tidak ada yang dapat menghalangi kebahagiaan ini, bahkan semua seakan semakin membara saja.Hembusan angin yang menyentuh seakan menjadi pendukung kebahagiaan, bergandengan tangan dengan erat sambil berjalan di tepi pantai.Menikmati keindahan matahari yang hampir tenggelam di perairan laut lepas.Tak pernah Nia bermimpi bisa kembali bahagia setelah trauma di masa lampau yang cukup menyisakan sebuah luka.Namun, siapa sangka, setelah badai yang menerpa kini terbitlah sinar cinta yang bersemi di hati.Menepikan luka lama dan membangun mahligai pernikahan bersama orang baru, padahal sudah jelas bahwa dari awal keduanya sama-sama terpaksa mengawali pernikahan ini.Lagi-lagi semuanya sudah di depan mata, di balik luka lara ini ternyata masih bisa sembuh juga dan Nia berharap semoga kebahagiaan ini tidak akan berlalu begitu saja.Nia berdiri di tepi pantai, dengan Dion yang memeluknya erat dari belakang.Mata keduanya tertuju pada matahari yang perlahan mulai tenggelam di laut lepas, begit
Pagi harinya Nia pun terbangun dari tidurnya, itupun karena cahaya matahari yang menyentuh wajahnya.Hingga akhirnya Nia pun melihat jam dinding, seketika matanya pun melebar sempurna."Jam 11:20?" Nia benar-benar shock, hingga akhirnya melihat ke sampingnya. Tetapi, tidak ada Dion di sana."Udah, jangan panik. Zaki, udah bobo siang ini."Nia pun langsung melihat asal suara, siapa lagi kalau bukan Asih.Bahkan Zaki sudah terlelap dalam box bayinya, tapi barusan Asih mengatakan apa?"Zaki, tidur siang?" Tanya Nia."Iya, emang Ibunya yang baru bangun tidur?" Celetuk Asih sambil cekikikan.Sebab, Asih sedang menggoda Nia saat ini.Sementara itu Nia hanya mengusap wajahnya, merasa malu setelah menyadari Asih sedang menggoda dirinya.Hingga akhirnya Asih pun berjalan ke arahnya, kemudian duduk di sisi ranjang."Gimana?" Tanya Asih sambil mencubit lengan Nia."Apanya?" Tanya Nia kembali, karena tidak mengerti sama sekali."Ya ampun, itunya! Ini," Asih pun merapatkan kedua tangannya."Ya amp