Share

BAB 286

Penulis: Bintang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Rinai hujan terdengar samar, begitu serasi dengan dentingnya di atap-atap genting dengan ketukan ringan pada kaca jendela. Berirama.

Bau tanah basah yang menebarkan rasa tenang dan nyaman, menguar menyelusup melalui kisi-kisi jendela. Angin sepoi mengembus menghantarkan rasa segar dibalik udara yang terbilang hangat saat itu.

Di balik jendela, di mana satu ranjang kayu diletakkan menempel hingga dinding ruang yang terbuat dari papan kayu sederhana. Dan di atas ranjang itu, terbaring tubuh seorang wanita muda.

Wajahnya tampak pucat dan pias, dengan jejak-jejak airmata yang telah mengering. Rambutnya tergerai, tampak kusut namun berada di satu sisi, tersampir rapi seolah seseorang menatanya agar tidak sampai mengganggu tidur sang wanita.

Bulu mata lentik sang wanita bergerak perlahan, kelopak matanya membuka dengan lemah. Ia beberapa kali mengerjap dan berusaha menyesuaikan pupil matanya yang kini menangkap cahaya yang terbilang menyilaukan dibanding sebelum ia menutup mata.

Manik m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 287

    “A-A--” Bibir Aliya bergetar dengan lidah kelunya yang tak sanggup meneruskan kalimatnya. Ia memaksakan tubuhnya bangun, mengurai lepas lengan Elang yang masih melingkarinya, lalu berjalan cepat menuju pria yang masih terdiam di ambang pintu dengan tangan yang memegang nampan. “Agni!!” Aliya menubruk tubuh pria itu dan memeluknya erat-erat. Betapa ia merasakan luka di hatinya yang seketika lenyap tak menyisakan apapun selain kelapangan yang begitu melegakan. Agni masih hidup. Tiga rangkai kata itu berulang dan diucapnya penuh syukur dalam hatinya. “Moony…” Agni merapatkan bibirnya kuat-kuat. Rasa haru menyeruak begitu menyesakkan rongga dadanya dalam kebahagiaan. Ia tak pernah menyangka, dirinya cukup berarti bagi Aliya, hingga sebahagia itu Aliya melihat dirinya kembali. Tangan kirinya yang memegang nampan sedikit gemetar, dengan tangan kanan memeluk punggung Aliya erat. Bola mata Agni merangkak naik, terarah pada Elang yang berdiri di sisi ranjang, seolah meminta izin. Elan

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 288

    Rumah itu memang sederhana dan tidak terlalu besar. Kursi-kursi kayu di tata rapi di ruang tamu yang bersebelahan dengan ruang makan.Terdapat hanya dua kamar tidur berukuran tiga kali tiga setengah meter yang hanya memuat satu ranjang dan satu lemari pakaian dua pintu.“How do you feel?” tanya Elang pada Dean yang duduk bersila di atas ranjang dalam kamar dengan jendela menghadap pekarangan depan.Pria yang juga duduk bersila di belakang Dean tampak baru selesai melakukan transfer energi dan memberikan energi pemulihan untuk Dean.“I’m good,” jawab Dean lirih sambil menahan sisa-sisa tekanan sesak pada ulu hatinya.Ia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan.“Anda, istirahatlah,” ucapan singkat pria itu mengalihkan perhatian Elang dan Dean tertarik padanya.“Terima kasih Nawidi,” jawab Dean yang ditanggapi anggukan datar pria itu.Tanpa berkata lagi, pria yan

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 289

    “What?!” Agni terperangah. Wajahnya tertoleh berulang pada Elang dan pada Nawidi. Ambang Level Satu? “Ambang Level Satu…?” gumam Elang lalu menatap kedua telapak tangannya. “Kultivasi itu terjadi setelah kalian menyatukan kekuatan. Terjadi peningkatan signifikan pada kekuatan dalam diri kalian masing-masing.” “Apa? Jadi gue juga??” Agni menatap Nawidi tak percaya. Nawidi meneruskan. “Namun saat itu memang membutuhkan waktu untuk adjusting dan tubuh kalian beradaptasi untuk menerima peningkatan kekuatan tersebut. Hanya saja, Anda saat itu berada pada titik genting untuk menyelamatkan Dean dan diri Anda sendiri, sehingga adjusting itu bekerja lebih cepat dari biasanya. Pukulan terakhir yang Anda berikan pada Si Topeng Emas, adalah pukulan seseorang yang berada di ambang Level Satu.” “Apa?” Agni mendesah takjub saat menoleh ke arah Elang. “Benar. Anda bahkan telah melampaui Tingkat Tinggi pada Level Dua.” Baik Agni dan Elang, sama-sama terdiam mendengar hal tersebut. Itu benar-ben

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 290

    Beberapa bulan telah berlalu sejak tragedi penculikan Aliya ke markas Jure. Situasi tentu saja terlihat begitu tenang dan damai sekian bulan itu.Sementara di basecamp elemen di daerah Lembang, udara dingin yang menyapa dan mengembus, tidak menyurutkan para pria menawan yang tengah bertelanjang dada dan melakukan push up dengan teguh, meskipun punggung mereka di tumpangi seseorang secara bergantian.“Bang, buset dah! Berapa lama lagi?! Ini udah mau satu jam!” Suara keluhan itu keluar dari bibir pria muda berparas tampan dan berkulit bersih.Namun warna wajahnya telah memerah menahan beban tubuhnya dan tubuh seseorang yang berdiri di punggungnya.“Ah, sial!” erangnya kesal.“Lu diem napa, Ni? Ntar ditambahin lagi ama si abang, mampus kita semua!” bisik Iyad yang berposisi push up di sebelah kanan Agni.Sementara Guntur dan Agung tampak teguh mempertahankan posisi push up mereka, meski peluh mulai membanjiri wajah mereka.Tak ada sepatah kata pun yang mereka keluhkan. Demikian pula, tak

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 291

    “Tarik napas dan hembus perlahan,” ujar Nawidi membimbing Aliya agar tetap tenang. Wajah datarnya tampak sedikit tegang namun ia hanya berdiri di sisi Aliya tanpa berani memegang Aliya. Bi Sumi yang memegangi lengan nyonya mudanya terlihat sedikit khawatir. “Bu, bukannya masih bulan depan kan perkiraan lahirannya?” Aliya menggeleng. “Saya juga ga tau Bi. Kata dokter memang sekitar dua puluh hari lagi. Tapi ini-- Aah!” Aliya mengaduh dengan wajah terlihat pias. Perutnya terasa mulas yang melilit dan meremas sakit. Bi Sumi mengencangkan pegangannya pada Aliya ketika Aliya memilih berpindah duduk di sofa ruang tengah. Sementara Nawidi mengulurkan tangan di punggung Aliya, menghantarkan energi hangat untuk meringankan rasa sakit yang didera Aliya. “Bang, kenapa juga kagak ada latihan ngadepin bumil mau lahiran sih?” Agni hilir mudik panik dengan mulut terus mengoceh menyalahkan segala sesuatu. Matanya melirik berkali-kali pada Aliya dengan sorot cemas tak terkira. “Shit! Gue mau

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 292

    “Ah ya Tuhan!” Agni mengerjap-kerjapkan kedua kelopak matanya. Menatap penuh haru sekaligus takjub dengan tangan menempel pada dinding kaca. Begitu pula ketiga teman-teman lainnya. Agung, Iyad, Guntur sama -sama menatap dengan mata berbinar penuh ketakjuban ke arah satu box bayi dari balik kaca besar pembatas ruang NICU. “Lakukan covering kalian, setiap kalian keluar.” Suara datar Nawidi mengingatkan empat pria yang terus menerus menatap tanpa berkedip ke arah bayi merah di dalam inkubator itu. Ia baru saja datang bersama Dean setelah melakukan pengecekan ulang di sekitar Rumah Sakit Bersalin tersebut, sebagai bentuk tindakan antisipatif standar mereka. Agni dan lainnya menoleh dan baru menyadari pengunjung wanita di sekitar mereka, tak hentinya menatap mereka seolah melihat artis terkenal yang membuat mata mereka tak berkedip mengagumi. Penampilan Agni dan kawan-kawan memang tidak bisa dibilang biasa, terutama Agni. Wajah tampan pria muda itu begitu menarik perhatian para pengunj

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 293

    Arah pandang Aliya terpaku pada pintu ruang untuk beberapa saat. Meski sedikit bertanya-tanya, namun ia segera menepis itu dalam hatinya dan langsung beralih pada monitor di dinding sebelah kiri. Bibirnya seketika tertarik ke atas disertai pandangan yang melembut dan penuh kasih. Monitor itu menampilkan bayinya yang berada dalam inkubator di ruang NICU. Tubuh mungil yang masih berwarna merah dengan jemari kecil yang mengepal. Kedua manik mata Aliya lalu berkaca-kaca. Betapa ia ingin memeluk makhluk mungil itu. Betapa ia merasa semua bagai mimpi. Dari dalam dirinya bisa keluar makhluk luar biasa seperti itu. Ia hanya harus bersabar lagi, untuk bisa mendekap bayi mungilnya itu. “Isn’t she beautiful?” Sebuah suara mengagetkan Aliya. Ia mengusap titik air di sudut matanya lalu tersenyum pada dua orang yang datang itu. “Dean, kang Awi. Masuklah.” Kedua pria bertubuh tegap dan atletis itu kemudian duduk di kursi meja makan yang memang bersebelahan dengan brankar Aliya. “Bagaimana

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 294

    “Liebling, sarapannya sudah kau makan habis?” “Iya,” jawab Aliya lalu mendongakkan kepalanya ke arah Elang yang baru keluar dari kamar mandi. Ia menatap suaminya dengan alis berkerut. “Kenapa?” “Asi ku masih sedikit keluarnya,” keluh Aliya. “Tadi perawat datang kesini untuk mengambil asi ku. Tadi gak bisa dapat banyak.” “Hm.” Elang melangkahkan kakinya mendekati brankar Aliya. “Itu hal wajar, Liebling. Untuk kelahiran pertama, seorang ibu agak kesulitan mengeluarkan asi-nya. Putri kita juga belum membutuhkan makanan yang banyak, Liebling. Kau tahu, ukuran usus dan lambungnya pun masih sangat kecil,” sambungnya lagi sambil menggerakkan ibu jari dan telunjuknya untuk menunjukkan betapa kecilnya ukuran tersebut. “Tapi--” “Aku tahu kau khawatir. It’s ok. Bahkan bayi baru lahir masih bisa tanpa diberikan asi atau susu dalam waktu dua kali dua puluh empat jam.” “Kau tahu dari mana?” “I read it somewhere (aku baca entah di mana).” “Elang--” “Aku sudah bicara dengan dokter, Lieblin

Bab terbaru

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   Catatan Penulis

    Hai GoodReaders!! Akhirnya “Istri Ku Sang Ratu Bumi” telah sampai di penghujung cerita. Terima kasih banyak untuk seluruh GoodReaders yang dengan setia mengikuti kisah ini hingga akhir. Author mohon maaf jika pada tulisan yang GoodReaders baca dalam cerita ini, masih ditemukan banyak typo atau kata-kata rancu dan hal lain yang tanpa sadar Author lakukan. Author berharap GoodReaders dapat menikmati juga menyukai karya ini. Adakah kesan dan pesan kalian untuk Author? Would love to know it! Adakah tokoh favorit kalian? Aliya? Elang? Dean? Agni? Atau lainnya? Author dengan senang hati membaca kesan kalian dan pesan kalian untuk mereka :D Jangan lupakan untuk memberi review di luar buku ya… Bintang lima dari kalian akan menambah semangat author melanjutkan Session 2 buku ini. Sambil menunggu, kalian bisa buka karya on going Author dengan judul “Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan”. Love-love yang banyak untuk kalian semua! Sampai Jumpa di karya-karya Author lainnya…. Luv U!!

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 299

    Mereka semua telah menjadi bagian dari keluarga bagi Aliya. Keluarga kedua yang berbeda dunia. Dunia aneh penuh kejutan yang hidup berdampingan dengan manusia umumnya. Siapa yang pernah menyangka, ternyata sejak lama ada kehidupan seperti ini di tengah-tengah kehidupan normalnya dahulu? Kini tatapan Aliya membidik pada sang suami, Einhard Sovann Gauthier. Pria tampan yang tampak asyik mengajak putri mereka berbicara. Meski demikian, tak dapat dipungkiri, Aliya bisa merasakan sesuatu yang menekan kuat yang terpancar dari Elang. Meski pria tampan itu tengah bermain dengan bayi mungil, namun aura kekuasaan nan tenang dan terkendali, menyelimuti suaminya. Membuat siapapun tak kuasa menentang dan menghindari membuat masalah dengannya. Senyum di bibir Aliya kian merekah. Matanya berbinar menangkap pemandangan yang begitu menyejukkan hatinya itu. Fayza tampak tergelak ketika hidung Elang menyerbu perut mungil sang putri. Hatinya begitu damai melihat semua pemandangan yang ada di sekit

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 298

    “Sekali lagi aku minta maaf, Dean. Sungguh…”Dean menghela napas pelan. “Apa yang kau bicarakan, Al?”Ia terhenti karena teko yang dipanaskan Aliya telah berbunyi.“Biar aku saja,” katanya sembari berjalan mendekat untuk mematikan kompor lalu mengangkat teko dan menuangkannya ke dua cangkir dan empat gelas belimbing yang telah diisikan kopi dan gula oleh Aliya sebelumnya.Tangannya mengaduk telaten setiap gelasnya. “Jika kau berpikir kepergianku karena berada di dekatmu itu menyakitkan untukku dan untuk menjauh darimu, kau keliru Aliya.”“Aku pergi karena memang ada sesuatu yang harus kulakukan. Dan itu baru bisa kulakukan saat ini, ketika situasi di sini telah kondusif. Einhard seorang elemen yang kini berada di ambang Level Satu. Einhard seorang diri, sudah bisa menakuti semua elemen yang ada di sini saat ini, Al.”Dean selesai mengaduk dan meletakkan sendok ke bak cuci piring dan melanjutkan. “Sekalipun aku pergi, kita sekarang punya Nawidi yang seorang Level Dua Tingkat Tertinggi.

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 297

    “Einhard, duduk di sini,” Dean beralih pada Elang yang berdiri di sebelah Aliya. Elang lalu menggamit pergelangan tangan Aliya dan menariknya untuk duduk di antara Dean dan Nawidi. Dengan patuh Aliya mengikuti suaminya dan membalas semua sapaan dari Agni dan teman-teman elemen lainnya dengan hangat. “Fayza di mana?” tanya Dean lagi setelah Elang dan Aliya duduk. “Kami tinggalkan di rumah dulu dengan bi Sumi dan Asih,” jawab Elang. Tangannya menerima sodoran jagung bakar dari Dean. “Thanks.” “Liebling, kau mau?” Elang mengoper jagung bakar itu ke Aliya. “Ngga, Liebe. Kau aja,” tolak Aliya. Ia melemparkan pandangan ke sekeliling, lalu beralih pada Dean. “Kau mau kemana? Pertanyaanku tadi belum di jawab.” Dean tersenyum. “Aku ada kerjaan di Botswana, Al.” “Apa?? Botswana? Afrika??” Mata Aliya membulat. “Jauh banget. Ada apa di sana?” “Emm… Kerjaan lama ku.” “Liebling, bisa tolong buatkan kopi untukku?” Elang menyentuh lengan istrinya itu. “Aku--” Tatapan Aliya beralih pada Elang

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 296

    “Gung, dulu gimana si cewek itu. Lu buang kemana?” “Ya kali, dia barang. Main buang-buang aja.” Agung meringis. Bukan karena luka di tangan kiri yang ia derita setelah latihan tadi. Namun karena mendengar pertanyaan Agni. “Kok baru nanya sekarang?” tanyanya dengan tangan yang sibuk mengulur kain kasa panjang untuk membalut luka-luka di sela tangannya. “Gue baru kepo, Gung. Asli, waktu itu gue eneg banget denger nama tu cewek. Baru kali ini gue agak legaan,” tukas Agni sambil membantu Agung menggunting kasa tersebut, merobek ujungnya lalu mengikatnya kuat. “Ish! Pelan-pelan, Ni.” “Jangan cengeng lu.” Agni mengoles antiseptik pada bekas luka lain di tangan kanan Agung. Meski tidak sedalam luka di tangan kiri, namun tetap saja menggambarkan betapa keras latihan yang baru saja ditempuh Agung. “Lain kali lu perhitungkan ritme serangan si bang Nawi, Gung. Dia punya pola sendiri dengan alter variasinya. Pas bagian lu, itu pola yang dia gunain waktu nyerang gue latihan kemaren,” tutur

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 295

    Angin semilir menghantarkan suasana yang begitu tenang dan damai. Beberapa dedaunan kering berjatuhan perlahan menyentuh tanah di tepian kolam renang dengan pantulan kilau terik mentari di atas air. Gerakan tangan Elang membelah air dan mendorong kuat tubuhnya meluncur. Sudah lima balik ia menggunakan gaya kupu-kupu, setelah enam balik sebelumnya menggunakan gaya bebas untuk membawa dirinya menyentuh tepian kolam renang sekian kali. Elang berhenti di pinggir dan memutuskan menyudahi kegiatan berenangnya siang itu. Kedua lengannya bertumpu pada tepian dan setengah melompat, membawa tubuhnya keluar dari dalam kolam. Ia duduk di tepian sambil mengusap wajah untuk menyingkirkan bulir air yang membasahi wajah tampannya. Mata coklat tua itu menerawang, membawa ingatannya kembali pada percakapannya dengan Dean semalam. “Saat itu ayahmu melalui Hecate mencari juga wanita elemen bumi dan sempat menyangka ibuku adalah salah satunya. Dia sebenarnya bukanlah seorang elemen bumi, Hecate salah

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 294

    “Liebling, sarapannya sudah kau makan habis?” “Iya,” jawab Aliya lalu mendongakkan kepalanya ke arah Elang yang baru keluar dari kamar mandi. Ia menatap suaminya dengan alis berkerut. “Kenapa?” “Asi ku masih sedikit keluarnya,” keluh Aliya. “Tadi perawat datang kesini untuk mengambil asi ku. Tadi gak bisa dapat banyak.” “Hm.” Elang melangkahkan kakinya mendekati brankar Aliya. “Itu hal wajar, Liebling. Untuk kelahiran pertama, seorang ibu agak kesulitan mengeluarkan asi-nya. Putri kita juga belum membutuhkan makanan yang banyak, Liebling. Kau tahu, ukuran usus dan lambungnya pun masih sangat kecil,” sambungnya lagi sambil menggerakkan ibu jari dan telunjuknya untuk menunjukkan betapa kecilnya ukuran tersebut. “Tapi--” “Aku tahu kau khawatir. It’s ok. Bahkan bayi baru lahir masih bisa tanpa diberikan asi atau susu dalam waktu dua kali dua puluh empat jam.” “Kau tahu dari mana?” “I read it somewhere (aku baca entah di mana).” “Elang--” “Aku sudah bicara dengan dokter, Lieblin

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 293

    Arah pandang Aliya terpaku pada pintu ruang untuk beberapa saat. Meski sedikit bertanya-tanya, namun ia segera menepis itu dalam hatinya dan langsung beralih pada monitor di dinding sebelah kiri. Bibirnya seketika tertarik ke atas disertai pandangan yang melembut dan penuh kasih. Monitor itu menampilkan bayinya yang berada dalam inkubator di ruang NICU. Tubuh mungil yang masih berwarna merah dengan jemari kecil yang mengepal. Kedua manik mata Aliya lalu berkaca-kaca. Betapa ia ingin memeluk makhluk mungil itu. Betapa ia merasa semua bagai mimpi. Dari dalam dirinya bisa keluar makhluk luar biasa seperti itu. Ia hanya harus bersabar lagi, untuk bisa mendekap bayi mungilnya itu. “Isn’t she beautiful?” Sebuah suara mengagetkan Aliya. Ia mengusap titik air di sudut matanya lalu tersenyum pada dua orang yang datang itu. “Dean, kang Awi. Masuklah.” Kedua pria bertubuh tegap dan atletis itu kemudian duduk di kursi meja makan yang memang bersebelahan dengan brankar Aliya. “Bagaimana

  • Istri Ku Sang Ratu Bumi   BAB 292

    “Ah ya Tuhan!” Agni mengerjap-kerjapkan kedua kelopak matanya. Menatap penuh haru sekaligus takjub dengan tangan menempel pada dinding kaca. Begitu pula ketiga teman-teman lainnya. Agung, Iyad, Guntur sama -sama menatap dengan mata berbinar penuh ketakjuban ke arah satu box bayi dari balik kaca besar pembatas ruang NICU. “Lakukan covering kalian, setiap kalian keluar.” Suara datar Nawidi mengingatkan empat pria yang terus menerus menatap tanpa berkedip ke arah bayi merah di dalam inkubator itu. Ia baru saja datang bersama Dean setelah melakukan pengecekan ulang di sekitar Rumah Sakit Bersalin tersebut, sebagai bentuk tindakan antisipatif standar mereka. Agni dan lainnya menoleh dan baru menyadari pengunjung wanita di sekitar mereka, tak hentinya menatap mereka seolah melihat artis terkenal yang membuat mata mereka tak berkedip mengagumi. Penampilan Agni dan kawan-kawan memang tidak bisa dibilang biasa, terutama Agni. Wajah tampan pria muda itu begitu menarik perhatian para pengunj

DMCA.com Protection Status