Harry tercengang mendengar seruan Nathan. Dia merasa ada yang salah yang di sini. "Menantu, bahkan sejak datang tadi, kau belum menyapa kami!" tegur Harry. Dia menoleh ke arah Lindsay berharap istrinya tersebut akan mengatakan sesuatu yang membenarkan pernyataannya. Nathan yang semula hendak membawa Alicia pergi dari ruang VIP terpaksa mengurungkan niatnya. Dia berbalik tanpa melepaskan genggaman tangan Alicia. Dia menatap sinis Harry. "Bagaimana saya harus memanggil Anda, Tuan Harry? Anda bahkan tidak pantas mendapatkan pengakuan dari saya sebagai Papa Mertua!" balasnya dengan berseru. Harry ternganga, begitu juga dengan Lindsay. Harry mengangguk ketika Lindsay menatapnya. "Menantu, ini hanyalah kesalahpahaman," ujar Lindsay mencoba memenangkan hati Nathan. "Maksud Anda adalah kesalahpahaman yang berakhir dengan menampar Istri saya, Nyonya Wood?!" tanya Nathan dengan satu tarikan napas. Nathan menyeringai ketika menyadari perubahan raut wajah Lindsay dan Harry. Kedua orang
Lindsay mengambil tablet milik Lucky. Dia membuka lebar kedua matanya dan menyodorkan tablet tersebut kepada Harry. "Lihatlah, Harry!" Harry segera meraih tablet tersebut dari tangan istrinya. Lucky mengambil satu potong pizza kesukaannya. Dia memakannya sambil melihat sepasang suami istri yang kebingungan. "Duduklah, Tuan dan Nyonya Wood!" Harry dan Lindsay mengikuti arahan Lucky. Keduanya duduk berhadapan dengan Lucky. Harry menjauhkan tablet di tangannya. Dia menatap Lucky dengan kedua mata memerah. "Bisakah Anda jelaskan, apa maksud semua ini?!" serunya tegas. Sementara Lucky sibuk mengunyah pizza di mulutnya, Lindsay mengambil alih tablet tersebut. Dia bertanya dengan menggebu-gebu, "Di tablet ini terdapat diagram saham perusahaan Wood. Dari mana Anda mendapatkannya, Lucky? Dan, apa maksudnya harga-harga di bawah diagram itu?" Lucky mengusap bibirnya yang basah. Dia meletakkan gelas kosong di tempat awalnya. "Perusahaan Wood sedang berada di ambang kebangkrutan, benar?" tany
"Harry, apakah itu artinya kita sudah tidak memiliki hak apapun lagi di perusahaan Wood Company?" Harry terdiam. Dia sangat enggan menjawab pertanyaan Lindsay. "Harry, jawab aku! Bukankah biaya hidup di Leith sama mahalnya seperti di London?" Belum juga pertanyaan pertama dijawab oleh sang suami, kini Lindsay kembali bertanya. "Tidak bisakah kau diam, Lindsay?! Kepalaku berdenyut dibuatnya." Lucky mendengar samar-samar suara di belakangnya. Namun, dia berpura-pura tidak mendengarnya. Dia terus melangkahkan kakinya keluar dari ruangan VIP. Tidak butuh waktu lama, Lucky sudah berada di tempat parkir alun-alun kota Birmingham. Dia membuka pintu mobil mewah keluarga Czarford. "Bagaimana, Lucky?" tanya Nathan yang duduk di kursi belakang bersama Alicia. "Semua rencana Anda berjalan dengan baik, Tuan Muda. Saya sudah mengatur pemindahan kuasa kepada penerus sah perusahaan Wood," jawab Lucky disertai dengan senyuman. "Jadi, kapan Anda akanー" "Jalan sekarang!" Lucky lantas terdia
Nathan dan Alicia tiba di ruang makan mansion utama. Semua anggota keluarga Czarford sudah menunggu mereka."Silakan, Tuan Muda!""Silakan, Nona Muda!"Alicia duduk berhadapan dengan Ainsley. Dia menatap seorang pelayan wanita yang berdiri di belakang kursi Ainsley. Alicia mencermati pakaian pelayan wanita. 'Hmmm? Rupanya seragam para pelayan telah ganti,' gumam Alicia di dalam hatinya. 'Sekarang mereka memakai seragam kemeja putih dengan perpaduan rok hitam panjang tepat di bawah lutut.'Alicia tidak sadar bahwa Nathan sedang memperhatikannya. 'Namun, belahan rok para pelayan yang panjang hingga ke paha membuatku merasa sedikit risih,' lanjutnya di dalam hati."Apa yang ingin kau makan, Istriku?"Suara Nathan membuat Alicia terkejut. Wanita itu segera berpaling ke arah Nathan. "Suamiku, apa yang ingin kau makan sebagai hidangan pembuka?" tanyanya diakhiri dengan senyum paksa."Ainsley, bagaimana persiapan acara resepsi pernikahan Nathan dan Alicia?"Zachary menyela pembicaraan Natha
"Kembali ke kursi masing-masing!" perintah Zachary dengan nada tinggi. Dia menatap semua anggota keluarga Czarford. "Kau dengar itu, Alicia? Duduklah!" seru Nathan. Usai istrinya duduk, Nathan pun duduk kembali di sisi Alicia. Suasana ruang makan menjadi lebih kondusif daripada sebelumnya."Ainsley, batalkan acara resepsi pernikahan Nathan dan Alicia!"Semua orang terkejut. Semua orang tidak mengerti jalan pikiran Zachary. 'Apa mau Papa sebenarnya?! Apakah Alicia telah berhasil menguasai hati dan pikiran Papa sehingga Beliau mengubah keputusannya?!' pikir Thomas dengan penuh curiga."Apa maksud Papa?!" tanya Thomas dengan nada sedikit tinggi.Merasa ada yang janggal, Thomas lantas bertanya. Dia menatap Alicia dengan wajah merah padam. "Membatalkan acara resepsi pernikahan? Apakah Anda yakin, Pa? Padahal keluarga Czarford dapat mengenalkan Cucu menantu melalui acara tersebut, Pa." Ainsley mencoba menenangkan hati Thomas. Dia mengusap lengan suaminya seraya berkata, "Thomas, sudahl
"Perkenalkan!" Si wanita asing mengulurkan tangan kepada Lucky disertai dengan senyum sinis. Mau tidak mau, Lucky menyambut uluran tangannya. "Chloe Wood."Pupil mata Lucky lantas membesar. Dia menganga karena tidak menduga, siapa wanita asing yang berdiri di hadapannya!"Astaga! Anne Marie Antoinette Ashe Ashe! Jadi, Anda? Anda adalahー""Ya, benar. Saya adalah Saudari Istri Bosmu," ujar Chloe bangga. Dia memotong kalimat Lucky seenaknya.Lucky dan Janice saling pandang. Mereka melihat Chloe berjalan menuju pintu ruang kerja Nathan sambil mengibaskan rambut. "Nona, tunggu! Anda tidak bisa masuk sembarangan!" teriak Lucky. Dia segera berlari menyusul Chloe, sedangkan Janice berdiri terpaku menatap tingkah Chloe yang buruk. "Lepaskan tangan saya!" Chloe berusaha menepis tangan Lucky. Keningnya berkerut. Dia berkata, "Jangan sentuh saya, pria jadi-jadian! Kau membuat saya merasa jijik!"Kalimat makian seperti itu sudah sering didengar oleh Lucky. Namun, dia tidak pernah ambil pusing.
'Oh, apa ini? Bukan situasi seperti ini yang aku harapkan, melainkan sambutan hangat dari Nathan,' keluh Chloe di dalam hatinya. 'Kau memang sangat dingin, Nath! Namun dari artikel tentangmu yang aku baca tempo hari, kau memiliki empati yang besar dan aku akan membuktikannya sekarang.'Puas mengeluhkan sikap Nathan, Chloe ternganga. Dia juga membuka kedua matanya lebar-lebar. "Apa yang kau lakukan?"Chloe melihat Nathan sedang membersihkan meja kerjanya dan tidak terganggu sama sekali dengan pertanyaan Chloe. "Apakah kau menganggapku seperti virus ataupun kuman? Apakah kau selalu memperlakukan semua orang seperti ini?"Chloe merasa terhina. Dia tidak bisa bersabar lagi. Dia berjalan menghampiri Nathan. "Berdiri di sana!"Baru saja maju satu langkah, Chloe terpaksa diam. "Nath, akuー""Saya tidak memiliki banyak waktu untuk meladeni wanita asing seperti Anda. Jadi, jika tidak ada yang ingin Anda katakan, sebaiknya pergi dari sini!"Masih dengan nada ketus, Nathan berseru hingga berhas
Lucky memamerkan senyum tipis di bibirnya yang diarahkan kepada Chloe. "Anda dengar perkataan Tuan Muda, Nona? Apa Anda memiliki bukti?"Ada seringai licik yang terukir di bibir Chloe. Dia membalas pertanyaan Lucky dengan percaya diri, "Sure. Saya tidak mungkin bicara omong kosong, Tuan Asisten."Nathan semakin penasaran dibuatnya. Dia melihat Chloe sedang mengeluarkan ponsel, lalu mengutak-atiknya sebentar. "Kau menginginkan bukti? Lihatlah, Nath!"Chloe mengulurkan tangan memberikan ponsel miliknya kepada Nathan. Namun, Nathan tidak langsung mengambilnya. "Lucky!" panggil Nathan. Lucky pun tahu bahwa sang tuan inginkan dirinya mengambil ponsel tersebut. "Berikan kepada saya, Nona! Saya akan memeriksanya," ujar Lucky. Dia menadahkan tangannya kepada Chloe."Uhh! Memeriksa bukti seperti ini pun harus seorang asisten ...."Meskipun menggerutu, Chloe tetap memberikan ponselnya kepada Lucky. "Hmmm ... biarkan saya melihatnya, Tuan Muda."Lucky memeriksa beberapa foto di galeri ponse
"Alica, jangan berkata begitu!" Greyson menegur Alicia. "Nath, kau salah paham. Tarik semua perkataanmu atau kau akan menyesalinya."Greyson akhirnya angkat bicara. Namun, apakah Nathan akan membiarkannya?"Diam! Bukankah sudah aku katakan agar kau tidak ikut campur urusan rumah tanggaku dengan Cia?!"Nathan membentak Greyson. Kedua matanya memerah."Oke! Oke! Aku salah. Maaf karena hal itu." Greyson mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Aku melakukannya karena muak dengan sikapmu yang kasar kepada Alicia."Greyson merasa posisi Alicia kian melemah. Dia memutar otaknya untuk mencoba meyakinkan Nathan. "Apa aku meminta pendapat mu? Apa aku menyuruhmu berbicara?! Diam atau aku akan mengusir mu, Grey!"Nathan tersenyum mengejek Greyson. Alicia mulai menangis. "Kau memang egois, Nath." Alicia berkata dengan dingin. "Kau bahkan tidak membiarkan aku menjelaskan.""Lihatlah! Kau bahkan tidak memberikan Cia membela dirinya." Greyson menunjuk Alicia yang duduk sambil menangis. "Kau telah menyakit
"Nath, kau mau apa?" tanya Alicia ketika Nathan menarik tangannya. Keduanya masuk ke rumah Nathan. Ya, hanya berdua!Nathan menutup pintu utama rapat-rapat, tetapi tidak menguncinya. Dia menggandeng tangan Alicia ke sebuah ruangan dekat kolam renang. "Duduk dan tunggu aku di sini! Jangan ke mana-mana!" Nathan memegangi kedua bahu Alicia dan mendudukinya di sebuah kursi. "Kau akan mengajakku main bilyard?" tanya Alicia seketika. Dia menatap meja bilyard yang berada di sisi kirinya. Nathan tertawa kecil. "Ya, jika kau berkenan untuk taruhan denganku."Nathan mengecup kening Alicia singkat, lalu pergi menuju sebuah lemari kaca."Champagne?"Nathan tersenyum tanpa melihat Alicia. "Ya. Aku ingin kau menemaniku minum. Bagaimana?"Nathan membuka lemari minuman dan memilih salah satu champagne yang berada di deretan paling atas. Dia juga mengambil dua buah flute. "Ayo kita minum champagne, Cia!" ajak Nathan seraya berjalan kembali menuju Alicia. "Kadar alkohol champagne ini sekitar 10% sa
"Deal!""Deal!"Alice dan Ford berteriak berbarengan. Mereka kembali memeluk Nathan. Nathan melirik Alicia yang tersenyum bahagia. Dia membatin, 'Akhirnya aku bisa melihat senyummu lagi, Cia.'"Oke, sekarang waktunya sarapan. Kemarilah, anak-anak manis!"Lucky berseru memanggil Alice dan Ford. Keduanya lantas menoleh ke arah Lucky."Mom dan Dad akan menyusul. Kalian pergilah lebih dulu!"Tidak ada yang membantah perkataan Nathan. Kedua anak itu pun segera turun dari ranjang. "Oke, Daddy.""Oke, Daddy."Alicia membantu kedua anaknya turun dari ranjang. Dia menatap mereka berlari menuju pintu kamar. "Saya permisi, Tuan, Nona," ujar Lucky. Dia membungkukkan badan, lalu pergi menyusul Alice dan Ford.Setelah pintu kamar tertutup, Nathan menarik tubuh Alicia. "Aaahh!" Alicia berteriak karena terkejut. "Apa yang kau lakukan, Nath? Lepaskan aku!"Nathan berada di atas tubuh Alicia. Dia tersenyum lebar. Dia mengangkat kedua tangan Alicia ke atas. "Ayo bercinta, Cia! Bercinta di pagi hari
"Ssstt!" Nathan menempelkan jari telunjuk kanan ke bibirnya. "Mom tertidur."Nathan ke luar dari Mobil. Dia melihat kedua anak kecil menggemaskan itu sudah memakai pakaian tidur dengan model sama, tetapi warna yang berbeda."Mengapa kalian berdua belum tidur? Malam sudah semakin larut dan kalian masih terjaga." Nathan berjongkok memeluk kedua anak Alicia. Dia bertanya kepada Alice dan Ford dengan lembut. Nathan mengulurkan tangan ketika Alice meminta gendong. Dia dengan sigap menggendong Alice yang manja. "Kami menunggu Paman pulang bersama Mom. Apa Mom sakit?" Ford menatap Alicia yang masih menutup matanya. Lucky tersenyum ketika mendengar pertanyaan Ford. "Tidak, Tuan Muda kecil," jawab Lucky. Dia sedikit menundukkan badan. "Mom kelelahan."Tidak jauh dari mereka, Greyson berdiri mematung. Ketika Nathan menyadari keberadaannya, pria berambut putih panjang itu tersenyum."Mereka tidak bisa tidur tanpa Alicia," kata Greyson sambil berjalan mendekati Nathan. "Mereka terus bertanya t
"Ayo!" ajak Nathan. Dia keluar lebih dulu dari dalam mobil. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Alicia. Alicia menatap tangan Nathan yang terulur. 'Aku sungguh merindukan momen seperti ini,' pikirnya. Dia membalas senyum Nathan sambil menatapnya. 'Ah! Tangannya begitu hangat!' pekik Alica di dalam hati.Nathan melindungi kepala Alicia agar tidak terbentur atap mobil menggunakan tangan kirinya. Kemudian, Lucky menutup pintu mobil ketika Alicia sudah berada di luar."Apa kau canggung?" Nathan menggenggam tangan Alicia erat. Mereka berjalan memasuki sebuah restoran mewah mengikuti langkah Lucky. "Sedikit," jawab Alicia berbohong. Dia menatap ke sekelilingnya. 'Selama ini, aku hanya bisa menulis tentang restoran mewah ini di novel yang kutulis. Ha! Ha! Ha! Sungguh lucu, bukan?' Alicia membatin. 'Bangunan restoran ini terinspirasi dari istana dingin di kota St Petersburg, Rusia. Menu makanan yang disajikan pun diantaranya adalah makanan khas Rusia.' "Apa kau baru
"Ya, benar. Tidak ada surat perceraian diantara kita, Nath." Alicia membenarkan pernyataan Nathan. Dia tahu pasti yang terjadi diantara dirinya dan Nathan. "Tapi akuー""Bagaimana kabarmu selama 5 tahun ini?" tanya Nathan. "Apa kau hidup dengan baik tanpaku? Bagaimana dengan anak kita? Di mana mereka?"Nathan memotong kalimat Alicia dengan menghujani pertanyaan menohok. Dia memasukkan kedua tangan ke saku celanaーtentu saja menambah kesan cool pada dirinya. "Ah!" Alicia terkejut. Kedua pipinya merona. "Hentikan, Nath!""Maaf, Tuan," sela kru pria yang sejak tadi berada di sisi Alicia. "Tolong jangan membuat masalah! Hargai acara Nona LovyNa!"Melihat sikap kru pria itu membuat Lucky jengah. Dia segera mengambil tindakan. "Tuan," ujar Lucky. Dia merangkul pundak kru. "Bisa kita berbicara sebentar?" tanyanya kemudian. "Eh?" Kru itu terkejut. Dia menatap Lucky dengan pandangan aneh. Mau tidak mau, dia hanya bisa mengikuti kemauan Lucky.Nathan menatap Lucky. Pria itu tersenyum, lalu men
"Mengantri?" Nathan balik bertanya kepada Lucky. "Saya tidakー"Lucky lekas berdiri. "Ayo ikut saya, Tuan!" Lucky membawa semua buku di tangannya. Dia juga mengangguk tanpa bersuara. "Tunggu apa lagi, Tuan? Bukankah sudah jelas Dewi keberuntungan sedang memihak Anda?"Nathan tetap tidak beranjak. Keraguan menyelimuti hatinya yang dingin. Namun, tatapan matanya tidak bisa berbohong ketika melihat Alicia dari kejauhan."Sudah jelas-jelas ini kesempatan kedua untuk Anda. Mengapa tidak Anda ambil, Tuan?" Lucky gemas dengan tingkah Nathan. "Lihatlah upaya Nona Alicia mempertahankan cintanya untuk Anda! Apa hal itu masih meragukan Anda? Apa yang Anda inginkan lagi darinya?""Saya merasa bodoh di hadapannya. Saya tidak memiliki wajah lagi untuk bertemu dengannya, Lucky.""Pernyataan macam apa itu? Turunkan ego Anda, Tuan! Saya yakin, Nona masih mengharapkan Anda," balas Lucky cepat-cepat. Dia tidak pernah kehabisan kata-kata untuk memotivasi tuannya. Nathan menarik napas sejenak. "Ya, saya
"Dia adalah Nathan." Mata bulat Alicia terlihat menyimpan kebahagiaan ketika menyebutkan nama Nathan. Dia menunduk sejenak sebelum akhirnya mendekati mikrofon ke mulutnya kembali."Ya, sesuai dengan nama karakter tokoh utama pria di novel Istri Kontrak Tuan Nathan. Mungkin jika kalian melihatnya, kalian akan mengenal dia dengan sangat baik."Alicia tidak menyadari sosok Nathan berada di tengah-tengah para penggemar. Dia berjalan ke arah kursi yang disediakan oleh kru. Kemudian, duduk di sana.Seorang pembawa acara telah menunggu untuk berbincang-bincang dengan Alicia. "Nona LovyNa, bisakah kita mulai bincang-bincang?" tanya MC wanita.Alicia mengangguk. "Ya, tentu saja," jawabnya ramah. Dia tidak lupa tersenyum. "Silakan, Nona Jasmine!"'Banyaknya pasang mata membuatku grogi. Namun, aku harus tetap tenang dan menguasai situasi,' pikir Alicia. Beberapa kali dia mengatur deru napas agar tetap terlihat tenang."Jadi, apakah Nona LovyNa mencintai Suami kontrak Anda?" Pertanyaan pertama
"Apa acaranya ramai, Lucky? Bagaimana bisa saya terlambat menghadiri acara spesial seperti ini?!"Jum'at siang pukul 02:00 waktu London, Nathan baru saja tiba bersama Lucky di Eye Bookstore yang berlokasi di London, Inggris. Dia terlihat kesal, tetapi juga begitu antusias."Ya, Tuan," sahut Lucky yang sama kesalnya seperti Nathan. "Menurut pantauan tim pengamat, acaranya sangat ramai dan padat. Anda harus mengantri untuk mendapatkan tanda tangan penulis LovyNa hingga ke luar bookstore."Keduanya berjalan keluar dari lift yang membawa mereka ke lantai 3 di mana Eye Bookstore berada. Benar saja apa yang dikatakan Lucky! Eye Bookstore telah dipadati oleh pengunjung.Lihatlah, Tuan!" Lucky menunjuk suasana ramai di lantai 3. Dia melihat Nathan menggeleng. "Begitu luar biasa sambutan para penggemar!" Nathan berseru kagum. "Apa kau membawa buku saya, Lucky?""Tentu saja, Tuan. Anda jangan khawatir!" jawab Lucky. Dia mendongakkan kepala."Astaga!" pekik Nathan kesal. Dia dan Lucky telah ber