Share

Part 38

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-26 10:45:54

Sepeninggal Tohir dan Erina, keheningan dan kekakuan tercipta diantara kedua ibu dan anak itu.

"Nad, Ibu bawa apel merah kesukaan kamu. Ibu kupasin, ya?" tawar Anti dengan nada lembut.

Nadia menggeleng. "Aku sudah makan apel dikupasin Mama tadi," sahutnya dingin.

"Oh, iya. Kamu mau apa? Ibu ingin mengambilkan apa yang kamu inginkan untuk kamu."

Nadia hanya menjawab dengan gelengan.

"Kamu belum cuci muka, 'kan?" tanya Anti melihat wajah anaknya yang kusut. Lagi, Nadia hanya menggeleng lemah.

Anti beranjak, mengambil air dalam gayung yang dicampur dengan sedikit air panas yang tersedia dalam termos. Merogoh sapu tangan yang ia taruh di dalam tas.

"Ayo, dilap dulu biar segar," ujar Anti mendekat pada tubuh Nadia.

"Gak usah, biar Mama aja nanti," tolak Nadia lirih. Terdengar sekali dirinya enggan berbicara dengan ibu kandungnya.

Terasa sakit mendengar penolakan itu. Namun, Anti masih bisa menahan untuk tidak me

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (22)
goodnovel comment avatar
Bunda Widi
yaaah harusnya begitu nadia bisa di ajak bicara langsung ceritakan dong... kan Bu Saroh ga 24 jam setiap hariny menunggu si Nad
goodnovel comment avatar
Wagirin
Seharusnya kan sdh di cerita kan, bahwa Ibunyalah yg mendonorkan darahnya kpd Nadia..
goodnovel comment avatar
ardy75
tk ada yg slh/pun yg benar,semua salah dlm polemik ank & ibu. anti semakin dilema di antara keinginan berdamai dgn hati & kehiduoan,di sisi lain org tua(saroh) picik & kolot pola pikir nya sngt mempengatuhi otak nadia. semoga rekan pembaca mampu mengambil hikmah dr cerita yg terlihat sederhana ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 39

    Anti masih terisak di atas motor. Sebuah tepukan membuatnya terpaksa berhenti. Saat kepala ia dongakkan, berdiri di hadapannya sosok lelaki yang beberapa waktu terakhir sering ia temui."Jangan menangis di tempat umum! Malu," ujar Agung dengan tangan dilipat di dada."Apa urusanmu?" jawab Anti ketus."Ayo, ikut aku!" ajak Agung sembari memberi kode ajakan menggunakan telapak tangan."Enggak! Aku mau pulang," tolak Anti ketus.Dengan satu gerakan cepat, Agung mengambil tas yang ada di depan Anti. Membawa pergi tanpa ijin dari Si Pemilik."Jangan sembarangan! Bawa ke mari!" bentak Anti tidak dihiraukan."Ikut, cepat! Naik motor sendiri-sendiri!" Agung memberi perintah tanpa mau tahu, hati Anti masih membencinya.Dengan terpaksa Anti membuntuti motor Agung yang berjalan menuju sebuah tempat yang ia kenal.Hutan kota, terletak masih di wilayah alun-alun dan gedung pusat pemerintahan kabupaten. Tempat itu ramai

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-28
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 40

    Berhentilah mengikuti aku! Aku ingin kamu tidak lagi muncul dalam hidupku!" ucap Anti dengan nada penuh penekanan."Kenapa?""Karena aku tidak suka!""Bukankah kamu orang yang kuat imannya? Hidup kita sudah ada yang mengatur bukan? Pertemuan aku dengan kamu, itu semua sudah menjadi jalan hidup. Bagaimanapun awalnya, itu memang sudah menjadi jalan cerita. Jadi, jangan seenaknya melarang! Tuhan yang menggerakkan hati seseorang. Bukan berdasarkan permintaan kamu, paham?" Anti diam tidak bisa menjawab sepatah katapun. Dalam hati membenarkan apa yang Agung katakan."Aku ingin pulang," lirih Anti."Kenapa kamu menangis tadi? Siapa yang kamu jenguk?" tanya Agung dengan menatap lekat wajah yang menunduk di hadapannya."Itu bukan urusan kamu!""Ini sudah menjadi takdir, Anti. Aku bertanya seperti ini, sudah Tuhan atur. Jadi, kewajiban kami adalah menjawab!" Agung seakan punya kartu mati membuat Anti tidak protes terhadap apa yang ia lakukan.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-28
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 41

    Ada getar halus saat adzan Maghrib berkumandang di musholla dekat rumah Agung. Pria bujangan itu berdiri gamang di ambang pintu. Hatinya ragu, hendak pergi ke tempat suara itu berada. Rasa malu lebih mendominasi daripada keinginannya."Aku, mau sholat? Bahkan sajadah-pun aku tidak punya," gumamnya lirih.Menimbang segala hal, akhirnya Agung memutuskan untuk tidak ke sana."Besok lagi aja. Aku masih malu," ucapnya seorang diri. Dan urung melangkah pergi."Bila aku akan bertaubat, harus dari mana memulainya? Dan, apakah ini benar keinginan hatiku? Atau aku hanya terkesima pada dia yang telah lebih dulu meninggalkan kubangan dosa?" ujar Agung lirih, menatap langit-langit kamar berukuran tiga kali empat tempatnya melepas penat."Kubangan dosa? Bahkan mungkin, dosaku lebih banyak dari Anti. Tapi kenapa aku dengan jahatnya mengolok-olok dia, sampai-sampai Nadia jadi membenci seperti ini," racau Agung lagi.Pikirannya sangat dipenuhi rasa bersalah.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-28
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 42

    Agung beranjak, hendak menutupnya, sedangkan Sesil berniat pulang. Keduanya bersama dalam diam di ambang pintu. Saat bersamaan, hujan mulai turun seketika deras. Tubuh mereka bergesekan sehingga menimbulkan getaran yang sama seperti saat terakhir bertemu.Tanpa kata, keduanya hanyut dalam kubangan dosa yang telah berkali-kali dilakukan.Matahari masuk dari balik jendela. Memancarkan kehangatan melalui kelambu tipis yang terpasang di sana.Agung menggeliat, mendapati sebuah lengan putih melingkar di atas perut. Dengan kasar, ia lepaskan asal. Segera beranjak untuk mandi.Saat di kamar mandi, rasa sesal begitu menguasai dirinya. Mencoba mengingat bagaimana peristiwa semalam terjadi"Sial! Aku minum banyak ternyata dan setengah mabuk saat Sesil mau pulang," gumamnya kesal seorang diri.Selama ini, belum pernah sekalipun dirinya menyesal usai melakukan sebuah hubungan. Namun, tidak untuk kali ini. Rasanya begitu jijik pada tubuh sendiri. Ingin m

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-28
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 43

    Beberapa minggu berlalu. Agung tidak pernah absen mengikuti kajian. Perubahan terlihat jelas dari perilaku sehari-harinya. Meskipun belum bisa membaca Al-Quran, tapi dirinya berusaha membaca arti ayat demi ayat kitab suci umat Islam itu.Setiap selesai kajian, pria itu selalu berbincang dengan ustadz terlebih dahulu.Ketertarikannya untuk mendalami ilmu agama semakin kuat dalam hati. Semakin dia berpikir kalau hidup yang selama ini ia jalani penuh dengan kemaksiatan."Bagaimana cara memulai belajar Al-Quran, Pak Ustadz?" tanya Agung suatu ketika."Beli iqra. Nanti saya ajari baca kalau sudah selesai kajian," jawab Ustadz ramah. "Kalau malu, cari aplikasi saja. Di sana banyak kok yang langsung diajari."Begitulah akhirnya hari-hari pria yang berprofesi sebagai seorang aparat negara itu. Pagi sholat subuh, setelahnya belajar membaca iqra. Lalu berangkat bekerja.Perubahan dirasakan oleh banyak sahabatnya. Di suatu sore di penghujung minggu, se

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 44

    Hari Minggu, seperti biasa, Agung sudah bersiap untuk mengikuti kajian. Dengan memakai sarung dan baju koko berwarna putih serta peci hitam, lelaki itu sudah berdiri di pinggir jalan saat sebuah sepeda motor yang ia kenal berhenti tepat di depannya."Mas," sapa Sesil yang kelihatan pucat wajahnya. "Mau kemana? Kenapa pakai baju seperti itu?" tanyanya lagi."Aku mau--" Ucapan Agung menggantung."Apa ini sebabnya kamu menjauh dari aku?" tanya Sesil lagi. Agung hanya menunduk."Mas aku mau bilang kalau ...." Sesil berhenti berbicara."Aku permisi, sudah terlambat." Agung yang sudah membelokkan motor, menarik tuas gas dengan kencang. Meninggalkan Sesil seorang diri yang menangis sesenggukan.Selesai kajian, Agung tidak sengaja berpapasan dengan Anti di halaman masjid ketika sudah sepi. Ini adalah kali pertama mereka berjumpa setelah pria itu mantap berhijrah.Ada raut kaget yang terpancar dari wajah Anti. Melihat sosok di hadapannya telah

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-29
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 45

    "Nadia, ya?" tanya Agung memastikan. Gadis remaja itu mengangguk ketakutan."Saya salah apa ya, Pak?" tanya Nadia cemas. Agung melempar senyum."Tidak ada yang salah. Oh iya, perkenalkan. Saya ini polisi yang menangani kasus kecelakaan kamu," ujar Agung memperkenalkan diri."Apakah kasusnya diperpanjang, Pak?" tanya Nadia masih terlihat takut."Oh, tidak. Bapak hanya ingin berbincang saja dengan kamu. Ada hal yang harus Bapak sampaikan sama Nadia," jawab Agung pelan.Bapak? Hati Agung merasakan banyak keanehan terjadi setelah mengenal Anti. Kapan dirinya mulai merasa tua? Padahal sebelumnya, tidak pernah sama sekali berpikir memposisikan diri menjadi lelaki dewasa di hadapan anak seusia Nadia.Bagi Agung, perempuan semua sama. Kecuali anak kecil. Karena nyatanya, sebelum menjalin hubungan dengan Sesil, dirinya memiliki seorang kekasih yang duduk di bangku SMA. Dan perangainya jauh dengan Nadia. Pacarnya dulu terlihat dewasa. Berdandan ala wa

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30
  • Istri Lima Belas Ribu   Part 46

    "Terus, kamu tahu kondisi kamu kritis saat itu?" tanya Agung lagi.Lagi, Nadia mengangguk."Terus apa yang diceritakan lagi?""Mbah bilang, Ayah mencarikan orang buat jadi pendonor darah. Karena termasuk dalam golongan langka, Ayah sampai mencari ke temannya yang berada di kabupaten lain.""Ayah sama ibu tiri Nadia tidak mengatakan sesuatu?"Nadia menggeleng. Terlihat sekali kesehatannya belum terlalu pulih. Hal itu membuat Agung ragu untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi. Namun, hal itu harus ia lakukan karena ingin menebus kesalahan terhadap Anti."Nadia, orang yang kamu tabrak menuntut kamu dengan tuntutan yang berat. Kamu hampir terlibat kasus hukum. Laporannya sudah dibuat dan saya yang menangani kasus itu. Yang bolak-balik ke kantor polisi dan sampai memohon pada keluarga orang itu adalah, ibu kamu." Nadia menatap tidak percaya pada Agung."Jangan berbohong! Anda pasti orang yang disuruh Ibu untuk mengarang ceri

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30

Bab terbaru

  • Istri Lima Belas Ribu   Ending

    Part 11 POV Dania (Ending) Lelah hati tatkala harus menghadapi banyak hal. Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku tidak akan memaksakan takdir apapun sekarang. Selalu bertemu dengan orang-orang yang membuat hati ini sakit hati, membuatku semakin sadar kalau hanya keluarga Laura saja yang baik padaku. Melihat penghianatan Nindi dan juga sikap Cika yang masih dingin dan membenciku, membuat hati ini sudah memutuskan. Aku akan menghilang dari hidup orang-orang yang mengenalku. Untuk apa mempedulikan Cika yang sangat membenciku? Baginya, Ines adalah ibunya. Setelah Nindi keluar dari rumah, Laura menelpon malam-malam dan menangis. Ia mengatakan kalau pacarnya ternyata selingkuh dan dia seorang diri. Laura menanyakan perkembangan hubunganku dengan Cika, dan aku menjawab apa adanya. “Cika tidak akan pernah bisa menerimaku. Itu kenyataannya,” jawabku sudah pasrah dengan keadaan. “Dania, aku minta maaf, bisakah kamu kembali kesini? Hidup bersamaku dan aku menarik semua ucapanku kemarin,” p

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10Tiga hari tinggal bersama, dia tetap masih diam. Makananku tetap disiapkan, tetapi menunggu aku keluar untuk makan sendiri. Dia sama sekali tidak seperti dulu yang memanggilku, menyiapkan baju ganti dan segala keperluanku. Akhirnya, pagi ini kuberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.“Apa aku akan diusir seperti Nindi?” tanyaku pelan. Dia yang lagi-lagi berkutat dengan laptop--mengangkat wajah.“Pilihlah mana dari milikku yang akan kamu ambil, Cika! Sisanya, bila kamu tidak mau, maka akan kujual. Kamu bisa gunakan untuk keperluan hidupmu. Itu jika kamu mau,” jawabnya tanpa ekspresi ramah.Aku memainkan jari jemariku. Bingung hendak menjawab apa. Ponselnya berdering dan dia langsung mengangkatnya. Aku masih berdiri mendengarkan dia berbicara dengan orang yang kukira ada di luar negeri.Meski sudah lama tidak pernah belajar bahasa asing lagi, tetapi aku tahu apa arti dari ucapan yang disampaikan seseorang dari seberang telepon sana. Speaker ponsel yang dihidupkan membuatku bi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9“Mbak Dania, aku minta maaf, Mbak, aku akui memang salah dan aku akan meminta dia untuk keluar dari rumah Mbak Dania asalkan Mbak Dania masih mengizinkan aku untuk tetap di sini. Aku akan menjaga Cika, Mbak, aku janji,” kata Nindi sambil bersimpuh dan memegang kaki dia.“Aku sudah tidak butuh siapapun lagi, Nindi. Aku akan membiarkan orang-orang yang hanya memanfaatkanku dan juga orang-orang yang tidak menyukaiku untuk pergi dari hidupku. Aku tidak akan memaksakan takdir bahagia bersamaku, jadi, kamu tidak perlu bersimpuh meminta, karena aku sudah akan menghapusmu dari daftar orang-orang yang kukenal,” jawab dia santai.Seketika aku memandang wajah cantik itu. Ada sebuah perasaan terluka di sana. Jika dia benar-benar tidak mau lagi mengurusku, maka, siapa yang akan mengurusku lagi? Tiba-tiba saja ketakutan besar menguasai hati.Wajah itu, dia tidak mau melihat padaku. Padahal, aku berharap itu.Nindi masih bersimpuh sambil menangis.“Dimana mobilku, Nindi?” tanya dia datar.“Ee

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8POV CikaAku memilih masuk dan duduk di atas hamparan pasir meski terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Benar-benar bingung hendak minta tolong dan mengadu pada siapa, maka kuputuskan untuk menangis seorang diri.“Ya Allah, kirimkan bantuan untukku. Ya Allah, ampuni aku jika aku selama ini nakal dan banyak dosa. Ya Allah, aku janji, jika aku mendapatkan pertolongan untuk masalahku ini, aku akan kembali sholat seperti saat di pondok dulu. Jika ada orang yang menolongku, maka aku akan menjadikannya sahabat,” ucapku sambil menangis.Lama aku berada dalam posisi ini, hingga leher terasa pegal, lalu aku mengangkat kepala. Saat menoleh, ternyata ada seseorang yang duduk di sebelahku dan dia melakukan hal yang sama.Menatapku.Deg.Jantungku berpacu lebih cepat tatkala mendengar orang itu memanggil namaku. Dia sosok yang kurindu, tetapi juga kubenci.“Kenapa kamu berpanas-panasan sendirian di sini?” ucapnya sambil berteriak.Aku diam, enggan menjawab. Teringat olehku Nindi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7POV DaniaAku menatap tubuh Nyonya dan Tuan yang terbujur kaku di rumah sakit dengan darah bersimbah di sekujur tubuh mereka–dengan hati yang sangat hancur.Baru sebentar kembali bekerja bersama mereka yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, tetapi harus merasakan sakitnya kehilangan. Nyonya dan Tuan tewas dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon dan nyawa mereka langsung hilang di tempat itu juga.Tak tahu lagi harus berusaha tegar seperti apa. Karena mereka berdua adalah keluarga yang kumiliki saat ini dan kenapa takdir selalu tidak berpihak padaku?Mayat Nyonya dan Tuan dimakamkan dua hari kemudian setelah berbagai prosesi keagamaan mereka berdua berlangsung. Kini, saat semua pelayat pergi, aku hanya berdua saja dengan anak semata wayang Nyonya yang berusia dua puluh tahun.“Aku akan melanjutkan kuliah di negara sebelah. Kamu jika masih mau di sini, maka harus mencari pekerjaan lain. Karena aku sudah tidak bisa membayarmu. Rumahku aka

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6POV CIKAAku menatap rumah besar itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski keberadaanku tidak diakui di sini, tetapi nyatanya, belasan tahun diriku hidup di sana.Walaupun tanpa kenangan indah, tetapi aku bisa melakukan apapun di rumah itu. Kini, aku harus melangkah pergi untuk yang terakhir kalinya. Hati benar-benar sadar, jika memang diri ini tiada lagi diharapkan oleh mereka. Kehadiranku di rumah itu hanya untuk mengukir kisah sedih.Hari ini aku pergi dengan naik taksi. Pulangnya, memilih berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan elit yang semuanya memiliki pagar yang tinggi. Sengaja memilih berjalan kaki, hanya sekadar ingin menikmati rasa yang sangat menyesakkan dalam dada ini. Rencananya, nanti akan pulang dengan naik bus. Di dekat gerbang perumahan ini ada sebuah halte.Langkah kaki ini berjalan lambat. Aku sadar kini aku sudah benar-benar sendiri, dan sebentar lagi, bisa saja harus tiba-tiba hidup dengan sosok yangtidak kukenal sama sekali. Aku Cika, harus ber

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Sebuah ketukan di luar pintu kamar membuat Cika beranjak dari tempat tidurnya. Ia yang sudah setengah mengantuk terpaksa bangun untuk menemui orang yang sudah pasti itu Nindi. Dengan memicingkan mata, Cika menatap perempuan yang masih lajang itu yang sudah siap dengan koper besar.“Mbak Nindi mau pergi?” Seketika mata Cika yang semula setengah mengantuk terbuka sempurna.“Iya,” jawab Nindi singkat dan ragu.Napas Cika mulai narik turun. Antara takut dan kaget.“Mbak Nindi, aku sama siapa di sini?” tanya Cika mulai menampakkan ketakutannya.“Sudah saatnya kamu belajar hidup mandiri , Cika. Tidak mungkin aku akan terus bersama dengan kamu. Ibu kamu saja sudah pergi. Dan keluarga kamu saja sudah tidak memperdulikan keberadaanmu lagi. Masa aku yang bukan siapa-siapa kamu harus bertahan di sini? Aku punya impian untuk menikah, aku punya keluarga yang harus aku rawat. Jadi, aku akan pergi sekarang dan mulai saat ini, kamu hidup di sini sendiri,” jelas Cika.“Mbak Nindi, tidak bisakah

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 4

    Part 4 Cika merasa sangat kesepian dengan hidup yang dijalani saat ini. Bingung karena setiap hari yang dilakukan hanyalah makan dan tidur saja. Hendak keluar untuk sekadar mencari kesenangan bersama teman-temannya pun susah dilakukan karena rumah yang ditempatinya saat ini cukup jauh dengan rumah kawan semasa ia sekolah. Bermain ponsel juga membuat kepalanya pusing. Nindi juga lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Jika malam minggu tiba, gadis yang sudah dewasa itu akan keluar bersama dengan sang kekasih dan pulang jika sudah dini hari saat Cika sudah terlelap dalam mimpi. Dua bulan sudah dilalui Cika hidup seorang diri di rumah besar peninggalan Dania. Di suatu pagi, Cika yang baru saja bangun menemui Nindi yang tengah sarapan pagi. Dengan langkah berat dan kepala tertunduk berjalan pelan menghampiri Nindi yang sedang sarapan. “Kenapa?” tanya Nindi saat Cika sudah sampai di hadapannya. “Pembantu yang katanya mau datang itu, apa tidak ada kabarnya?” tanya Cika ragu. Sikap ke

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 3

    Part 3Langit mulai gelap. Tidak ada bintang satupun di sana. Aku mulai menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah tumpangan yang bisa membawaku pulang. Entah pulang kemana. Dalam keadaan bimbang, aku membuka ponsel. Ternyata Rindi menelpon banyak ke nomorku. Ia juga berkirim pesan. Aku membukanya, tetapi hanya di bagian akhir yang kubaca.[Kamu kemana saja?][Kenapa belum pulang?][Cika, balas pesanku!][Cika, kamu kemana? Cepat pulang]Aku takut, tetapi tidak mungkin aku mengatakan kalau saat ini sedang di bandara. Akhirnya, aku memilih mencari taksi dengan berjalan keluar bandara. Tidak ada tempat lagi untuk pulang selain rumah Dania dan aku berharap Rindi sedang menungguku di sana. Aku sangat takut.Seketika bernapas lega saat kulihat Rindi tengah menungguku dengan cemas. “Dari mana saja kamu?” tanyanya cemas dengan wajah marah.Kali ini aku tidak akan melawannya. Dia satu-satunya orang yang masih peduli berada di sisiku. Aku diam sambil memainkan ujung kuku.“Cika, kamu dari mana?”

DMCA.com Protection Status