Share

Bagian 92

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-01 12:15:30

“Maaf jika saya lancang. Tapi, saya penasaran akan sesuatu hal. Anda istri Ustaz Zaki apa bukan?” Aku bertanya dengan nada sedikit jengkel.

“Nia, begini. Terkadang, ada sesuatu yang terjadi di luar keinginan kita. Apa yang baik menurut Allah, belum tentu baik menurut kita.”

 “Tolong Ibu jawab ke intinya saja. Ibu istrinya Ustaz Zaki, apa bukan?” Fani menggertak dengan nada tinggi. “Tidak usah banyak ceramah, Bu. Yang ingin kami tahu, Ibu istrinya apa bukan?”

“Dek, jangan emosi dulu. Biar saya jelaskan.” Ustaz Zaki terlihat mengatur posisi duduknya.

“Nia, bantulah kami untuk mendapatkan keturunan,” ucapan jujur meluncur begitu saja dari bibir istri Ustaz Zaki. “Aku pastikan, kita akan hisup dengan rukun,” lanjutnya lagi.

“Apa Ibu pikir, mbak saya in tempat ternak anak?” Pertanyaan marah keluar dari bibir Fani.

Jujur, aku juga merasa tersinggun

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Princes AnNa
gregetan baca novel ini kadang bikin darah tinggi
goodnovel comment avatar
Nur Inayah
semoga bapaknya nia setuju sama pak irsya
goodnovel comment avatar
Mom L_Dza
nah pak udah sadar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 93

    “Setelah ini, kamu boleh memilih lelaki mana pun, sesuai keinginan kamu sendiri. Asalkan, dia sayang sama Dinta dan Danis.”Aku mengangguk lagi. Sepertinya, ini waktu yang tidak tepat untuk membahas hal tersebut. Namun, aku bahagia mendengar ucapan Bapak barusan.“Kita pulang ya, Pak?” ajakku setelah semua barang sudah siap untuk dibawa.“Ajak Pak Irsya ke rumah. Bapak mau bilang sesuatu hal.”Derit pintu terdengar, kami semua menoleh. Entah kebetulan macam apa, Pak Irsya sudah berdiri di sana.“Sudah siap? Saya udah mengambil obat dan surat kontrol. Kalau sudah, kita turun. Maaf terlambat, tadi ada rapat,” ucapnya, terdengar agak canggung.“Nak Irsya, kemarilah,” panggil bapak dengan suara lemah.Pak Irsya berjalan pelan, dan ikut duduk di lantai bersamaku.“Titip Nia dan anak-anaknya, ya.” Kata-kata bapak terhenti, embun itu telah berubah menjadi te

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 94

    “Terima kasih, ya?” Aku menatapnya dan tersenyum.Pria di sampingku menepikan mobilnya, aku kembali menatap dengan penuh tanya.“Ulangi lagi!” ujarnya, sambil memandang wajahku.“Yang mana? Kenapa musti diulang?” tanyaku, bingung.Pak Irsya tersenyum. “Ucapan terima kasih dari kamu tadi. Kamu mengatakan itu sambil menatapku penuh cinta, Nia. Aku bahagia melihatnya.”“Apaan sih? Udah, ah. Ayo lanjut. Atau, aku yang nyetir?” Kilahku sambil memalingkan wajah, memandang pada jalan di depan.“Beneran, kamu mau nyupir? Aku, sih, mau-mau saja. Untung malahan, bisa terus menatap wajah kamu sepanjang kebersamaan kita. Tapi, yakin kamu gak bakalan grogi?”Kenapa wajahnya manis sekali hari ini? Ditambah lagi, sorot matanya itu. Ah, kenapa aku sejenak melupakan, bahwa diriku pernah mengandung dua kali?“Kita mau tatap-tapapan atau lanjut jalan, Bapak Kepala Sekol

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 95

    Jam tiga sore, tamu sudah berdatangan, Pak Irsya bangun, salat dan menemui mereka.“Calon suami Mbak Nia, ya?” Salah satu dari mereka memberanikan diri untuk bertanya.“Doakan lancar, ya, Pak.” Hanya itu jawaban yang diberikan Pak Irsya.Setelahnya, acara dimulai. Seperti permintaan bapak, pria itu memberi sambutan atas nama keluarga. Dia sudah biasa berpidato di depan umum, tentu hal ini tidak menyulitkannya. Selesai acara, satu per satu tamu pulang. Tersisa kami berdua yang duduk kelelahan di ruang tamu.“Nia, aku malas pulang. Kita nikah sekarang aja, ya?” Pertanyaan konyol keluar begitu saja dari mulutnya.“Jangan aneh-aneh! Nikah itu perlu daftar ke KUA,” jawabku sewot.“Tapi, aku gak mau jauh dari kamu, Nia.”“Gombal!”“Kamu janji, ya, jangan berubah pikiran.”Aku terkekeh. Saat bersamaan, terdengar deru mobil berhenti di halaman. L

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 96

    Apa urusannya Bu Diah menanyakan hal ini sama aku, coba?“Sudah, Bu. Sangat mengenal.”“Pekerjaannya, agamanya, latar belakangnya?”Alangkah tidak sopannya wanita ini, bertanya hal yang sensitif di depan orang yang bersangkutan“Pekerjaannya kepala sekolah. Agamanya Islam, dan kami akan belajar bersama, jika memang ilmunya tidak sedalam seorang ustaz. Beliau sangat menyayangi anak-anak. Latar belakangnya, bukan pria beristri. Itu sudah lebih dari cukup. Ada lagi yang ingin ditanyakan Bu Diah?”“Oh, maaf, Bu Nia. Sebagai seorang teman, saya hanya khawatir Bu Nia tidak mendapatkan pasangan yang tepat. Makanya saya kemarin berniat menjodohkan Bu Nia dengan Ustaz Zaki.”“Termasuk seorang pria beristri, Bu Diah? Selama ini, saya sangat menghormati dan menghargai Anda. Terhadap masalah apa pun, saya tidak pernah berkeluh kesah. Tapi Anda malah melakukan sesuatu yang sangat menyinggung perasaan

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 97

    “Lecet lutut sedikit. Ayo, diobati dulu,” kata Pak Irsya. “Fan, ada betadine, gak?” tanyanya kemudian.“Ih! Kok, Mas Irsya suka banget nyuruh aku, sih?” Fani, yang sudah berkalung handuk, berdecak sebal.“Anak gadis harus sering gerak, Fan. Biar enteng jodohnya,” kilah Pak Irsya.Fani mengulurkan sekotak perlengkapan P3K yang sengaja aku siapkan untuk berjaga-jaga.”Kamu duduk di kursi, Nia. Biar aku yang mengobati.”Aku menurut saja, duduk di kursi sambil memangku Danis. Pak Irsya jongkok di depan kami dan mulai membersihkan luka anak sulungku.“Tadi kamu lihatin apa, Dek, sampai kesandung batu?” Pak Irsya bertanya di sela-sela kegiatan membersihkan luka Danis.“Lagi cari bintang jatuh,” jawabnya polosKami pun tertawa bersama. Pak Irsya melanjutkan kegiatannya sambil geleng kepala. Dan dari jarak sedekat ini, aku bisa lihat pesona wajahn

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 98

    Sampai rumah, rutinitas pertama yang kulakukan adalah menyiram bunga. Wajah manis Pak Irsya menari-nari di pelupuk mata ini. Hingga sebuah bunyi klakson menyadarkan diriku yang sedang dimabuk asmara.Sesosok pria berdiri di atas motor, memandangku dengan senyum sinis. Ah, untung aku sedang bahagia, jadi kehadirannya tidak terlalu membuatku jengkel.“Hai, Umar! Apa kabar?” sapaku dengan riang.“Nia, kamu aneh,” jawabnya dengan mengangkat sebelah bibir. Manusia sombong!“Mari duduk di teras. Pasti ada perlu, ya?” ajakku.“Jangan merayuku, Nia! Gak akan mempan meski muka kamu dimanis-manisin gitu.”Percaya dirinya tinggi sekali!“Apa wajahku terlihat seperti tukang rayu?” tanyaku sambil mengedipkan mata. Menghadapi orang semacam dia, hanya perlu dibuat becanda saja. Biar tidak buat darah tinggi.“Aku ada penting sama kamu. Gak usah banyak basa-basi gitu.”

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 99

    “Aku telepon, gak diangkat. Di-WA juga gak bales. Ke mana aja, sih?” protesnya dengan muka kesal.“Maaf, lagi ada tamu gak diundang,” balasku.“Maling? Kamu kemalingan?”Aku tertawa, Pak Irsya menyebut Umar maling. Kulirik, laki-laki itu. Dia menatapku penuh jengkel.“Mau maling hati aku, tapi yang punya sudah datang.” Senyum bahagia terukur di bibir ini.“Gombal.” Pria manis di depanku berkata sambil mencubit hidungku.Kemudian, kami berjalan beriringan menuju teras, di mana Umar berada.“Ini, calon suami kamu, Nia?” tanya Umar tidak percaya. Pandangannya terus menyelidik pria yang memakai kemeja navy.Pak Irsya kebingungan dan mengerling padaku, tanda meminta penjelasan. Aku memberi kode untuk dirinya meng-iyakan.“Iya, saya suami Nia,” jawabnya, penuh kemantapan.“Aku pulang, Nia. Kamu memang selalu membuat hariku me

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 100

    Danis merengek minta pulang ke rumah sendiri. Akhirnya, kami berdua memutuskan, untuk berbicara delapan mata di rumahku saja. Dengan berjalan kaki, aku, Pak Irsya serta anak-anak pulang ke rumah kembali.“Om, kapan mau ajak Danis main sepeda di alun-alun? Kan, Ibu sama Om udah baikan.”Aku tersenyum mendengar permintaan Danis. Sepertinya fase menjaga jarak antara aku dan Pak Irsya dianggap sebagai perselisihan oleh anak itu.“Danis maunya kapan?”“Nanti sore!” ujarnya, setengah berteriak.“Gak bisa kalau sore ini, Sayang. Besok aja, ya?”Tanpa membantah, anak bungsuku langsung menyetujui usulan Pak Irsya. Kemudian, Danis sibuk bermain mobil remot yang dibeli waktu di rumah sakit. Sedangkan Pak Irsya tiduran di kasur depan TV.“Nia, aku lapar. Dari pagi gak sempat sarapan.”“Astagfirullah, yang benar? Ya udah, aku buatin mie goreng sama telur, ya?” jawabku,

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-01

Bab terbaru

  • Istri Lima Belas Ribu   Ending

    Part 11 POV Dania (Ending) Lelah hati tatkala harus menghadapi banyak hal. Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku tidak akan memaksakan takdir apapun sekarang. Selalu bertemu dengan orang-orang yang membuat hati ini sakit hati, membuatku semakin sadar kalau hanya keluarga Laura saja yang baik padaku. Melihat penghianatan Nindi dan juga sikap Cika yang masih dingin dan membenciku, membuat hati ini sudah memutuskan. Aku akan menghilang dari hidup orang-orang yang mengenalku. Untuk apa mempedulikan Cika yang sangat membenciku? Baginya, Ines adalah ibunya. Setelah Nindi keluar dari rumah, Laura menelpon malam-malam dan menangis. Ia mengatakan kalau pacarnya ternyata selingkuh dan dia seorang diri. Laura menanyakan perkembangan hubunganku dengan Cika, dan aku menjawab apa adanya. “Cika tidak akan pernah bisa menerimaku. Itu kenyataannya,” jawabku sudah pasrah dengan keadaan. “Dania, aku minta maaf, bisakah kamu kembali kesini? Hidup bersamaku dan aku menarik semua ucapanku kemarin,” p

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10Tiga hari tinggal bersama, dia tetap masih diam. Makananku tetap disiapkan, tetapi menunggu aku keluar untuk makan sendiri. Dia sama sekali tidak seperti dulu yang memanggilku, menyiapkan baju ganti dan segala keperluanku. Akhirnya, pagi ini kuberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.“Apa aku akan diusir seperti Nindi?” tanyaku pelan. Dia yang lagi-lagi berkutat dengan laptop--mengangkat wajah.“Pilihlah mana dari milikku yang akan kamu ambil, Cika! Sisanya, bila kamu tidak mau, maka akan kujual. Kamu bisa gunakan untuk keperluan hidupmu. Itu jika kamu mau,” jawabnya tanpa ekspresi ramah.Aku memainkan jari jemariku. Bingung hendak menjawab apa. Ponselnya berdering dan dia langsung mengangkatnya. Aku masih berdiri mendengarkan dia berbicara dengan orang yang kukira ada di luar negeri.Meski sudah lama tidak pernah belajar bahasa asing lagi, tetapi aku tahu apa arti dari ucapan yang disampaikan seseorang dari seberang telepon sana. Speaker ponsel yang dihidupkan membuatku bi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9“Mbak Dania, aku minta maaf, Mbak, aku akui memang salah dan aku akan meminta dia untuk keluar dari rumah Mbak Dania asalkan Mbak Dania masih mengizinkan aku untuk tetap di sini. Aku akan menjaga Cika, Mbak, aku janji,” kata Nindi sambil bersimpuh dan memegang kaki dia.“Aku sudah tidak butuh siapapun lagi, Nindi. Aku akan membiarkan orang-orang yang hanya memanfaatkanku dan juga orang-orang yang tidak menyukaiku untuk pergi dari hidupku. Aku tidak akan memaksakan takdir bahagia bersamaku, jadi, kamu tidak perlu bersimpuh meminta, karena aku sudah akan menghapusmu dari daftar orang-orang yang kukenal,” jawab dia santai.Seketika aku memandang wajah cantik itu. Ada sebuah perasaan terluka di sana. Jika dia benar-benar tidak mau lagi mengurusku, maka, siapa yang akan mengurusku lagi? Tiba-tiba saja ketakutan besar menguasai hati.Wajah itu, dia tidak mau melihat padaku. Padahal, aku berharap itu.Nindi masih bersimpuh sambil menangis.“Dimana mobilku, Nindi?” tanya dia datar.“Ee

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8POV CikaAku memilih masuk dan duduk di atas hamparan pasir meski terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Benar-benar bingung hendak minta tolong dan mengadu pada siapa, maka kuputuskan untuk menangis seorang diri.“Ya Allah, kirimkan bantuan untukku. Ya Allah, ampuni aku jika aku selama ini nakal dan banyak dosa. Ya Allah, aku janji, jika aku mendapatkan pertolongan untuk masalahku ini, aku akan kembali sholat seperti saat di pondok dulu. Jika ada orang yang menolongku, maka aku akan menjadikannya sahabat,” ucapku sambil menangis.Lama aku berada dalam posisi ini, hingga leher terasa pegal, lalu aku mengangkat kepala. Saat menoleh, ternyata ada seseorang yang duduk di sebelahku dan dia melakukan hal yang sama.Menatapku.Deg.Jantungku berpacu lebih cepat tatkala mendengar orang itu memanggil namaku. Dia sosok yang kurindu, tetapi juga kubenci.“Kenapa kamu berpanas-panasan sendirian di sini?” ucapnya sambil berteriak.Aku diam, enggan menjawab. Teringat olehku Nindi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7POV DaniaAku menatap tubuh Nyonya dan Tuan yang terbujur kaku di rumah sakit dengan darah bersimbah di sekujur tubuh mereka–dengan hati yang sangat hancur.Baru sebentar kembali bekerja bersama mereka yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, tetapi harus merasakan sakitnya kehilangan. Nyonya dan Tuan tewas dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon dan nyawa mereka langsung hilang di tempat itu juga.Tak tahu lagi harus berusaha tegar seperti apa. Karena mereka berdua adalah keluarga yang kumiliki saat ini dan kenapa takdir selalu tidak berpihak padaku?Mayat Nyonya dan Tuan dimakamkan dua hari kemudian setelah berbagai prosesi keagamaan mereka berdua berlangsung. Kini, saat semua pelayat pergi, aku hanya berdua saja dengan anak semata wayang Nyonya yang berusia dua puluh tahun.“Aku akan melanjutkan kuliah di negara sebelah. Kamu jika masih mau di sini, maka harus mencari pekerjaan lain. Karena aku sudah tidak bisa membayarmu. Rumahku aka

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6POV CIKAAku menatap rumah besar itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski keberadaanku tidak diakui di sini, tetapi nyatanya, belasan tahun diriku hidup di sana.Walaupun tanpa kenangan indah, tetapi aku bisa melakukan apapun di rumah itu. Kini, aku harus melangkah pergi untuk yang terakhir kalinya. Hati benar-benar sadar, jika memang diri ini tiada lagi diharapkan oleh mereka. Kehadiranku di rumah itu hanya untuk mengukir kisah sedih.Hari ini aku pergi dengan naik taksi. Pulangnya, memilih berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan elit yang semuanya memiliki pagar yang tinggi. Sengaja memilih berjalan kaki, hanya sekadar ingin menikmati rasa yang sangat menyesakkan dalam dada ini. Rencananya, nanti akan pulang dengan naik bus. Di dekat gerbang perumahan ini ada sebuah halte.Langkah kaki ini berjalan lambat. Aku sadar kini aku sudah benar-benar sendiri, dan sebentar lagi, bisa saja harus tiba-tiba hidup dengan sosok yangtidak kukenal sama sekali. Aku Cika, harus ber

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Sebuah ketukan di luar pintu kamar membuat Cika beranjak dari tempat tidurnya. Ia yang sudah setengah mengantuk terpaksa bangun untuk menemui orang yang sudah pasti itu Nindi. Dengan memicingkan mata, Cika menatap perempuan yang masih lajang itu yang sudah siap dengan koper besar.“Mbak Nindi mau pergi?” Seketika mata Cika yang semula setengah mengantuk terbuka sempurna.“Iya,” jawab Nindi singkat dan ragu.Napas Cika mulai narik turun. Antara takut dan kaget.“Mbak Nindi, aku sama siapa di sini?” tanya Cika mulai menampakkan ketakutannya.“Sudah saatnya kamu belajar hidup mandiri , Cika. Tidak mungkin aku akan terus bersama dengan kamu. Ibu kamu saja sudah pergi. Dan keluarga kamu saja sudah tidak memperdulikan keberadaanmu lagi. Masa aku yang bukan siapa-siapa kamu harus bertahan di sini? Aku punya impian untuk menikah, aku punya keluarga yang harus aku rawat. Jadi, aku akan pergi sekarang dan mulai saat ini, kamu hidup di sini sendiri,” jelas Cika.“Mbak Nindi, tidak bisakah

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 4

    Part 4 Cika merasa sangat kesepian dengan hidup yang dijalani saat ini. Bingung karena setiap hari yang dilakukan hanyalah makan dan tidur saja. Hendak keluar untuk sekadar mencari kesenangan bersama teman-temannya pun susah dilakukan karena rumah yang ditempatinya saat ini cukup jauh dengan rumah kawan semasa ia sekolah. Bermain ponsel juga membuat kepalanya pusing. Nindi juga lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Jika malam minggu tiba, gadis yang sudah dewasa itu akan keluar bersama dengan sang kekasih dan pulang jika sudah dini hari saat Cika sudah terlelap dalam mimpi. Dua bulan sudah dilalui Cika hidup seorang diri di rumah besar peninggalan Dania. Di suatu pagi, Cika yang baru saja bangun menemui Nindi yang tengah sarapan pagi. Dengan langkah berat dan kepala tertunduk berjalan pelan menghampiri Nindi yang sedang sarapan. “Kenapa?” tanya Nindi saat Cika sudah sampai di hadapannya. “Pembantu yang katanya mau datang itu, apa tidak ada kabarnya?” tanya Cika ragu. Sikap ke

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 3

    Part 3Langit mulai gelap. Tidak ada bintang satupun di sana. Aku mulai menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah tumpangan yang bisa membawaku pulang. Entah pulang kemana. Dalam keadaan bimbang, aku membuka ponsel. Ternyata Rindi menelpon banyak ke nomorku. Ia juga berkirim pesan. Aku membukanya, tetapi hanya di bagian akhir yang kubaca.[Kamu kemana saja?][Kenapa belum pulang?][Cika, balas pesanku!][Cika, kamu kemana? Cepat pulang]Aku takut, tetapi tidak mungkin aku mengatakan kalau saat ini sedang di bandara. Akhirnya, aku memilih mencari taksi dengan berjalan keluar bandara. Tidak ada tempat lagi untuk pulang selain rumah Dania dan aku berharap Rindi sedang menungguku di sana. Aku sangat takut.Seketika bernapas lega saat kulihat Rindi tengah menungguku dengan cemas. “Dari mana saja kamu?” tanyanya cemas dengan wajah marah.Kali ini aku tidak akan melawannya. Dia satu-satunya orang yang masih peduli berada di sisiku. Aku diam sambil memainkan ujung kuku.“Cika, kamu dari mana?”

DMCA.com Protection Status