Part 57POV DANIAHandoko Permadi. Sebuah nama yang terpatri di dalam hati sebagai lelaki yang paling kubenci di dunia ini. Ia adalah seorang kaya raya yang beristrikan seorang tuan putri bernama Ines, entah nama panjangnya siapa. Seorang perempuan angkuh dan bengis yang tidak memiliki pri kemanusiaan. Mereka berdua memiliki daftar hitam dalam catatan hidupku.Aku pernah sekali waktu singgah dalam kehidupan mereka. Persinggahan yang kemudian membuat sebuah perubahan dan petaka besar dalam hidupku. Aku hanyalah gadis kampung yang datang ke kota untuk mengais rezeki, tetapi justru menjadi awal yang buruk dalam kehidupanku.***Aku menatap wajah yang ada di cermin. Cukup jauh berbeda denganku yang dulu. Hidung yang mancung, Pipi tirus dan bibir tipis. Tiga bagian tubuh berhasil aku ubah, sudah cukup membuat ciri-ciri wajahku yang dulu tidak ada di wajah yang sekarang. Bibir ini tersenyum puas. Sepuluh tahun menjadi pahlawan devisa di negeri orang, dan sekaranglah waktunya aku untuk meni
Part 58 POV CIKASetelah Pak Diman terlihat aneh, aku semakin yakin kalau memang ada sesuatu yang diketahuinya, tetapi tidak mau mengatakan padaku. Tidak mengapa, aku pasti akan menemukan sebuah waktu yang tepat untuk bisa mengetahui hal itu. Tidak ada kejahatan yang abadi. Tidak ada rahasia yang tidak bocor jika itu menyangkut masa lalu orang lain. Aku meninggalkan Pak diman yang terlihat tidak enak menatapku dengan punggung yang menggendong sebuah mesin.Masuk ke tempat parkir dan keluar untuk membeli makanan.Pak Diman sempat memberitahu kalau rumah itu ada yang membersihkan dan dia akan datang dua hari sekali, tetapi tidak menginap.Ada yang membersihkan rumah, tetapi kamarku terlihat tidak diurus sama sekali. Mereka benar-benar kejam.Setelah membeli makan di luar dan kembali ke rumah, aku yang penasaran masuk ke kamar kakakku, Kevin. Aku bahkan tidak pernah berani menyebut kak padanya, karena Kevin sangat membenciku. Keluarga yang aneh yang membenci makhluk yang seharusnya palin
Part 59Sepandai-pandainya tupai melompat, ia pasti akan terjatuh juga. Kalimat pepatah itu adalah sebuah gambaran yang pas untuk keadaan Han saat ini. Ia merasa terjebak dan rugi besar dengan menikahi Dania secara siri dan memberinya mahar yang sangat banyak. Nyatanya wanita itu tidak memberikan kepuasan apapun. Selalu ada saja alasan Dania untuk tidak melayaninya dengan baik di atas ranjang. Namun setelahnya, ia pasti akan memanjakan Han dengan cara yang lain. Dan Han sangat kesal dengan kondisi itu.Ia sudah rugi, tetapi tidak mendapatkan pelayanan, tetapi hatinya tidak bisa menjauhi Dania. Sungguh hal yang aneh. Ingin rasanya meninggalkan wanita itu, tetapi ia sudah rugi banyak.“Kalau buat beli cewek kayak Sely, bisa dapat lima untuk satu tahun,” gerutunya sambil mengemudi.Ia sangat kesal melihat Dania justru bersikap baik pada Cika.“Kenapa ingin menjadi orang baik sama Cika semua sih? Enggak Dania, enggak Sely. Apa mereka semua pencitraan di hadapanku karena ingin kunikahi res
Part 60Dania menyadari ada satu sikap Cika yang mirip dengannya yakni keras kepala dan tidak mau menceritakan tentang hidupnya dengan orang lain.Hari itu ia mengajak Cika sesuai dengan keinginan anak itu. Cika mengatakan sebuah tempat, yakni pantai. Dania menyetujuinya, sepanjang jalan ia tidak bertanya apapun terhadap Cika, memberikan ruang pada anak itu untuk dapat menerima sosoknya yang baru dalam dunia anak tersebut.Cika hanya termenung di bibir pantai. Pun dengan Dania. Mereka berdua sama-sama memandang laut lepas yang airnya sangat jernih siang itu.Cika mengosongkan segala pikiran. Ia memberikan ruang pada otaknya untuk tidak memikirkan apapun beban yang dialami dalam hidup. Dania pun melakukan hal yang sama. Keduanya duduk di sebuah saung dan memesan dua buah kelapa. Hingga tidak terasa, mereka diserang kantuk dan akhirnya terlelap.Cika bangun lebih dulu. Ia menatap wajah Dania yang tertidur lelap. Terlihat lelah.“Kak, bangunlah!” ucap Cika sambil menggoyangkan kaki Dania
Part 61Hujan bagi sebagian orang saat yang sangat dirindukan. Dingin dan syahdu dan waktunya berkumpul dengan keluarga. Akan tetapi bagi Cika, gerimis yang turun saja sudah membuat hatinya semakin kosong. Sejak kecil, saat hujan tiba, Ines selalu bersama Kevin menghabiskan hari mereka berdua. Bercengkrama dan bercanda. Ia dan Kevin selisih enam tahun umurnya.Saat hujan melanda, Cika hanya bisa melihat kemesraan Ines dan Kevin dari balik jendela. Saat sesekali berani mendekat, Kevin selalu membully nya yang disambut gelak tawa dari Ines.“Apa lo? Apa lo? Dasar anak sampah.” Ucapan Kevin yang masih terngiang di benak Cika.Kalau sudah seperti itu, Ines akan tertawa kencang seolah itu adalah adegan yang paling lucu. Biasanya Siti akan mengangkat tubuhnya untuk ke kamar dan mengajaknya bicara banyak hal. Namun, Cika tetap saja diam. Kakak adalah tempat berlindung bagi sebagian anak dan itu tidak berlaku untuk Cika.Hujan selalu Cika lewati dengan melukis embun di balik jendela, bila Si
Part 62“Aku pun pernah dibuat seseorang tidur di luar rumah sampai sakit hingga saat ini. Jadi, kita sama. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku. Kita duduk dan tunggu mereka membukakan pintu. Kalau tidak, aku akan menelpon Pak Han lagi.Dodi tiba-tiba muncul dengan membawa payung. Setelah membukakan gerbang, ia pergi ke luar. “Cika, ngapain kamu di luar?” tanyanya kaget.“Sudah biasa kan Pak seperti ini? Kenapa harus bertanya?” Cika balik bertanya.“Ibu sudah pulang. Aku akan meminta izin dulu ya? Untuk memasukkan kamu?” kata Diman lalu berlari ke arah pintu belakang yang hanya dia yang memiliki kunci cadangan.“Apa mereka selalu seperti ini sama kamu? Atau karena kamu pergi lama denganku?” Dania mulai mencari informasi.“Sudah terbiasa kok, Kak. Aku sepertinya bukan anak yang diharapkan hadir di keluarga ini,” kata Cika lirih. Mereka seolah membenciku seperti aku ini anak pembawa sial sejak lahir. Entahlah, kenapa mereka tidak membunuh saja aku? Aku ini lebih baik mati daripada haru
Part 63Aisya adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Ibunya memiliki penyakit yang membuatnya tidak bisa bekerja. Sementara ayahnya tidak bisa meninggalkan anak-anak desa karena ia merupakan seorang guru ngaji.“Aku tidak apa-apa, Pak pergi. Asalkan Ibu dan Bapak bisa bebas dari jeratan hutang. Dan Bapak masih bisa mengajar mengaji. Tidak apa-apa aku berkorban untuk itu, karena Bapak melakukan hal yang mulia di desa ini.”“Kamu mau pergi kemana?” tanya sang ayah. “Mau kerja dimana?“Mbak Win bilang, ada teman majikannya yang mencari pengasuh untuk anaknya yang umur lima tahun, Pak. Kalau mengasuh anak kecil, aku bisa. Dan kerjanya tidak capek,” bujuk Aisya. “Gajinya satu juta. Besar ‘kan, Pak? Sudah makan di sana juga. Jadi, nanti uangnya bisa aku kumpulkan selama satu tahun buat bantu Bapak melunasi hutang. Bapak tinggal cari uang buat makan sehari-hari di rumah. Aku bisa ngirit kok, Pak.”Setelah melalui pertimbangan berhari-hari, akhirnya ayah Aisya mengizinkannya untuk bekerja.
Part 64Asiya berjalan di belakang Simbok. Melewati beberapa kamar dan ruangan yang banyak kursinya. Rumah Han terasa membingungkan buatnya. Setelah dua menit, sampailah ia pada ruang tamu besar dengan kursi yang mewah. Beberapa lukisan tergantung di tembok dan ada juga foto keluarga di sana.“Bapak, Ibu, ini Aisya. Dia yang akan menjadi pengasuh Den Kevin mulai besok. Tadi juga sudah kenalan sama Den Kevin dan Den Kevin sepertinya sangat suka sama Aisya,” kata Simbok dengan sopan dan masih berdiri.Aisya tidak berani menatap dua majikannya. Rumah yang sangat besar menjadikannya orang yang sangat kecil. Merasa rendah sekali posisinya.“Aisya, itu Pak Han dan bu Ines, mereka adalah pemilik rumah ini. Majikan kita,” kata Simbok.Aisya baru berani mendongakkan kepala. Menatap satu per satu orang yang duduk di kursi. Ia mengangguk sopan. Han tersenyum ramah, sementara Ines, hanya mengangguk sekedarnya tanpa menyambutnya dengan senyuman.“Maaf, saya harus panggil dengan sebutan apa?” tanya