Share

Bagian 101

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-28 10:57:23

“Kenapa?” Agung bertanya lagi.

“Belum bertemu jodoh.” Kali ini, entah mengapa Anti menjawab hal yang berbeda.

“Karena kamu tidak berusaha membuka hati kamu. Makanya belum bertemu,” kelakar Agung.

“Karena belum bertemu jodoh sehingga Allah tidak membukakan hati aku,”

Agung diam. Menikmati seplastik teh hangat yang dibelikan Anti. Pun dengan Anti, dirinya sibuk menyuapi Felish martabak manis yang ie beli bersama teh tadi.

“Kalau pulang, kamu nginep di rumah orang tua Sesil?” Anti bertanya memecah diam diantara mereka.

“Enggak. Aku masih merasa malu pada mereka. Karena aku merasa, yang menyebabkan anaknya meninggal adalah aku. Jadi, aku bawa Felish ke rumahku dulu. Kami menginap di sana. Karena aku selalu pulang setiap akhir pecan, dia masih mengenal aku,” jawab Agung.

Anti kembali diam. Tatapannya nanar, jauh memandang pohon yang beridri kokoh di seberang jalan.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
indika mustika fatimah
semoga nanti d akhir cerita kalo agung udh ama anti, mereka bs ngumpul rame2, irsya nia dinta danis, agam laila bilal, anti agung nadia felish dan tohir erina dan anaknya
goodnovel comment avatar
Mom L_Dza
Felish gemesh deh... gantian ya Anti membimbing anak yang udah piatu
goodnovel comment avatar
Sitti Sahria
feliss anak pintar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 102

    Jadilah setelah itu, Felish benar-benar diajak bermain ke rumah ibu Nadia dan Bilal. Selama beberapa minggu hal itu berlangsung, membuat hubungan mereka semakin dekat. Pun dengan Nadia. Gadis yang menyukai anak kecil itu cepat akrab dengan Felish.“Maaf, selalu mengganggu waktumu,” ujar Agung merasa tidak enak.“Oh, tidak apa-apa. Bawalah dia ke sini kalau meminta.”“Aku mau dipindah lagi ke sini. Itu artinya, akan sering berjumpa Felish. Tapi, itu juga berarti kami akan sering datang ke sini. Bila kamu keberatan, aku bisa membujuk Felish.”“Jangan! Jangan bujuk dia. Biarlah, bila dia memang senang bertemu aku,” larang Anti. “Apa itu artinya Felish akan tinggal bersamamu?” lanjut Anti lagi.“Tidak akan. Neneknya pasti tidak mengijinkan. Aku hanya boleh menemuinya sesekali waktu. Tapi tidak dengan membawanya benar-benar pergi dari mereka. Aku sudah cukup memberikan penderitaan pada Se

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-28
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 103

    Lama tidak mendapat jawaban dari Anti, Agung mulai resah dan menyesali keputusannya untuk bertanya hal tersebut pada Anti.“Maafkan aku bila aku lancang. Kamu tidak usah menjawabnya. Aku sudah tahu jawabannya. Sekali lagi, aku minta maaf karena telah membuatmu tidak nyaman. Tolong, setelah ini, lupakan saja apa yang aku katakana tadi. Dan bersikaplah biasa terhadap Felish. Aku mohon. Aku akan perlahan membujuknya dan menjauhkannya dari kamu,” ucap Agung lirih. Pandangannya ia tundukkan. Terlihat dari sikapnya kalau pria itu merasa malu dengan apa yang barusan ia katakan.“Aku belum menjawab, kenapa kamu sudah berbicara seperti itu?” Ucapan yang baru saja Agung dengar, membuatnya mendongakkan kepala.“Maksudnya?” Agung bertanya bingung.“Aku akan menjawab setelah aku berbicara hal ini pada Nadia. Bagaimanapun, dia pemegang keputusan terbesar dalam hidupku,” ujar Anti lagi.“Apa itu artinya, bila Nadia setuju, kamu akan menerima? Aku mau tahu dulu perasaan dan jawaban kamu, Anti. Apa ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-29
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 104

    Ketukan pada pintu membuat jantung Anti berdegup kencang. Sebelum keluar untuk membukanya, wanita itu menghadap cermin. Berkali-kali melihat penampilannya dan membenarkan posisi khimar yang sudah rapi.Nadia seperti biasa, bila akhir pekan pasti menginap di rumah Tohir. Sehingga nantinya, Anti akan bebas berbicara dengan Agung."Masuk," ucap Anti mempersilakan tamunya. Terdengar kegugupan dari suara yang keluar.Agung menatap Anti sejenak lalu masuk. Duduk dengan tidak tenang. Anti masuk ke dalam untuk mengambilkan minum. Lebih tepatnya, mengatur debar dalam dada.Terlihat orang tuanya tengah menonton televisi di rumah belakang. Mereka memang jarang bersama karena rumah orang tua Anti besar dan bisa dijadikan dia bagian, sehingga seolah-olah mereka seperti hidup di dua rumah.Bau parfum Agung menguar di ruang tamu kalau Anti kembali dengan membawa sebuah nampan berisi teh hangat juga sepiring pisang goreng."Silakan diminum," ucap Anti mepersilakan."Terima kasih." Agung menjawab sera

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-29
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 105

    Mereka larut dalam. pikiran masing-masing. Menciptakan hening di ruangan berukuran empat kali delapan meter itu."Anti," panggil Agung."Ya," Anti mendongakkan kepala."Terima kasih sudah menerima akun yang tidak sempurna ini," ujar Agung pelan"Kita sama-sama tidak sempurna. Tidak ada manusia yang sempurna. Hanya saja, kita harus berusaha menjadi lebih baik," jawab Anti."Aku pernah bersalah sama kamu. Aku pernah melakukan dosa sama kamu,""Dan itu menjadi jalan hijrah kamu. Dan bisa serta membawa Sesil mengenal Allah sebelum dia meninggal.""Apa kamu akan memberitahu ini pada mantan suami kamu? Kalau iya, aku antar kamu ke sana,"Tiba-tiba Anti seperti mengingat satu hal."Aku sudah baik dengan mantan suamiku. Dan juga anakku yang ada padanya. Maksudnya, Mas Agam," jawab Anti merasa malu kar3na memiliki banyak mantan suami."Alhamdulillah, syukurlah. Kapan kamu mau ke sana? Aku antar." Agung menawarkan."Bisakah kita naik mobil? Mengajak Nadia turut serta. Bukan kenapa. Maaf, kita b

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 106

    Ada debar bahagia, dalam hati mereka. Namun, kedua insan yang telah memegang teguh ajaran agama itu tidak mau larut ke dalam suasana yang dapat menimbulkan sebuah dosa."Salam buat Felish," ucap Anti."Ok. Akan aku sampaikan, dia dapat salam dari Ibu Anti." Mendengar itu, Anti tersipu malu. "Kita ke rumah mantan suami kamu jika waktu pernikahan sudah dekat. Sementara ini, rahasiakan saja, ya?" ucap Agung memberi saran."Apapun yang menurut kamu baik, aku akan menuruti," jawab Anti pasrah."Kamu istri idaman," ujar Agung."Kita sudah tua," tukas Anti."Siapapun berhak bahagia. Berhak juga untuk merasakan jatuh cinta lagi." Pipi Anti bersemu merah. Senyum malu tergambar di sana. "Anti,""Ya,""Apakah kamu akan selalu memanggil aku dengan sebutan kamu?" tanya Agung penasaran."Em, itu, akan aku pikirkan. Panggilan yang tepat. Maaf kalau selama ini kurang sopan," jawab Anti merasa tidak nyaman."Baiklah. Terserah kamu, kamu mau panggil apapun sama aku, asal kamu nyaman. Tapi sepertinya, j

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 107

    Anti benar-benar memanfaatkan waktunya untuk bisa melakukan banyak hal dengan Bilal yang sudah berusia empat tahun lebih itu. Hubungan mereka sudah tidak canggung seperti dulu. Seperti biasanya, bila ada Bilal, Anti dan Nadia menempati rumah yang satunya. Karena ibu Anti yang juga nenek Bilal belum bisa bersikap selayaknya terhadap cucu.“Bu, ibu Bilal ada dua, ya?” tanya bocah balita itu saat bermain bersama di teras rumah.“Iya, ibu Bilal ada dua. Ibu Laila dan Ibu Anti. Bilal boleh tinggal dengan siapapun kalau Bilal mau. Kalau sedang ingin bersama Ibu Anti, Bilal bobok sini, ya?” jawab Anti.“Terus, Bilal dulu ada di perut siapa?” Pertanyaan polos barusan membuat Anti bingung menjawab. Bukannya tidak bisa. Akan tetapi, dirinya berpikir ada orang yang lebih berhak untuk menjelaskan itu.“Yang tahu, Ibu Laila. Bilal tanya ke Ibu Ila, ya?” jawab Anti. Bilal mengangguk.Didorong oleh segala rasa sedih dan sayang, Anti mendekap erat tubuh anak bungsunya yang berada di pangkuan.“Jadil

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 108

    Akhirnya, anak kecil itu bermai bersama Anti di lantai. Sementara Agung mengamati dari kursi. Namun, tak lama kemudian, dirinya ikut bergabung. “Tante, kapan doa aku dikabulkan?” tanya Felish di sela-sela aktivitas mainnya. “Doa yang mana?’” Anti bertanya. “Doa, aku minta sama Allah agar aku punya ibu seperti Tante Anti,” jawab Felish. Dia menghentikan kegiatan mainnya sejenak. Anti dan Agung berpandangan. “Sebentar lagi, Tante Anti akan menjadi ibu Felish,” jelas Agung. “Benarkah?” Felish bertanya dengan mata penuh binar bahagia. “Iya,” jawab Agung memasrikan. “Makanya, mulai sekarang, Felish coba latiha memanggil Ibu,” lanjutnya lagi. “Baik, Ayah. Tante, bolehkan aku memanggil Ibu?” tanya Felish dengan menatap Anti lekat. Anti hanya menjawab dengan anggukan. Felish bertepuk tangan girang. Tak lama Nadia pulang. Dan menfajak Felish membeli jajan ke luar. Saat itulah digunakan Agung untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan mereka. Tentu saja, hal itu melibat

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • Istri Lima Belas Ribu   Bagian 109

    Beberapa hari sebelum pernikahan, seperti rencana awal, Agung mengajak Anti beserta Nadia berkunjung ke rumah Agam. Tak lupa, Felish ia ajak serta.Di rumah mungil mantan suami Anti, untuk pertama kalinya Agung berkenalan dengan ayah Bilal. Mereka langsung terlihat akrab. Pun dengan Felish dan Bilal. Kedua bocah balita dengan jarak usia dua tahun lebih itu bermain dan tertawa bersama.Pada kesempatan itu, Agung menyampaikan secara langsung pada Agam bahwa ia akan meminang Anti, ibu kandung dari Bilal.“Saya bersyukur sekali, Mas Agung, akhirnya Anti menemukan jodoh yang baik dan sholeh,” ucap Agam terlihat lega.“Saya manusia yang banyak dosa dan harus banyak belajar lagi. Hanya saja, saya merasa, Anti adalah wanita sholehah yang saya yakin bisa saya ajak hidup bersama mencari ridho Allah,” sahut Agung merendah.Mendengar dirinya dipuji, Anti yang duduk di kasur depan televisi bersama Laila--hanya menunduk dan terlihat malu.Pada kesempatan itu, Agung juga meminta secara khusus, agar

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-04

Bab terbaru

  • Istri Lima Belas Ribu   Ending

    Part 11 POV Dania (Ending) Lelah hati tatkala harus menghadapi banyak hal. Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku tidak akan memaksakan takdir apapun sekarang. Selalu bertemu dengan orang-orang yang membuat hati ini sakit hati, membuatku semakin sadar kalau hanya keluarga Laura saja yang baik padaku. Melihat penghianatan Nindi dan juga sikap Cika yang masih dingin dan membenciku, membuat hati ini sudah memutuskan. Aku akan menghilang dari hidup orang-orang yang mengenalku. Untuk apa mempedulikan Cika yang sangat membenciku? Baginya, Ines adalah ibunya. Setelah Nindi keluar dari rumah, Laura menelpon malam-malam dan menangis. Ia mengatakan kalau pacarnya ternyata selingkuh dan dia seorang diri. Laura menanyakan perkembangan hubunganku dengan Cika, dan aku menjawab apa adanya. “Cika tidak akan pernah bisa menerimaku. Itu kenyataannya,” jawabku sudah pasrah dengan keadaan. “Dania, aku minta maaf, bisakah kamu kembali kesini? Hidup bersamaku dan aku menarik semua ucapanku kemarin,” p

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 10

    Part 10Tiga hari tinggal bersama, dia tetap masih diam. Makananku tetap disiapkan, tetapi menunggu aku keluar untuk makan sendiri. Dia sama sekali tidak seperti dulu yang memanggilku, menyiapkan baju ganti dan segala keperluanku. Akhirnya, pagi ini kuberanikan diri untuk mengajaknya berbicara.“Apa aku akan diusir seperti Nindi?” tanyaku pelan. Dia yang lagi-lagi berkutat dengan laptop--mengangkat wajah.“Pilihlah mana dari milikku yang akan kamu ambil, Cika! Sisanya, bila kamu tidak mau, maka akan kujual. Kamu bisa gunakan untuk keperluan hidupmu. Itu jika kamu mau,” jawabnya tanpa ekspresi ramah.Aku memainkan jari jemariku. Bingung hendak menjawab apa. Ponselnya berdering dan dia langsung mengangkatnya. Aku masih berdiri mendengarkan dia berbicara dengan orang yang kukira ada di luar negeri.Meski sudah lama tidak pernah belajar bahasa asing lagi, tetapi aku tahu apa arti dari ucapan yang disampaikan seseorang dari seberang telepon sana. Speaker ponsel yang dihidupkan membuatku bi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 9

    Part 9“Mbak Dania, aku minta maaf, Mbak, aku akui memang salah dan aku akan meminta dia untuk keluar dari rumah Mbak Dania asalkan Mbak Dania masih mengizinkan aku untuk tetap di sini. Aku akan menjaga Cika, Mbak, aku janji,” kata Nindi sambil bersimpuh dan memegang kaki dia.“Aku sudah tidak butuh siapapun lagi, Nindi. Aku akan membiarkan orang-orang yang hanya memanfaatkanku dan juga orang-orang yang tidak menyukaiku untuk pergi dari hidupku. Aku tidak akan memaksakan takdir bahagia bersamaku, jadi, kamu tidak perlu bersimpuh meminta, karena aku sudah akan menghapusmu dari daftar orang-orang yang kukenal,” jawab dia santai.Seketika aku memandang wajah cantik itu. Ada sebuah perasaan terluka di sana. Jika dia benar-benar tidak mau lagi mengurusku, maka, siapa yang akan mengurusku lagi? Tiba-tiba saja ketakutan besar menguasai hati.Wajah itu, dia tidak mau melihat padaku. Padahal, aku berharap itu.Nindi masih bersimpuh sambil menangis.“Dimana mobilku, Nindi?” tanya dia datar.“Ee

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 8

    Part 8POV CikaAku memilih masuk dan duduk di atas hamparan pasir meski terik matahari terasa sangat menyengat di kulit. Benar-benar bingung hendak minta tolong dan mengadu pada siapa, maka kuputuskan untuk menangis seorang diri.“Ya Allah, kirimkan bantuan untukku. Ya Allah, ampuni aku jika aku selama ini nakal dan banyak dosa. Ya Allah, aku janji, jika aku mendapatkan pertolongan untuk masalahku ini, aku akan kembali sholat seperti saat di pondok dulu. Jika ada orang yang menolongku, maka aku akan menjadikannya sahabat,” ucapku sambil menangis.Lama aku berada dalam posisi ini, hingga leher terasa pegal, lalu aku mengangkat kepala. Saat menoleh, ternyata ada seseorang yang duduk di sebelahku dan dia melakukan hal yang sama.Menatapku.Deg.Jantungku berpacu lebih cepat tatkala mendengar orang itu memanggil namaku. Dia sosok yang kurindu, tetapi juga kubenci.“Kenapa kamu berpanas-panasan sendirian di sini?” ucapnya sambil berteriak.Aku diam, enggan menjawab. Teringat olehku Nindi

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 7

    Part 7POV DaniaAku menatap tubuh Nyonya dan Tuan yang terbujur kaku di rumah sakit dengan darah bersimbah di sekujur tubuh mereka–dengan hati yang sangat hancur.Baru sebentar kembali bekerja bersama mereka yang sudah kuanggap seperti keluarga sendiri, tetapi harus merasakan sakitnya kehilangan. Nyonya dan Tuan tewas dalam kecelakaan tunggal. Mobil yang mereka tumpangi menabrak sebuah pohon dan nyawa mereka langsung hilang di tempat itu juga.Tak tahu lagi harus berusaha tegar seperti apa. Karena mereka berdua adalah keluarga yang kumiliki saat ini dan kenapa takdir selalu tidak berpihak padaku?Mayat Nyonya dan Tuan dimakamkan dua hari kemudian setelah berbagai prosesi keagamaan mereka berdua berlangsung. Kini, saat semua pelayat pergi, aku hanya berdua saja dengan anak semata wayang Nyonya yang berusia dua puluh tahun.“Aku akan melanjutkan kuliah di negara sebelah. Kamu jika masih mau di sini, maka harus mencari pekerjaan lain. Karena aku sudah tidak bisa membayarmu. Rumahku aka

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 6

    Part 6POV CIKAAku menatap rumah besar itu, mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski keberadaanku tidak diakui di sini, tetapi nyatanya, belasan tahun diriku hidup di sana.Walaupun tanpa kenangan indah, tetapi aku bisa melakukan apapun di rumah itu. Kini, aku harus melangkah pergi untuk yang terakhir kalinya. Hati benar-benar sadar, jika memang diri ini tiada lagi diharapkan oleh mereka. Kehadiranku di rumah itu hanya untuk mengukir kisah sedih.Hari ini aku pergi dengan naik taksi. Pulangnya, memilih berjalan menyusuri jalanan komplek perumahan elit yang semuanya memiliki pagar yang tinggi. Sengaja memilih berjalan kaki, hanya sekadar ingin menikmati rasa yang sangat menyesakkan dalam dada ini. Rencananya, nanti akan pulang dengan naik bus. Di dekat gerbang perumahan ini ada sebuah halte.Langkah kaki ini berjalan lambat. Aku sadar kini aku sudah benar-benar sendiri, dan sebentar lagi, bisa saja harus tiba-tiba hidup dengan sosok yangtidak kukenal sama sekali. Aku Cika, harus ber

  • Istri Lima Belas Ribu   Part 5

    Part 5Sebuah ketukan di luar pintu kamar membuat Cika beranjak dari tempat tidurnya. Ia yang sudah setengah mengantuk terpaksa bangun untuk menemui orang yang sudah pasti itu Nindi. Dengan memicingkan mata, Cika menatap perempuan yang masih lajang itu yang sudah siap dengan koper besar.“Mbak Nindi mau pergi?” Seketika mata Cika yang semula setengah mengantuk terbuka sempurna.“Iya,” jawab Nindi singkat dan ragu.Napas Cika mulai narik turun. Antara takut dan kaget.“Mbak Nindi, aku sama siapa di sini?” tanya Cika mulai menampakkan ketakutannya.“Sudah saatnya kamu belajar hidup mandiri , Cika. Tidak mungkin aku akan terus bersama dengan kamu. Ibu kamu saja sudah pergi. Dan keluarga kamu saja sudah tidak memperdulikan keberadaanmu lagi. Masa aku yang bukan siapa-siapa kamu harus bertahan di sini? Aku punya impian untuk menikah, aku punya keluarga yang harus aku rawat. Jadi, aku akan pergi sekarang dan mulai saat ini, kamu hidup di sini sendiri,” jelas Cika.“Mbak Nindi, tidak bisakah

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 4

    Part 4 Cika merasa sangat kesepian dengan hidup yang dijalani saat ini. Bingung karena setiap hari yang dilakukan hanyalah makan dan tidur saja. Hendak keluar untuk sekadar mencari kesenangan bersama teman-temannya pun susah dilakukan karena rumah yang ditempatinya saat ini cukup jauh dengan rumah kawan semasa ia sekolah. Bermain ponsel juga membuat kepalanya pusing. Nindi juga lebih banyak menghabiskan waktu di kantor. Jika malam minggu tiba, gadis yang sudah dewasa itu akan keluar bersama dengan sang kekasih dan pulang jika sudah dini hari saat Cika sudah terlelap dalam mimpi. Dua bulan sudah dilalui Cika hidup seorang diri di rumah besar peninggalan Dania. Di suatu pagi, Cika yang baru saja bangun menemui Nindi yang tengah sarapan pagi. Dengan langkah berat dan kepala tertunduk berjalan pelan menghampiri Nindi yang sedang sarapan. “Kenapa?” tanya Nindi saat Cika sudah sampai di hadapannya. “Pembantu yang katanya mau datang itu, apa tidak ada kabarnya?” tanya Cika ragu. Sikap ke

  • Istri Lima Belas Ribu   Dania Part 3

    Part 3Langit mulai gelap. Tidak ada bintang satupun di sana. Aku mulai menoleh ke kanan dan kiri mencari sebuah tumpangan yang bisa membawaku pulang. Entah pulang kemana. Dalam keadaan bimbang, aku membuka ponsel. Ternyata Rindi menelpon banyak ke nomorku. Ia juga berkirim pesan. Aku membukanya, tetapi hanya di bagian akhir yang kubaca.[Kamu kemana saja?][Kenapa belum pulang?][Cika, balas pesanku!][Cika, kamu kemana? Cepat pulang]Aku takut, tetapi tidak mungkin aku mengatakan kalau saat ini sedang di bandara. Akhirnya, aku memilih mencari taksi dengan berjalan keluar bandara. Tidak ada tempat lagi untuk pulang selain rumah Dania dan aku berharap Rindi sedang menungguku di sana. Aku sangat takut.Seketika bernapas lega saat kulihat Rindi tengah menungguku dengan cemas. “Dari mana saja kamu?” tanyanya cemas dengan wajah marah.Kali ini aku tidak akan melawannya. Dia satu-satunya orang yang masih peduli berada di sisiku. Aku diam sambil memainkan ujung kuku.“Cika, kamu dari mana?”

DMCA.com Protection Status