Home / Romansa / Istri Liar Tawanan Sang Mafia / 7. Bunuh pria gila ini!

Share

7. Bunuh pria gila ini!

Author: MissAnn
last update Last Updated: 2022-08-02 19:48:19

Suara tembakan menggema kuat di ruangan itu. Peluru dari revolver yang tadi dilontarkan melaju mengenai tepat di ulu hati salah satu penjaga. Dia ambruk dengan mata melotot. Sementara yang lain segera mendekat, memberi perlindungan pada tuannya. 

"Kau gila, Leon!" sentak Dante sambil melempar pistol lain di sakunya pada pria itu. "Kau selalu saja seperti ini. Apa kau mau aku mati mendadak, hah?" 

Leon menerima pistol hasil lemparan Dante dan menatapnya datar. "Kau tidak akan mati semudah itu. Tekad bertahan hidupmu jauh lebih besar dariku," balas Leon santai. 

Mendengar jawaban dari Leon membuat Dante meradang.

Sialan! Pria ini sedang menghinanya. 

Keduanya lantas kembali fokus menembak musuh yang tersisa. 

Ada sekitar enam orang tersisa sekalian Johan. Salah satu dari mereka berhasil mendekat dan menghantamkan meja kecil pada Leon. Pria itu dengan gagah menangkis serangan darinya menggunakan kursi yang ada di sisinya. 

"Woah, kau nyaris mati!" celetuk Dante sambil melilit leher seorang pria dengan tangannya sendiri dari belakang.

Leon mendengus. Dia menunduk, menyikut dagu seseorang yang mencoba menyerangnya dari belakang. Pria itu berbalik dan menendang sang lawan hingga terjungkal. 

Leon dan Dante sibuk berkelahi dengan lawan masing-masing. Johan yang merasa memiliki kesempatan, berniat kabur. Dia merangkak keluar dari ruangan. 

Tetapi, nasib buruk sedang berpihak padanya. Sebuah peluru dengan kecepatan tinggi melesat dari samping, mengenai gendang telinganya, dan membuatnya ambruk. Darah segar mengalir keluar dan mengenang disekitar kepalanya. 

Dante melepaskan pukulan terakhir pada lawannya kemudian menembak jantung sang korban hingga tak lagi menunjukkan tanda-tanda kehidupan di sana. Dia melirik Leon yang justru mengambil rokok dan kembali menyalakannya. Asap yang dikeluarkannya segera naik ke atas. 

"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" tanya Dante dengan tersenyum. 

"Bakar tubuhnya di rumahnya." 

Dante menahan napas. Ini bukan pertama kali dia mendengar hal mengerikan dari Leon, tapi, dia belum terbiasa. 

Pria ini memang sangat kejam. Leon menatap Dante dengan pandangan mengintimidasi saat asistennya tidak juga bekerja. "Apa kau ada masalah dengan itu, Dante?" tanya Leon dengan tilikan satiris yang kental. 

"Tidak."

Leon bangkit dan beranjak pergi melangkahi jasad Johan tanpa menoleh sedikit pun ke belakang. Dia meninggalkan tempat itu tanpa beban sementara Dante yang ditinggalkan tampak jengkel. 

"Uh, padahal hari ini aku ada kencan, tetapi sekarang harus kubatalkan karena sibuk membuat kebakaran besar di tengah kota. Hah ... Kenapa kau harus membuat masalah dengannya? Apa kau tidak tahu jika pria itu gila?" rutuknya pada mayat Johan yang tergeletak di dekat pintu. 

Sekarang Leon akan kembali, menemui kucing kecilnya dan bermain. 

Ah, dia sudah tak sabar. 

***

Pintu mansion dengan tinggi lima meter milik Leon terbuka sempurna. Eise, kepala pelayan itu menerima dengan kepala tertunduk hormat. "Selamat datang kembali di rumah, Tuan." Eise menyapa dengan sopan. 

Leon melonggarkan dasinya dan melirik Eise kemudian bertanya, "Apa sesuatu terjadi?"

Wajah tua Eise berubah pucat. Tubuhnya gemetar dan jemari tangannya terpaut erat. Dia ragu dan takut! Dia tidak tahu apakah dia harus mengatakan perihal jatuhnya Elena dari tangga atau tidak. 

Risiko pertama, dia akan dipecat dan diusir karena tidak melakukan tugasnya mengawasi Elena dengan baik. 

Walaupun dia diusir, Leon tidak akan membiarkannya begitu saja. 

Risiko kedua, dia dibunuh.

“Aku tidak suka mengulangi apa yang sudah kukatakan. Kau tahu itu, Eise.” 

Eise tersentak. Dia bersujud didepan Leon diikuti oleh para pelayan dibelakangnya. 

Wajah Leon berubah sedingin salju. Aura mencekam mengudara disekitarnya. Leon tidak suka kesalahan apapun terjadi di rumahnya! 

“Maafkan saya, Tuan. Saya memang pantas untuk mati,” ratap Eise dengan menyesal. Keringat dingin bercucuran di sekitar dahi dan lehernya. “Saya telah melakukan kesalahan fatal, Tuan. Saya mohon maaf.”

Leon melipat tangannya di dada dan menatap tajam perempuan itu. 

“Nona Elena jatuh dari tangga, Tuan. Dia mencoba melarikan diri dan kami mengejarnya. Kami tidak tahu jika dia akan mengalami kecelakaan,” lapor Eise perlahan. 

Leon menggeram pelan. “Sudah kukatakan, aku akan menghukum kalian jika membuatnya terluka!” desis pria itu dingin. 

“Hei, kau! Cepat ke mari!” panggil Leon pada seorang penjaga yang ada di sana. “Cambuk mereka semua dua puluh kali!” titahnya mutlak. 

Wajah para pelayan semakin putih tak terkecuali Eise. Jika mereka memohon maka Leon akan menambah hukumannya.

Seperti itulah Leon. 

Dia adalah pria berdarah dingin yang suka menyiksa orang lain. Entah apa tujuannya. Dia benar-benar suka melihat orang lain memohon ampun padanya walaupun mereka tetap berakhir mati. 

Leon pergi menuju kamar Elena dan melihat pergelangan kaki gadis itu diperban, begitu juga dengan lengan kanan, dan juga bagian kepala. 

Oh, sepertinya dia terluka parah. 

Wajah gadis itu sangat damai dan membuatnya geram. Bisa-bisanya dia tidur senyaman ini di tempatnya! Ini tidak bisa dia biarkan. “Gadis sialan! Beraninya kau tidur se-nyenyak itu di sini?!” rutuk pria itu sebal. Leon melirik luka Elena dan menyeringai. Pria itu bergerak memegang kaki Elena yang terbungkus perban dan menekannya cukup kuat. 

Dahi gadis itu berkerut dan bibirnya mengeluarkan ringisan kecil. Melihat Elena tak juga bangun, Leon menambah kekuatannya dan semakin menekan kaki Elena hingga gadis itu terbangun dan memekik, “AKH! SIAL! SAKIT SEKALI!” 

Elena mengedip-edipkan matanya dan mendelik melihat Leon berdiri didekat kakinya. Rasa perih menjalar menusuk tulangnya dan membuatnya merintih. “Kenapa kau melakukan itu, hah? Aku sedang sakit! Kakiku sangat sakit, berengsek!” sembur Elena murka. 

“Aku sengaja. Kau sangat cantik saat kesakitan,” ujar Leon sambil beralih mendekati Elena. 

Gadis itu bermaksud mundur namun rasa sakit di kakinya membuatnya terhenti dan meringis. “Apa maumu, hah? Kau mau membunuhku? Lakukan saja sekarang!” sentak Elena ketus. 

“Tidak, itu tidak akan menyenangkan.” Leon kembali menekan kaki Elena yang terluka. “Aku suka melihatmu menderita.”

“AKH, SIALAN KAU!” 

“PRIA TUA SIALAN! KAU MENYAKITIKU! HEI! ITU MENYAKITKAN! AKHHH!” 

Leon tertawa kesenangan sementara Elena berusaha keras menahan rasa sakit. Leon sinting dan sialnya dia tidak bisa menendang pria itu karena kakinya terluka. 

Wajah Elena memanas, dia ingin menangis keras dan meraung meratapi penderitaannya akibat siksaan Leon namun jika dia melakukannya maka Leon akan lebih bahagia. 

Dia tidak akan menyerah! 

Elena membekap mulutnya dan mencengkeram seprai kuat saat Leon terus saja menekan lukanya hampir lebih dari satu jam. Dia seperti bayi yang menemukan mainan menyenangkan. Sial, sampai kapan dia harus menderita seperti ini? 

Oh astaga, siapapun, bunuh pria gila di depannya ini! 

Related chapters

  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    8. Apa aku akan mati?

    Hari kedua di mansion Leon. Leon, pria sinting. Elena semakin memahami makna kata itu. Ratapan kesedihan dan juga permohonan ampun dari korbannya adalah kesukaan Leon. Leon selalu marah saat dia bungkam. Seperti yang terjadi tadi malam. "Kenapa kau tidak memohon padaku, berengsek?! Cepat memohonlah! Kau harus meminta untuk dilepaskan! Jangan terus memintaku untuk membunuhmu, sialan! Kau memuakkan! Akh, dasar jalang kecil yang menjengkelkan!" Usai berteriak seperti itu, Leon menamparnya dengan kuat hingga membuat kepala Elena pusing. Elena yang tak kuasa melawan akhirnya diam dan menutup matanya. Dia memilih untuk tidur dengan tubuh penuh luka ketimbang melihat Leon yang sinting. Sebelum benar-benar terlelap, dia bisa mendengar Leon memakinya berulang kali.Kemudian, dipagi cerah seperti ini, Leon sudah bersiap menyiksanya kembali. Dia membangunkannya secara paksa. "Bangun! Apa kau tuli? Kubilang bangun, sial!" Leon melakukannya dengan kasar. Dia menarik tubuh ringkih Elena dari

    Last Updated : 2022-08-02
  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    9. Harapan sang teman

    Pria itu membawanya menuruni tangga belakang mansion menuju lapangan terbuka. Elena reflek mengangkat tangannya untuk menutupi matanya karena silau, sudah dua hari ini dia tidak melihatnya. Elena mengedipkan matanya dan berjalan dengan terseok-seok menahan rasa sakit karena Leon menyeretnya dengan tidak berperasaan. Yah, memang sejak kapan Pak Tua itu punya hati? Bukankah dia itu manusia tanpa hati yang melakukan apapun demi kepuasan dirinya sendiri? Elena menganga melihat pagar besi yang besar terpasang melingkar dengan diameter yang lebar, mungkin sekitar empat puluh lima meter atau lebih. Didalamnya tumbuh pohon-pohon besar dan dibawah ada beberapa batang pohon tergeletak sementara bagian depan ada sungai dengan jembatan kecil sebagai penghubung. Tempat itu juga dipasang atap, mirip seperti kurungan super besar. Perasaan Elena tidak enak.Dia melirik Leon yang tersenyum. “Aku ingin memperkenalkanmu pada dua temanku, Nona.” Leon membuka kandang itu dan mendesak Elena untuk mas

    Last Updated : 2022-08-03
  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    10. Sekarang, apalagi yang akan dia lakukan?

    Mimpi, sebuah angan atau gambaran visual yang tercipta di saat kita sedang tertidur. Sulit di jelaskan makna sebenarnya apa itu mimpi. Namun, yang pasti selain dari imajinasi yang kita miliki, mimpi juga bisa tercipta akibat kenangan di masa lalu. Mimpi yang berasal dari ikatan kenangan justru lebih mengerikan dari semua mimpi yang di miliki. Baik itu buruk ataupun baik. Mimpi baik akan membuat suasana hati menjadi membuncah dan terkadang lupa jika itu terjadi dulu hingga tak bisa terulang kembali. Kemudian saat mimpi itu buruk maka efeknya akan timbul secara berlebihan dan cukup merepotkan. Sama seperti yang kini di alami Leon. Pria itu baru menutup matanya beberapa menit namun kilasan menyakitkan yang terjadi padanya dulu timbul begitu saja. Hal ini membuatnya merasakan sakit kepala dan juga kelelahan akibat napasnya yang terengah sebab melakukan respirasi terlalu cepat. Jantungnya berdebar dengan kecepatan tidak normal dan berhasil menyakitinya. Dia mengusap kasar wajahnya d

    Last Updated : 2022-08-03
  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    11. Bahaya mulai mengintai

    Elena tersenyum, dia tertawa, dan tak lama kemudian berteriak. Dia melotot ke arah para pengemis yang melihatnya dengan pandangan kasihan. Oh, ayolah! Keadaannya jauh lebih mengenaskan dari mereka.Jika mereka hanya berpakaian kusam dan kumal. Elena jauh dari itu. Selain pakaiannya yang kotor, wajah yang berantakan, kedua tangannya juga terikat dengan tali yang cukup kuat.Kakinya dirantai. Walaupun dia bisa berjalan dengan baik, tetapi, dia tak jauh berbeda dari pasien yang melarikan diri dari rumah sakit jiwa."Berengsek, Pak Tua sialan! Aku akan membunuhnya! Akan kupukul wajahnya sampai cacat dan dia tidak akan bisa lagi disebut pria tampan! Dia hanya bajingan yang harus dimusnahkan!"Elena menggeram pelan. Dia menyugar rambutnya dengan kesulitan dan mengembuskan napas kesal.Ingatannya terlempar ke beberapa saat yang lalu. Saat pert

    Last Updated : 2022-08-04
  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    12. Diculik

    Ada dua hal yang tidak pernah Elena lepaskan jika sudah dia miliki. Pertama adalah uang, yang kedua adalah makanan. Dia tidak akan membiarkan siapapun merebut miliknya. Tetapi, sekarang. Segerombol pria tidak berotak sedang mengerubunginya dan ingin merebut keduanya dari dia. Hah! Enak saja! Elena tidak akan menyerahkannya begitu saja, sial. Dia sudah menderita begitu banyak sebelumnya dan sekarang dengan seenak jidat mereka mau mengambil miliknya? Wah, mereka memang mencari mati. "Pergi! Kalian tidak akan mendapat apapun di sini!" usirnya sambil memasukkan sepotong pizza besar ke mulutnya. "Tidak ada uang atau makanan yang bisa kalian dapatkan di sini. Aku miskin!" teriaknya lantang. "Ci stai sfidando?!" (Apa kamu menantang kami?!) "Hah? Can't you speak English? I don't understand!" sela Elena tidak mengerti. "Ci ha deriso tutti. Prendiamolo da

    Last Updated : 2022-09-17
  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    13. Ternodai

    'Tidak! Kumohon jangan! Jangan lakukan apapun padaku. Tidak! Tuhan, tolong aku!'Elena terus menjerit dalam hati dan menutup matanya rapat-rapat setiap kali mereka mengelus tubuhnya dan mengamatinya sembari memegang kemaluan mereka sendiri."Cantik, cantik, dia cantik sekali.""Kulitnya juga lembut dan juga wangi.""Oh, aku ingin merasakan tubuh indahnya, berengsek.""Ah ... Sial, sial, sial! Aku keluar ... Ah!"Mereka mengeluarkan cairan tubuh mereka secara bersamaan ke tubuh atas Elena sembari mengerang senang.Mereka tentu saja sedang terburu-buru ingin menyicipi Elena tetapi, mereka harus tetap mempertahankan kewarasannya agar mereka bisa menikmatinya dengan puas. Sudah lama sekali mereka tidak melakukan ini dan sekarang, kesempatan itu hadir kembali.Mereka menemukan berlian yang dibuang oleh pemili

    Last Updated : 2022-09-18
  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    14. Aku akan membunuhnya

    Terlalu banyak menangis membuat Elena kelelahan. Matanya terlihat sembab. Fisik dan mentalnya sangat letih juga berantakan membuatnya kehilangan kesadarannya dalam pelukan Leon.Elena sangat pulas, dia bahkan tidak terlihat terganggu ketika Leon dengan lembut mengusapkan air ke tubuhnya.Leon memandikan Elena! Wow, dia bahkan melakukannya dengan hati-hati!Luar biasa. Bagi laki-laki sehat seperti Leon, ini adalah tantangan terbesarnya. Tetapi, dia baik-baik saja dan tidak terlihat ingin menuntaskan imajinasi liarnya pada gadis itu. Bahkan, dia terlihat menikmati memandikan Elena yang seperti bayi besar.Tangan besar Leon menyusuri leher, tengkuk, hingga kemudian jatuh ke bagian dada Elena. Dia mengusapnya pelan dan membuat Elena melenguh pelan.Leon menatap Elena dengan sebal. "Jangan mengerang berengsek. Kau masih kotor!" desis Leon tidak suka.&

    Last Updated : 2022-09-19
  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    15. Jangan sentuh milik orang lain!

    "Kita cari jalan alternatif lain. Pasar Rusia harus kita tembus apapun yang terjadi." "Tapi, Tuan Dante. Kami memiliki masalah dengan perbatasan. Mereka sangat sulit diajak untuk berbicara.""Lakukan saja seperti apa yang kukatakan. Kenapa kau selalu saja berbicara omong kosong?! Jika mereka tidak mau bicara, kau culik dan bunuh saja serangga yang mengganggu, berengsek! Berhenti membuatku sakit kepala!" Dante berteriak marah. Dia melempar gelas yang dipegangnya ke lantai dengan emosi. "Sialan. Kenapa mereka semua bodoh sekali? Apa mereka hanya akan bekerja jika aku memukul dan menendang pantat mereka?""Terlebih lagi aku harus mengurus Leon yang temperamental! Sialan, aku benci pekerjaanku!"Dante mengambil rokok dari balik jas hitamnya dan mematiknya, meniup asap tipis hingga membumbung tebal di udara. "Kali ini dia mau berbuat apa?" Lirihnya sambil menatap keluar jendela dengan malas. "Aku sedang malas membersihkan kegilaannya malam ini."Sementara Leon yang dibicarakan sedang du

    Last Updated : 2022-12-10

Latest chapter

  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    19. Sesuatu yang terjadi di Pesta

    Pesta yang dia hadiri kali ini jauh berbeda dari kebanyakan pesta anak-anak muda yang dia datangi. Semua orang di tempat ini memakai pakaian formal dengan tema gelap dan tidak menonjol. Tidak ada satupun orang yang memakai aksesoris mencolok seperti berwarna pink atau kuning cerah. Nyaris semua memakai serba hitam dan merah maroon, atu ada juga biru gelap dan abu-abu.Elena tanpa sadar menaikkan sudut bibirnya sinis. Orang-orang ini sama sekali tidak ada yang menikmati pesta, begitu yang dia simpulkan.Mereka semua berbicara serius, dengan suasana yang menegangkan, dan tidak ada hiburan sama sekali.Musik pestanya pun terlalu pelan, hanya ada dansa-dansa kecil yang dilakukan di lantai dansa."Hoam ... Ini membosankan," komentar Elena di samping Leon.Ketiga pria yang sedang berbincang dengan Leon melirik Elena. Gadis itu tersenyum tipis dan mengangka

  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    18. Persiapan Pesta

    Satu minggu.Kebebasan itu terasa sangat singkat dan juga cepat. Elena menikmati hidupnya di pedesaan yang terletak di pinggir Kota entah di mana ini.Saat ini dia tinggal di sebuah rumah kecil yang dihuni oleh sepasang suami istri. Begitu dia menyebutkan nama Leon, entah mengapa mereka sedikit takut padanya. Tapi, mereka tetap berbuat baik padanya. Elena tidak menyangka jika pamor Leon sampai di tempat terpencil ini. Tapi tentu saja bukan pamor yang baik. Dia tak lebih dari berandal sinting yang menyebalkan. Mungkin, itu yang akan orang-orang katakan jika mereka berani. "Kuharap dia cepat mati," bisik Elena sambil mengangkat segelas kopi susu hangat di tangannya. Tatapannya tertuju pada pemandangan sore hari yang indah. Waktu-waktu menyenangkan yang sudah lama tak dia nikmati karena penculikan sialan ini. "Sepertinya harapanmu tidak akan terwujud dalam waktu dekat."Elena tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang baru saja bersuara. Dia sangat mengenali nada rendah dan serak yang

  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    17. Berhasil melarikan diri

    "Aku bukan Diana.""Apa? Apa yang kau katakan, sayang?""Aku bukan Diana!" ulang Elena sekali lagi dengan penuh penekanan."Tidak, tidak, itu tidak mungkin. Kau adalah Diana. Kekasihku, cintaku, dan calon ibu dari anak-anakku! Kau ... Kau milikku!" seru pria itu posesif.Elena menggeram pelan. Dia membiarkan Leon menggerayangi tubuhnya dengan bibirnya yang panas, kemudian melemas dan memeluknya dengan erat setelah beberapa saat.Ah, kesempatan. Gadis itu mendorong Leon kemudian menampar pipinya dengan kuat.Plak! Elena menampar pria itu hingga menjauh ke belakang."Hah ... Apa?" Dia kaget, tapi tidak sadar juga. Dia terlihat bodoh.Elena berhasil mengatasi rasa takutnya. Kebencian yang mendalam membuatnya berani untuk melawan. Pria ini. Orang sialan ini yang membawanya ke tempat ini. Dia menculiknya, menyiksanya, melecehkannya, dan membuatnya tak berdaya. "Sayang ... Diana. Kenapa kau ...."Leon sepertinya memang mabuk berat karena pria itu langsung ambruk begitu saja di lantai se

  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    16. Pembunuh anak dan wanitaku!

    Karen Valentine Parvez. Seorang perempuan paruh baya yang memiliki tatanan terkuat di keluarga Parvez setelah ibu mertuanya meninggal. Dia mewarisi gelar sebagai menantu dan ibu terbaik di kalangan masyarakat kelas atas. Dia adalah sosok yang dipuja dan juga menjadi panutan.Sayangnya, hal itu jauh dari kebenaran yang ada. Dia tak lebih dari sekedar seorang perempuan tua yang gila harta dan juga kehormatan. Dia ingin semua orang memandangnya dengan hormat dan tidak berani meremehkannya.Seorang ibu yang kejam dan juga tega dengan darah dagingnya sendiri. Dia orang yang berhati dingin dan sanggup menghancurkan anaknya dengan membunuh orang yang dicintainya tepat dihadapannya."Kudengar anda memanggil saya." Leon yang baru saja tiba duduk di hadapan ibunya dengan tenang. Dia membuka dua kancing atasnya dan melampirkan jasnya. Duduk dengan menyandarkan punggungnya dan terlihat berusaha mencari tempat nyaman untuk menghilangkan rasa amarah yang sedari tadi membara semenjak menginjakkan ka

  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    15. Jangan sentuh milik orang lain!

    "Kita cari jalan alternatif lain. Pasar Rusia harus kita tembus apapun yang terjadi." "Tapi, Tuan Dante. Kami memiliki masalah dengan perbatasan. Mereka sangat sulit diajak untuk berbicara.""Lakukan saja seperti apa yang kukatakan. Kenapa kau selalu saja berbicara omong kosong?! Jika mereka tidak mau bicara, kau culik dan bunuh saja serangga yang mengganggu, berengsek! Berhenti membuatku sakit kepala!" Dante berteriak marah. Dia melempar gelas yang dipegangnya ke lantai dengan emosi. "Sialan. Kenapa mereka semua bodoh sekali? Apa mereka hanya akan bekerja jika aku memukul dan menendang pantat mereka?""Terlebih lagi aku harus mengurus Leon yang temperamental! Sialan, aku benci pekerjaanku!"Dante mengambil rokok dari balik jas hitamnya dan mematiknya, meniup asap tipis hingga membumbung tebal di udara. "Kali ini dia mau berbuat apa?" Lirihnya sambil menatap keluar jendela dengan malas. "Aku sedang malas membersihkan kegilaannya malam ini."Sementara Leon yang dibicarakan sedang du

  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    14. Aku akan membunuhnya

    Terlalu banyak menangis membuat Elena kelelahan. Matanya terlihat sembab. Fisik dan mentalnya sangat letih juga berantakan membuatnya kehilangan kesadarannya dalam pelukan Leon.Elena sangat pulas, dia bahkan tidak terlihat terganggu ketika Leon dengan lembut mengusapkan air ke tubuhnya.Leon memandikan Elena! Wow, dia bahkan melakukannya dengan hati-hati!Luar biasa. Bagi laki-laki sehat seperti Leon, ini adalah tantangan terbesarnya. Tetapi, dia baik-baik saja dan tidak terlihat ingin menuntaskan imajinasi liarnya pada gadis itu. Bahkan, dia terlihat menikmati memandikan Elena yang seperti bayi besar.Tangan besar Leon menyusuri leher, tengkuk, hingga kemudian jatuh ke bagian dada Elena. Dia mengusapnya pelan dan membuat Elena melenguh pelan.Leon menatap Elena dengan sebal. "Jangan mengerang berengsek. Kau masih kotor!" desis Leon tidak suka.&

  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    13. Ternodai

    'Tidak! Kumohon jangan! Jangan lakukan apapun padaku. Tidak! Tuhan, tolong aku!'Elena terus menjerit dalam hati dan menutup matanya rapat-rapat setiap kali mereka mengelus tubuhnya dan mengamatinya sembari memegang kemaluan mereka sendiri."Cantik, cantik, dia cantik sekali.""Kulitnya juga lembut dan juga wangi.""Oh, aku ingin merasakan tubuh indahnya, berengsek.""Ah ... Sial, sial, sial! Aku keluar ... Ah!"Mereka mengeluarkan cairan tubuh mereka secara bersamaan ke tubuh atas Elena sembari mengerang senang.Mereka tentu saja sedang terburu-buru ingin menyicipi Elena tetapi, mereka harus tetap mempertahankan kewarasannya agar mereka bisa menikmatinya dengan puas. Sudah lama sekali mereka tidak melakukan ini dan sekarang, kesempatan itu hadir kembali.Mereka menemukan berlian yang dibuang oleh pemili

  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    12. Diculik

    Ada dua hal yang tidak pernah Elena lepaskan jika sudah dia miliki. Pertama adalah uang, yang kedua adalah makanan. Dia tidak akan membiarkan siapapun merebut miliknya. Tetapi, sekarang. Segerombol pria tidak berotak sedang mengerubunginya dan ingin merebut keduanya dari dia. Hah! Enak saja! Elena tidak akan menyerahkannya begitu saja, sial. Dia sudah menderita begitu banyak sebelumnya dan sekarang dengan seenak jidat mereka mau mengambil miliknya? Wah, mereka memang mencari mati. "Pergi! Kalian tidak akan mendapat apapun di sini!" usirnya sambil memasukkan sepotong pizza besar ke mulutnya. "Tidak ada uang atau makanan yang bisa kalian dapatkan di sini. Aku miskin!" teriaknya lantang. "Ci stai sfidando?!" (Apa kamu menantang kami?!) "Hah? Can't you speak English? I don't understand!" sela Elena tidak mengerti. "Ci ha deriso tutti. Prendiamolo da

  • Istri Liar Tawanan Sang Mafia    11. Bahaya mulai mengintai

    Elena tersenyum, dia tertawa, dan tak lama kemudian berteriak. Dia melotot ke arah para pengemis yang melihatnya dengan pandangan kasihan. Oh, ayolah! Keadaannya jauh lebih mengenaskan dari mereka.Jika mereka hanya berpakaian kusam dan kumal. Elena jauh dari itu. Selain pakaiannya yang kotor, wajah yang berantakan, kedua tangannya juga terikat dengan tali yang cukup kuat.Kakinya dirantai. Walaupun dia bisa berjalan dengan baik, tetapi, dia tak jauh berbeda dari pasien yang melarikan diri dari rumah sakit jiwa."Berengsek, Pak Tua sialan! Aku akan membunuhnya! Akan kupukul wajahnya sampai cacat dan dia tidak akan bisa lagi disebut pria tampan! Dia hanya bajingan yang harus dimusnahkan!"Elena menggeram pelan. Dia menyugar rambutnya dengan kesulitan dan mengembuskan napas kesal.Ingatannya terlempar ke beberapa saat yang lalu. Saat pert

DMCA.com Protection Status