Share

Bagian 129

Author: Nay Azzikra
last update Last Updated: 2022-01-07 15:19:41

Sebelum resepsi pernikahan resmi dilangsungkan, Mas Irsya berangkat ke sekolah dari rumahku. Sesekali, kami bertiga diajak menginap di rumahnya yang besar.

Suatu sore yang cerah, saat di rumahnya, kami duduk di teras berdua. Dinta dan Danis memilih tinggal di rumah bersama mbahnya.

“Nia,” panggil lelaki yang sudah sah menjadi suamiku.

“Hm?” gumamku, sebagai jawaban.

“Besok, orang tuaku datang ke sini. Aku akan memperkenalkan kamu pada keluarga besarku yang datang. Jadi, kita menginap di sini, ya? Besok pagi, aku suruh Doni jemput Dinta dan Danis.”

“Iya. Terserah Mas saja.” Bibir ini mulai terbiasa memanggilnya dengan sebutan mas.

“Nia,” panggilnya lagi.

Kali ini aku hanya menoleh tanpa menyahut. Menarik bibir ke samping untuk menunjukkan bahwa diriku masih memperhatikan apa yang akan disampaikannya.

“Kenapa kamu tidak pernah bertanya tentang latar belakangku?&rdq

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Mom L_Dza
Pak Irsya balas dendam sama juniornya
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Sambut bahagimu nia
goodnovel comment avatar
Rodiyah
ceritanya sangat mengesankan, bagus rangkaian bahasanya juga modern. semoga semakin bagus kebelakangnya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 130

    Bahagia akan datang pada di yang tepat. Seperti saat ini, hari-hariku selalu diisi dengan kebahagiaan dengan pria yang selalu memperlakukanku penuh cinta. Mengisi malam-malam indah dengan penuh kesyahduan. Setiap sorot mata yang dipancarkan Mas Irsya, selalu terlihat cinta untukku di sana.Terkadang, kita dipertemukan dengan orang salah supaya bisa mengerti betapa berharganya sosok yang baik untuk hidup kita di masa yang akan datang. Tentu, Mas Irsya bukan seseorang tanpa cela. Karena sejatinya, tiada manusia yang sempurna. Sikapnya posesif dan cemburuan. Namun, entah mengapa, aku selalu bahagia bila dirinya seperti itu. Seakan, lelaki itu begitu takut kehilanganku. Aku merasa diriku begitu berharga untuknya.***Esok harinya, keluarga besar Mas Irsya benar-benar datang ke rumah. Hanya dua mobil. Mas Irsya melarangku melakukan persiapan untuk mereka. Dengan alasan, aku ratu di rumah ini bukan pembantu. Jadi, untuk jamuan, semuanya diurus oleh tukang masak

    Last Updated : 2022-01-07
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 131

    “Mas Irsya sering mengirim foto perempuan, Bu?”“Sekitar empat kali sejak menduda. Yang pertama sesama guru, tapi Irsya sendiri tidak terlalu cocok. Dan gak ada kabar kelanjutannya. Yang kedua karyawannya. Tapi, tadi itu. Sepertinya, Irsya terpaksa mencari perempuan, jadi, selalu gagal. Sedangkan yang ketiga, namanya Selly. Kalau ini, sih, Selly yang ngejar-ngejar Irsya. Dia hanya cerita kalau sedang ada janda yang mendekati. Yang terakhir, kamu. Dengan kamu ini, Irsya sampai sempat frustrasi mau pindah, pulang ke kampung halaman.”Refleks aku menyernyitkan kening. Aku baru mengetahui cerita ini. Kalau buka ibu mertua yang cerita, sepertinya aku tidak akan pernah tahu.“Katanya, tidak direstui. Sebenarnya, Irsya sendiri sempat tidak mau menikah lagi. Dia benar-benar trauma. Tapi, kami yang memaksa. Dan memang atas saran ibu juga supaya dia mencari perempuan yang sudah memiliki anak. Dan hanya kamu, perempuan yang diceritakan s

    Last Updated : 2022-01-07
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 132

    Selama sesi foto, ibu mertuaku berperan sebagai pengarah gaya. Berkali-kali ganti posisi. Sampai anak laki-laki satu-satunya uring-uringan.“Bu, hadap kamera, nanti senyum cantik, ya? Ayo, Buk. Ciiisss.”Aku dan Fani tertawa terpingkal, melihat ibu kami diajak swafoto dengan berbagai gaya. Kesehariannya tidak pernah sekali pun bermain dengan kamera.“Bu, udah dulu, ya? Doni mau kuliah,” tegur Mas IrsyaAku dan Fani saling berpandangan. Ternyata benar, Doni seorang mahasiswa S2. Lengan ini menyenggol gadis di sampingku dan tersenyum menggoda.Fani hanya melirik sebal ke arahku. “Apaan sih, Mbak?” dengkusnya.“Sesuai kriteria, Fan,” balasku, setengah berbisik.“Berangkat aja, Don. Gak apa-apa, kami ditinggal aja,” ujar ibu mertua sekenanya.Akhirnya, setelah puas berfoto ria, rombongan keluarga Mas Irsya meninggalkan rumah kami. Terasa sepi setelah mereka berlalu pergi.

    Last Updated : 2022-01-07
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 133

    Kulihat beberapa tulisan memang kabur, seperti terkena air. Meskipun Mas Agam pernah menyakitiku, entah mengapa, ada yang mengosuk hati saat embaca goresan tintanya. Cinta? Bukan. Rasa yang kumiliki terhadapnya sudah hilang tidak berbekas. Kini sepenuhnya hati untuk suamiku. Namun, aku yang memang gampang mengasihani orang, tetap merasa prihatin atas apa dirasakan oleh pria yang pernah hidup bersama dulu. Bukan karena dirinya adalah sosok yang pernah ada dalam hati ini. Akan tetapi, aku hanya sedih membayangkan dirinya yang sudah tidak memiliki tempat di hati anak-anaknya. Tangis ini pecah juga. Entahlah, aku memang serapuh ini untuk urusan sesuatu yang sensitif. Kutumpahkan saja, segala rasa yang berkecamuk melalui isak yang hampir tidak terdengar. Semoga kamu bahagia dan menemukan kehidupan yang lebih baik, Mas. Semoga kamu bisa memperbaiki diri setelah ini, dengan siapa pun nantinya kamu hidup. Untaian doa tulus, terucap hanya di relung hati. Bukan

    Last Updated : 2022-01-07
  • Istri Lima Belas Ribu   EKSTRA PART

    Satu minggu sudah berlalu sejak resepsi pernikahan kami. Kini, Pak Irsya mulai menjalani rutinitas seperti biasa. Pergi mengajar dari rumahku. Dan pulang ke sini juga. Kehidupan kami sudah layaknya keluarga pada umumnya. Pun dengan anak-anak. Tidak terlihat sikap canggung lagi terhadap ayah sambung mereka.Atas permintaan suami, kini aku tidak lagi mengajar di TK. Aku juga merasa tidak nyaman lagi di sana, sejak konflik dengan Bu Diah terjadi.Di pagi menjelang siang yang membosankan dan merasa sepi, aku memilih menyibukkan diri dengan merawat tanaman yang sudah lama tidak tersentuh.“Pagi, Mbak Nia.” Perempuan paling heboh di kampung ini lewat.“Pagi juga, Yu Tarni.”“Mbak Nia terlihat beda, ih.”“Yu Tarni juga.”“Mbak Nia kelihatan seger.”“Yu Tarni juga.”“Mbak Nia, tadi malem pasti nganu, ya?”“Yu Tarni juga pasti, kan?&r

    Last Updated : 2022-01-07
  • Istri Lima Belas Ribu   Season 2 Bagian 135

    Aku bertekad untuk melupakan masa lalu. Mau disesali sebanyak apa pun, tetap tidak akan merubah keadaan yang sudah terlanjur aku buat sendiri.Siang itu, Iyan pulang kerja dengan muka lusuh. Aku abai saja, tetap melakukan rutinitasku menjahit.“Mas, aku dipecat,” adunya dengan lirih.“Maksud kamu?” Terpaksa, tangan ini berhenti.“Di perusahaan ada perampingan karyawan, aku jadi salah satu yang dirumahkan,” jawabnya terdengar putus asa.“Kamu dapat pesangon, kan?”“Dapat, Mas. Tapi cuma dua puluh juta.”“Dua puluh juta itu banyak, Iyan. Kamu gunakan untuk operasi Aira, uang Rani bisa buat buka usaha.”“Gak bisa, Mas. Rani pengin beli kalung. Uang ini mau aku sisihkan untuk beli kalung.”Bagus sekali pemikirannya! Kalau begitu, aku tidak menanggapi.“Mas, aku mau kerja di mana lagi? Dan bagaimana dengan Aira?”&ldq

    Last Updated : 2022-01-12
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 136

    “Tolong! Tolong!” Iyan berusaha mencari bantuan.“Iyan, jangan bertindak gegabah! Kamu panggil semua orang ke sini, maka harga dirimu hancur.”Suasana di luar sangat sepi, tidak ada yang datang ke rumah kami. Ibu sedang berkeliling menjual baju membawa Aira. Sedangkan bapak masih di kebun, seperti biasa.”Mas, tolong lepaskan Rani. kami janji, tidak akan minta Mas buat cari uang lagi.” Iyan duduk bersimpuh sambil mengiba. Tangisnya mulai terdengar.Entah kenapa, aku puas melihat mereka seperti ini. Rani meraung menahan sakit. Sepertinya, dia juga takut aku benar-benar melakukan perbuatan keji. Bila tidak ingat ada Iyan, mungkin aku benar-benar sudah melakukannya. Bukan atas dasar cinta, melainkan ingin membalas segala sakit hatiku terhadap wanita yang tidak lain adalah adik iparku.“Mas, tolong lepaskan aku. Aku minta maaf.” Rani terus menohon.Ibu—baru pulang—berteriak hister

    Last Updated : 2022-01-12
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 137

    “Anti, apa kamu masih mencintaiku?”“Menurutmu, Mas?” Perempuan yang perutnya sudah mulai berisi itu malah balik bertanya. “Aku tahu, Mas, kamu sudah tidak mencintaiku seperti dulu lagi.”“Jangan suka menebak, kamu bukan dukun.”“Sikapmu beda, Mas. Aku merasakannya. Begitupun aku, jujur saja, rasa ingin hidup bersamamu seperti yang kita impikan dulu, kini telah sirna. Namun, di saat hasrat melepaskanmu menggebu, justru kenyataan berkata lain. Ada bayi yang hidup di rahimku untuk mengikat kita kembali.” Anti menunduk. Setetes air jatuh mengenai telapak tangannya.“Ini adalah buah dari perbuatan kita, Anti. Anggap saja ini hukuman untuk sedikit mengurangi dosa, kita jalani saja. Semoga esok hari, keadaan menjadi lebih baik.”Anti mengangguk pasrah. Lalu, bertanya, “Mas, kamu masih mencintai Nia?”Aku ingin menjawab. Bukan masih mencintai, tapi baru

    Last Updated : 2022-01-12

Latest chapter

  • Istri Lima Belas Ribu   Ending

    Part 11 POV Dania (Ending) Lelah hati tatkala harus menghadapi banyak hal. Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku tidak akan memaksakan takdir apapun sekarang. Selalu bertemu dengan orang-orang yang membuat hati ini sakit hati, membuatku semakin sadar kalau hanya keluarga Laura saja yang baik padaku. Melihat penghianatan Nindi dan juga sikap Cika yang masih dingin dan membenciku, membuat hati ini sudah memutuskan. Aku akan menghilang dari hidup orang-orang yang mengenalku. Untuk apa mempedulikan Cika yang sangat membenciku? Baginya, Ines adalah ibunya. Setelah Nindi keluar dari rumah, Laura menelpon malam-malam dan menangis. Ia mengatakan kalau pacarnya ternyata selingkuh dan dia seorang diri. Laura menanyakan perkembangan hubunganku dengan Cika, dan aku menjawab apa adanya. “Cika tidak akan pernah bisa menerimaku. Itu kenyataannya,” jawabku sudah pasrah dengan keadaan. “Dania, aku minta maaf, bisakah kamu kembali kesini? Hidup bersamaku dan aku menarik semua ucapanku kemarin,” p

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10Tiga hari tinggal bersama, dia tetap masih diam. Makananku tetap disiapkan, tetapi menunggu aku keluar untuk makan sendiri. Dia sama sekali tidak seperti dulu yang memanggilku, menyiapkan baju ganti dan segala keperluanku. Akhirnya, pagi ini kuberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.“Apa aku akan diusir seperti Nindi?” tanyaku pelan. Dia yang lagi-lagi berkutat dengan laptop--mengangkat wajah.“Pilihlah mana dari milikku yang akan kamu ambil, Cika! Sisanya, bila kamu tidak mau, maka akan kujual. Kamu bisa gunakan untuk keperluan hidupmu. Itu jika kamu mau,” jawabnya tanpa ekspresi ramah.Aku memainkan jari jemariku. Bingung hendak menjawab apa. Ponselnya berdering dan dia langsung mengangkatnya. Aku masih berdiri mendengarkan dia berbicara dengan orang yang kukira ada di luar negeri.Meski sudah lama tidak pernah belajar bahasa asing lagi, tetapi aku tahu apa arti dari ucapan yang disampaikan seseorang dari seberang telepon sana. Speaker ponsel yang dihidupkan membuatku bi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9“Mbak Dania, aku minta maaf, Mbak, aku akui memang salah dan aku akan meminta dia untuk keluar dari rumah Mbak Dania asalkan Mbak Dania masih mengizinkan aku untuk tetap di sini. Aku akan menjaga Cika, Mbak, aku janji,” kata Nindi sambil bersimpuh dan memegang kaki dia.“Aku sudah tidak butuh siapapun lagi, Nindi. Aku akan membiarkan orang-orang yang hanya memanfaatkanku dan juga orang-orang yang tidak menyukaiku untuk pergi dari hidupku. Aku tidak akan memaksakan takdir bahagia bersamaku, jadi, kamu tidak perlu bersimpuh meminta, karena aku sudah akan menghapusmu dari daftar orang-orang yang kukenal,” jawab dia santai.Seketika aku memandang wajah cantik itu. Ada sebuah perasaan terluka di sana. Jika dia benar-benar tidak mau lagi mengurusku, maka, siapa yang akan mengurusku lagi? Tiba-tiba saja ketakutan besar menguasai hati.Wajah itu, dia tidak mau melihat padaku. Padahal, aku berharap itu.Nindi masih bersimpuh sambil menangis.“Dimana mobilku, Nindi?” tanya dia datar.“Ee

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8POV CikaAku memilih masuk dan duduk di atas hamparan pasir meski terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Benar-benar bingung hendak minta tolong dan mengadu pada siapa, maka kuputuskan untuk menangis seorang diri.“Ya Allah, kirimkan bantuan untukku. Ya Allah, ampuni aku jika aku selama ini nakal dan banyak dosa. Ya Allah, aku janji, jika aku mendapatkan pertolongan untuk masalahku ini, aku akan kembali sholat seperti saat di pondok dulu. Jika ada orang yang menolongku, maka aku akan menjadikannya sahabat,” ucapku sambil menangis.Lama aku berada dalam posisi ini, hingga leher terasa pegal, lalu aku mengangkat kepala. Saat menoleh, ternyata ada seseorang yang duduk di sebelahku dan dia melakukan hal yang sama.Menatapku.Deg.Jantungku berpacu lebih cepat tatkala mendengar orang itu memanggil namaku. Dia sosok yang kurindu, tetapi juga kubenci.“Kenapa kamu berpanas-panasan sendirian di sini?” ucapnya sambil berteriak.Aku diam, enggan menjawab. Teringat olehku Nindi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7POV DaniaAku menatap tubuh Nyonya dan Tuan yang terbujur kaku di rumah sakit dengan darah bersimbah di sekujur tubuh mereka–dengan hati yang sangat hancur.Baru sebentar kembali bekerja bersama mereka yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, tetapi harus merasakan sakitnya kehilangan. Nyonya dan Tuan tewas dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon dan nyawa mereka langsung hilang di tempat itu juga.Tak tahu lagi harus berusaha tegar seperti apa. Karena mereka berdua adalah keluarga yang kumiliki saat ini dan kenapa takdir selalu tidak berpihak padaku?Mayat Nyonya dan Tuan dimakamkan dua hari kemudian setelah berbagai prosesi keagamaan mereka berdua berlangsung. Kini, saat semua pelayat pergi, aku hanya berdua saja dengan anak semata wayang Nyonya yang berusia dua puluh tahun.“Aku akan melanjutkan kuliah di negara sebelah. Kamu jika masih mau di sini, maka harus mencari pekerjaan lain. Karena aku sudah tidak bisa membayarmu. Rumahku aka

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6POV CIKAAku menatap rumah besar itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski keberadaanku tidak diakui di sini, tetapi nyatanya, belasan tahun diriku hidup di sana.Walaupun tanpa kenangan indah, tetapi aku bisa melakukan apapun di rumah itu. Kini, aku harus melangkah pergi untuk yang terakhir kalinya. Hati benar-benar sadar, jika memang diri ini tiada lagi diharapkan oleh mereka. Kehadiranku di rumah itu hanya untuk mengukir kisah sedih.Hari ini aku pergi dengan naik taksi. Pulangnya, memilih berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan elit yang semuanya memiliki pagar yang tinggi. Sengaja memilih berjalan kaki, hanya sekadar ingin menikmati rasa yang sangat menyesakkan dalam dada ini. Rencananya, nanti akan pulang dengan naik bus. Di dekat gerbang perumahan ini ada sebuah halte.Langkah kaki ini berjalan lambat. Aku sadar kini aku sudah benar-benar sendiri, dan sebentar lagi, bisa saja harus tiba-tiba hidup dengan sosok yangtidak kukenal sama sekali. Aku Cika, harus ber

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Sebuah ketukan di luar pintu kamar membuat Cika beranjak dari tempat tidurnya. Ia yang sudah setengah mengantuk terpaksa bangun untuk menemui orang yang sudah pasti itu Nindi. Dengan memicingkan mata, Cika menatap perempuan yang masih lajang itu yang sudah siap dengan koper besar.“Mbak Nindi mau pergi?” Seketika mata Cika yang semula setengah mengantuk terbuka sempurna.“Iya,” jawab Nindi singkat dan ragu.Napas Cika mulai narik turun. Antara takut dan kaget.“Mbak Nindi, aku sama siapa di sini?” tanya Cika mulai menampakkan ketakutannya.“Sudah saatnya kamu belajar hidup mandiri , Cika. Tidak mungkin aku akan terus bersama dengan kamu. Ibu kamu saja sudah pergi. Dan keluarga kamu saja sudah tidak memperdulikan keberadaanmu lagi. Masa aku yang bukan siapa-siapa kamu harus bertahan di sini? Aku punya impian untuk menikah, aku punya keluarga yang harus aku rawat. Jadi, aku akan pergi sekarang dan mulai saat ini, kamu hidup di sini sendiri,” jelas Cika.“Mbak Nindi, tidak bisakah

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 4

    Part 4 Cika merasa sangat kesepian dengan hidup yang dijalani saat ini. Bingung karena setiap hari yang dilakukan hanyalah makan dan tidur saja. Hendak keluar untuk sekadar mencari kesenangan bersama teman-temannya pun susah dilakukan karena rumah yang ditempatinya saat ini cukup jauh dengan rumah kawan semasa ia sekolah. Bermain ponsel juga membuat kepalanya pusing. Nindi juga lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Jika malam minggu tiba, gadis yang sudah dewasa itu akan keluar bersama dengan sang kekasih dan pulang jika sudah dini hari saat Cika sudah terlelap dalam mimpi. Dua bulan sudah dilalui Cika hidup seorang diri di rumah besar peninggalan Dania. Di suatu pagi, Cika yang baru saja bangun menemui Nindi yang tengah sarapan pagi. Dengan langkah berat dan kepala tertunduk berjalan pelan menghampiri Nindi yang sedang sarapan. “Kenapa?” tanya Nindi saat Cika sudah sampai di hadapannya. “Pembantu yang katanya mau datang itu, apa tidak ada kabarnya?” tanya Cika ragu. Sikap ke

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 3

    Part 3Langit mulai gelap. Tidak ada bintang satupun di sana. Aku mulai menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah tumpangan yang bisa membawaku pulang. Entah pulang kemana. Dalam keadaan bimbang, aku membuka ponsel. Ternyata Rindi menelpon banyak ke nomorku. Ia juga berkirim pesan. Aku membukanya, tetapi hanya di bagian akhir yang kubaca.[Kamu kemana saja?][Kenapa belum pulang?][Cika, balas pesanku!][Cika, kamu kemana? Cepat pulang]Aku takut, tetapi tidak mungkin aku mengatakan kalau saat ini sedang di bandara. Akhirnya, aku memilih mencari taksi dengan berjalan keluar bandara. Tidak ada tempat lagi untuk pulang selain rumah Dania dan aku berharap Rindi sedang menungguku di sana. Aku sangat takut.Seketika bernapas lega saat kulihat Rindi tengah menungguku dengan cemas. “Dari mana saja kamu?” tanyanya cemas dengan wajah marah.Kali ini aku tidak akan melawannya. Dia satu-satunya orang yang masih peduli berada di sisiku. Aku diam sambil memainkan ujung kuku.“Cika, kamu dari mana?”

DMCA.com Protection Status