Share

Part 38

Sepeninggal Tohir dan Erina, keheningan dan kekakuan tercipta diantara kedua ibu dan anak itu.

"Nad, Ibu bawa apel merah kesukaan kamu. Ibu kupasin, ya?" tawar Anti dengan nada lembut.

Nadia menggeleng. "Aku sudah makan apel dikupasin Mama tadi," sahutnya dingin.

"Oh, iya. Kamu mau apa? Ibu ingin mengambilkan apa yang kamu inginkan untuk kamu."

Nadia hanya menjawab dengan gelengan.

"Kamu belum cuci muka, 'kan?" tanya Anti melihat wajah anaknya yang kusut. Lagi, Nadia hanya menggeleng lemah.

Anti beranjak, mengambil air dalam gayung yang dicampur dengan sedikit air panas yang tersedia dalam termos. Merogoh sapu tangan yang ia taruh di dalam tas.

"Ayo, dilap dulu biar segar," ujar Anti mendekat pada tubuh Nadia.

"Gak usah, biar Mama aja nanti," tolak Nadia lirih. Terdengar sekali dirinya enggan berbicara dengan ibu kandungnya.

Terasa sakit mendengar penolakan itu. Namun, Anti masih bisa menahan untuk tidak me

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (22)
goodnovel comment avatar
Bunda Widi
yaaah harusnya begitu nadia bisa di ajak bicara langsung ceritakan dong... kan Bu Saroh ga 24 jam setiap hariny menunggu si Nad
goodnovel comment avatar
Wagirin
Seharusnya kan sdh di cerita kan, bahwa Ibunyalah yg mendonorkan darahnya kpd Nadia..
goodnovel comment avatar
ardy75
tk ada yg slh/pun yg benar,semua salah dlm polemik ank & ibu. anti semakin dilema di antara keinginan berdamai dgn hati & kehiduoan,di sisi lain org tua(saroh) picik & kolot pola pikir nya sngt mempengatuhi otak nadia. semoga rekan pembaca mampu mengambil hikmah dr cerita yg terlihat sederhana ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status