Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu ruang tidur menyelamatkan Nathan dari situasi. Sedangkan Alicia mengatupkan mulut rapat-rapat. Nathan menghela napas panjang. 'Syukurlah Bella datang tepat waktu. Aku enggan menjawab pertanyaan Alicia dan aku menghindari adu argumentasi dengannya karena emosi yang meluap,' pikirnya. "Masuk saja, Bella!"Nathan berteriak dari tempatnya. Pintu pun terbuka. Nathan dan Alicia melihat Bella datang bersama satu pelayan wanita yang mendorong sebuah meja segi empat dengan roda pada kakinya. "Selamat malam, Tuan dan Nona Muda," sapa Bella riang. "Saya membawakan makan malam untuk Nona Alicia sesuai dengan permintaan Anda, Tuan Muda.""Ya. Susun dengan rapi di atas meja di sudut sana!" perintah Nathan seraya menunjuk sudut ruang tidur. "Kemudian, temani Istri saya sampai dia selesai memakan semua menu yang kalian bawa! Pastikan tidak ada yang tersisa dan laporkan kepada saya beserta bukti fotonya!"Semua orang terkejut. Kedua mata Alicia hampir saja terlep
"Nath, kau yang benar saja!" Zachary mencoba protes atas sikap Nathan kepadanya. Pria tua itu tersinggung. Sedangkan Philip hanya terdiam memperhatikan sikap Nathan kepada sang tuan besar keluarga Czarford. "Ada apa ini?!" tanya Thomas penasaran. Dia menatap Nathan. "Sebenarnya, apa yang terjadi diantara kau dan Kakek?" Rupanya Thomas bertanya kepada anaknya. Dia menatap Nathan dengan kedua mata birunya yang memerah. "Anda bertanya, ada apa? Dan, apa yang terjadi?!" Aura tegang langsung terasa begitu Nathan mengulangi kalimat tanya sang ayah. "Bukankah sebelumnya sudah saya katakan untuk bertanya kepada Kakek?" Nathan menjawab sambil melirik Zachary yang sedang sibuk memotong steak daging sapi miliknya. Zachary terlihat tidak merasa bersalah. Nathan berdiri. Dia pergi meninggalkan ruang makan masion utama bersama Gavin tanpa mengatakan apapun. Brak! Thomas membanting alat makan. Semua orang terkejut. Namun, tak ada yang berani menegurnya. "Kau lihat dia, Ainsley?! Lih
Para pelayan yang mendengar pertengkaran diantara Ainsley dan Thomas sengaja menulikan pendengaran mereka. Sudah bukan rahasia umum lagi di keluarga Czarford bahwa rumah tangga Ainsley dan Thomas tidaklah harmonis. "Nyonya, apakah Anda ingin melanjutkan makan malam?" Ainsley mendongakkan wajahnya. Dia menatap Emily Bluntーsang pelayan setia. Dia tersenyum hambar. "Kau dengar itu, Emily? Kau dengar semua itu, kan?" Terdengar nada putus asa di setiap kalimat yang terucap dari mulut Ainsley. Emily menunduk sedikit, lalu berbisik, "Nyonya, Anda adalah wanita terhormat. Sebaiknya, tidak membicarakan masalah rumah tangga Anda di depan umum!" Ainsley mengangguk. "Kau benar, Emily," katanya. "Wanita terhormat ini disia-siakan sejak mengandung dan melahirkan bahkan sampai sekarang ... tidak ada cinta di dalam pernikahan kami." Emily tidak berani membalas kalimat Ainsley barusan. Dia berdiri tegak menatap para pelayan yang masih berdiri di tempat mereka. "Kalian semua, pergilah!" Seba
Masih di Birmingham, Inggris, tetapi di tempat berbeda. Alicia masih memejamkan matanya. Dia meraba-raba ranjang kosong di sampingnya dan tidak mendapatkan apapun. "Oh, dia sudah pergi?"Alicia terduduk di atas ranjang. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. "Wangi parfum maskulin Nathan menyerbak memenuhi seisi ruangan. Oh, Nath ... apakah kau harus mengurungku di kamar ini?"Tiba-tiba saja, Alicia terkejut dengan suara ketukan pintu.Tok! Tok! Tok!"Nona Muda, apakah Anda sudah bangun?"Suara Bella terdengar jelas di telinga Alicia. Wanita itu pun menghela napas. "Ya, Bella. Masuklah!"Pintu pun terbuka. Bella berjalan menuju ranjang. Dia tersenyum sumringah ketika Alicia menatapnya. "Selamat pagi, Nona! Bagaimana tidur malam Anda? Apakah Anda memiliki kualitas tidur yang baik?"'Kualitas tidur apa? Seandainya aku bisa jujur, aku sangat risih berada satu ranjang dengan Nathan. Dia ... dia selalu menyentuh bagian-bagian sensitif tubuhku,' keluh Alicia di dalam hatin
"Gudang? Untuk apa Anda membawa saya ke gudang, Nona Bella?"Meskipun Zaline tidak suka dengan sikap Bella, dia tetap mengikuti ke manapun sang kepala pelayan itu melangkah. Mereka pun tiba di depan pintu gudang yang berada di halaman belakang mansion Nathan. "Halo, Nona Bella!"Seorang pelayan wanita keluar dari gudang dan menyapa Bella. Pelayan tersebut pun menundukkan kepala. "Ryuna, tolong berikan Zeline pekerjaan! Mulai sekarang, dia akan menemanimu melakukan pekerjaan di gudang."Perintah Bella barusan, sontak membuat Zeline terkejut. Dia lantas berseru, "Tidak! Saya tidak mau! Sejak 2 tahun terakhir, tugas saya di dapur dan melayani Tuan Muda ketika sedang berada di ruang makan."Zeline menolak dengan keras. Dia memicingkan kedua mata ketika menatap Bella. "Dan ternyata, selain melayani Tuan Muda Nathan, kau pun mencampuri urusan pribadi kedua majikan mu."Kali ini, Bella bersikap lebih berani dari sebelumnya. 'Sebagai kepala pelayan di mansion Tuan Muda Nathan, aku akan ber
Alicia tersenyum ketika Bella menatapnya dengan cemas. Dia menjawab, "Tidak, Bella. Saya baik-baik saja." Setelah itu, Alicia berjalan menuju tangga. Dia tidak lagi menahan air mata yang sejak tadi ingin keluar. "Oke, Cia. Kau bukan lagi seorang anak di bawah umur yang masih memerlukan orang tua sebagai wali. Kau bahkan sudah dewasa dan menikah." Alicia menghentikan langkah di anak tangga ke-4. Dia menghela napas panjang seraya mengusap air mata. "Yes, aku akan datang menghadapi Mom dan Dad Harry. Meskipun aku tidak pernah menyukai Dad Harry karena dia mengambil perusahaan Dad-ku ... namun, aku menghormatinya karena sekarang Beliau adalah Suami Mom." Ada perasaan menyesal juga geram yang dirasakan oleh Alicia. "Aku menyesal karena hingga kini tidak bisa menerima pernikahan Mom dan Dad Harry. Aku juga geram karena dia mengambil perusahaan Dad-ku dan membuatnya hampir bangkrut." Alicia kembali berjalan. Dia tidak tahu jika sepasang mata milik Gavin mengekorinya ke manapun. "B
Lindsay terdiam. Wajahnya merah padam. Entah apa yang sedang dipikirkan olehnya!Lindsay memaksakan diri untuk tetap tersenyum. Dia menatap Alicia. 'Sial! Bisa-bisanya aku lupa makanan favorit anak tidak tahu diri ini!' serunya kesal. "Uhm, jadi, ada apa Mom meminta saya datang ke sini?"Harry melirik Alicia. Dia menghela napas berat. "Katakan to the point, Lindsay!" perintahnya kepada Lindsay."Alicia, begini ... kau tahu bisnis Papamu sedang berada di ujung tanduk, kan?"'Papa? Apakah yang Mom maksud adalah Dad Harry?' tanya Alicia di dalam hatinya. Alicia mengerutkan kening. Lindsay melihatnya. Lindsay tersenyum. "Ya, perusahaan mendiang Papamu, Cia. Perusahaan tersebut sedang berada di ujung tanduk," ujar Lindsay menjelaskan. Lindsay menggeser posisi duduknya lebih mendekati Alicia. Dia tidak berhenti menatap putri kandung satu-satunya hasil pernikahan terdahulu."Kau tahu, Cia? Mom harus mengurus perusahaan mendingan Papamu dengan bantuan Harry. Dan, kami akan membayarkan gaj
Harry tercengang mendengar seruan Nathan. Dia merasa ada yang salah yang di sini. "Menantu, bahkan sejak datang tadi, kau belum menyapa kami!" tegur Harry. Dia menoleh ke arah Lindsay berharap istrinya tersebut akan mengatakan sesuatu yang membenarkan pernyataannya. Nathan yang semula hendak membawa Alicia pergi dari ruang VIP terpaksa mengurungkan niatnya. Dia berbalik tanpa melepaskan genggaman tangan Alicia. Dia menatap sinis Harry. "Bagaimana saya harus memanggil Anda, Tuan Harry? Anda bahkan tidak pantas mendapatkan pengakuan dari saya sebagai Papa Mertua!" balasnya dengan berseru. Harry ternganga, begitu juga dengan Lindsay. Harry mengangguk ketika Lindsay menatapnya. "Menantu, ini hanyalah kesalahpahaman," ujar Lindsay mencoba memenangkan hati Nathan. "Maksud Anda adalah kesalahpahaman yang berakhir dengan menampar Istri saya, Nyonya Wood?!" tanya Nathan dengan satu tarikan napas. Nathan menyeringai ketika menyadari perubahan raut wajah Lindsay dan Harry. Kedua orang
"Alica, jangan berkata begitu!" Greyson menegur Alicia. "Nath, kau salah paham. Tarik semua perkataanmu atau kau akan menyesalinya."Greyson akhirnya angkat bicara. Namun, apakah Nathan akan membiarkannya?"Diam! Bukankah sudah aku katakan agar kau tidak ikut campur urusan rumah tanggaku dengan Cia?!"Nathan membentak Greyson. Kedua matanya memerah."Oke! Oke! Aku salah. Maaf karena hal itu." Greyson mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Aku melakukannya karena muak dengan sikapmu yang kasar kepada Alicia."Greyson merasa posisi Alicia kian melemah. Dia memutar otaknya untuk mencoba meyakinkan Nathan. "Apa aku meminta pendapat mu? Apa aku menyuruhmu berbicara?! Diam atau aku akan mengusir mu, Grey!"Nathan tersenyum mengejek Greyson. Alicia mulai menangis. "Kau memang egois, Nath." Alicia berkata dengan dingin. "Kau bahkan tidak membiarkan aku menjelaskan.""Lihatlah! Kau bahkan tidak memberikan Cia membela dirinya." Greyson menunjuk Alicia yang duduk sambil menangis. "Kau telah menyakit
"Nath, kau mau apa?" tanya Alicia ketika Nathan menarik tangannya. Keduanya masuk ke rumah Nathan. Ya, hanya berdua!Nathan menutup pintu utama rapat-rapat, tetapi tidak menguncinya. Dia menggandeng tangan Alicia ke sebuah ruangan dekat kolam renang. "Duduk dan tunggu aku di sini! Jangan ke mana-mana!" Nathan memegangi kedua bahu Alicia dan mendudukinya di sebuah kursi. "Kau akan mengajakku main bilyard?" tanya Alicia seketika. Dia menatap meja bilyard yang berada di sisi kirinya. Nathan tertawa kecil. "Ya, jika kau berkenan untuk taruhan denganku."Nathan mengecup kening Alicia singkat, lalu pergi menuju sebuah lemari kaca."Champagne?"Nathan tersenyum tanpa melihat Alicia. "Ya. Aku ingin kau menemaniku minum. Bagaimana?"Nathan membuka lemari minuman dan memilih salah satu champagne yang berada di deretan paling atas. Dia juga mengambil dua buah flute. "Ayo kita minum champagne, Cia!" ajak Nathan seraya berjalan kembali menuju Alicia. "Kadar alkohol champagne ini sekitar 10% sa
"Deal!""Deal!"Alice dan Ford berteriak berbarengan. Mereka kembali memeluk Nathan. Nathan melirik Alicia yang tersenyum bahagia. Dia membatin, 'Akhirnya aku bisa melihat senyummu lagi, Cia.'"Oke, sekarang waktunya sarapan. Kemarilah, anak-anak manis!"Lucky berseru memanggil Alice dan Ford. Keduanya lantas menoleh ke arah Lucky."Mom dan Dad akan menyusul. Kalian pergilah lebih dulu!"Tidak ada yang membantah perkataan Nathan. Kedua anak itu pun segera turun dari ranjang. "Oke, Daddy.""Oke, Daddy."Alicia membantu kedua anaknya turun dari ranjang. Dia menatap mereka berlari menuju pintu kamar. "Saya permisi, Tuan, Nona," ujar Lucky. Dia membungkukkan badan, lalu pergi menyusul Alice dan Ford.Setelah pintu kamar tertutup, Nathan menarik tubuh Alicia. "Aaahh!" Alicia berteriak karena terkejut. "Apa yang kau lakukan, Nath? Lepaskan aku!"Nathan berada di atas tubuh Alicia. Dia tersenyum lebar. Dia mengangkat kedua tangan Alicia ke atas. "Ayo bercinta, Cia! Bercinta di pagi hari
"Ssstt!" Nathan menempelkan jari telunjuk kanan ke bibirnya. "Mom tertidur."Nathan ke luar dari Mobil. Dia melihat kedua anak kecil menggemaskan itu sudah memakai pakaian tidur dengan model sama, tetapi warna yang berbeda."Mengapa kalian berdua belum tidur? Malam sudah semakin larut dan kalian masih terjaga." Nathan berjongkok memeluk kedua anak Alicia. Dia bertanya kepada Alice dan Ford dengan lembut. Nathan mengulurkan tangan ketika Alice meminta gendong. Dia dengan sigap menggendong Alice yang manja. "Kami menunggu Paman pulang bersama Mom. Apa Mom sakit?" Ford menatap Alicia yang masih menutup matanya. Lucky tersenyum ketika mendengar pertanyaan Ford. "Tidak, Tuan Muda kecil," jawab Lucky. Dia sedikit menundukkan badan. "Mom kelelahan."Tidak jauh dari mereka, Greyson berdiri mematung. Ketika Nathan menyadari keberadaannya, pria berambut putih panjang itu tersenyum."Mereka tidak bisa tidur tanpa Alicia," kata Greyson sambil berjalan mendekati Nathan. "Mereka terus bertanya t
"Ayo!" ajak Nathan. Dia keluar lebih dulu dari dalam mobil. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Alicia. Alicia menatap tangan Nathan yang terulur. 'Aku sungguh merindukan momen seperti ini,' pikirnya. Dia membalas senyum Nathan sambil menatapnya. 'Ah! Tangannya begitu hangat!' pekik Alica di dalam hati.Nathan melindungi kepala Alicia agar tidak terbentur atap mobil menggunakan tangan kirinya. Kemudian, Lucky menutup pintu mobil ketika Alicia sudah berada di luar."Apa kau canggung?" Nathan menggenggam tangan Alicia erat. Mereka berjalan memasuki sebuah restoran mewah mengikuti langkah Lucky. "Sedikit," jawab Alicia berbohong. Dia menatap ke sekelilingnya. 'Selama ini, aku hanya bisa menulis tentang restoran mewah ini di novel yang kutulis. Ha! Ha! Ha! Sungguh lucu, bukan?' Alicia membatin. 'Bangunan restoran ini terinspirasi dari istana dingin di kota St Petersburg, Rusia. Menu makanan yang disajikan pun diantaranya adalah makanan khas Rusia.' "Apa kau baru
"Ya, benar. Tidak ada surat perceraian diantara kita, Nath." Alicia membenarkan pernyataan Nathan. Dia tahu pasti yang terjadi diantara dirinya dan Nathan. "Tapi akuー""Bagaimana kabarmu selama 5 tahun ini?" tanya Nathan. "Apa kau hidup dengan baik tanpaku? Bagaimana dengan anak kita? Di mana mereka?"Nathan memotong kalimat Alicia dengan menghujani pertanyaan menohok. Dia memasukkan kedua tangan ke saku celanaーtentu saja menambah kesan cool pada dirinya. "Ah!" Alicia terkejut. Kedua pipinya merona. "Hentikan, Nath!""Maaf, Tuan," sela kru pria yang sejak tadi berada di sisi Alicia. "Tolong jangan membuat masalah! Hargai acara Nona LovyNa!"Melihat sikap kru pria itu membuat Lucky jengah. Dia segera mengambil tindakan. "Tuan," ujar Lucky. Dia merangkul pundak kru. "Bisa kita berbicara sebentar?" tanyanya kemudian. "Eh?" Kru itu terkejut. Dia menatap Lucky dengan pandangan aneh. Mau tidak mau, dia hanya bisa mengikuti kemauan Lucky.Nathan menatap Lucky. Pria itu tersenyum, lalu men
"Mengantri?" Nathan balik bertanya kepada Lucky. "Saya tidakー"Lucky lekas berdiri. "Ayo ikut saya, Tuan!" Lucky membawa semua buku di tangannya. Dia juga mengangguk tanpa bersuara. "Tunggu apa lagi, Tuan? Bukankah sudah jelas Dewi keberuntungan sedang memihak Anda?"Nathan tetap tidak beranjak. Keraguan menyelimuti hatinya yang dingin. Namun, tatapan matanya tidak bisa berbohong ketika melihat Alicia dari kejauhan."Sudah jelas-jelas ini kesempatan kedua untuk Anda. Mengapa tidak Anda ambil, Tuan?" Lucky gemas dengan tingkah Nathan. "Lihatlah upaya Nona Alicia mempertahankan cintanya untuk Anda! Apa hal itu masih meragukan Anda? Apa yang Anda inginkan lagi darinya?""Saya merasa bodoh di hadapannya. Saya tidak memiliki wajah lagi untuk bertemu dengannya, Lucky.""Pernyataan macam apa itu? Turunkan ego Anda, Tuan! Saya yakin, Nona masih mengharapkan Anda," balas Lucky cepat-cepat. Dia tidak pernah kehabisan kata-kata untuk memotivasi tuannya. Nathan menarik napas sejenak. "Ya, saya
"Dia adalah Nathan." Mata bulat Alicia terlihat menyimpan kebahagiaan ketika menyebutkan nama Nathan. Dia menunduk sejenak sebelum akhirnya mendekati mikrofon ke mulutnya kembali."Ya, sesuai dengan nama karakter tokoh utama pria di novel Istri Kontrak Tuan Nathan. Mungkin jika kalian melihatnya, kalian akan mengenal dia dengan sangat baik."Alicia tidak menyadari sosok Nathan berada di tengah-tengah para penggemar. Dia berjalan ke arah kursi yang disediakan oleh kru. Kemudian, duduk di sana.Seorang pembawa acara telah menunggu untuk berbincang-bincang dengan Alicia. "Nona LovyNa, bisakah kita mulai bincang-bincang?" tanya MC wanita.Alicia mengangguk. "Ya, tentu saja," jawabnya ramah. Dia tidak lupa tersenyum. "Silakan, Nona Jasmine!"'Banyaknya pasang mata membuatku grogi. Namun, aku harus tetap tenang dan menguasai situasi,' pikir Alicia. Beberapa kali dia mengatur deru napas agar tetap terlihat tenang."Jadi, apakah Nona LovyNa mencintai Suami kontrak Anda?" Pertanyaan pertama
"Apa acaranya ramai, Lucky? Bagaimana bisa saya terlambat menghadiri acara spesial seperti ini?!"Jum'at siang pukul 02:00 waktu London, Nathan baru saja tiba bersama Lucky di Eye Bookstore yang berlokasi di London, Inggris. Dia terlihat kesal, tetapi juga begitu antusias."Ya, Tuan," sahut Lucky yang sama kesalnya seperti Nathan. "Menurut pantauan tim pengamat, acaranya sangat ramai dan padat. Anda harus mengantri untuk mendapatkan tanda tangan penulis LovyNa hingga ke luar bookstore."Keduanya berjalan keluar dari lift yang membawa mereka ke lantai 3 di mana Eye Bookstore berada. Benar saja apa yang dikatakan Lucky! Eye Bookstore telah dipadati oleh pengunjung.Lihatlah, Tuan!" Lucky menunjuk suasana ramai di lantai 3. Dia melihat Nathan menggeleng. "Begitu luar biasa sambutan para penggemar!" Nathan berseru kagum. "Apa kau membawa buku saya, Lucky?""Tentu saja, Tuan. Anda jangan khawatir!" jawab Lucky. Dia mendongakkan kepala."Astaga!" pekik Nathan kesal. Dia dan Lucky telah ber