"Perkenalkan!" Si wanita asing mengulurkan tangan kepada Lucky disertai dengan senyum sinis. Mau tidak mau, Lucky menyambut uluran tangannya. "Chloe Wood."Pupil mata Lucky lantas membesar. Dia menganga karena tidak menduga, siapa wanita asing yang berdiri di hadapannya!"Astaga! Anne Marie Antoinette Ashe Ashe! Jadi, Anda? Anda adalahー""Ya, benar. Saya adalah Saudari Istri Bosmu," ujar Chloe bangga. Dia memotong kalimat Lucky seenaknya.Lucky dan Janice saling pandang. Mereka melihat Chloe berjalan menuju pintu ruang kerja Nathan sambil mengibaskan rambut. "Nona, tunggu! Anda tidak bisa masuk sembarangan!" teriak Lucky. Dia segera berlari menyusul Chloe, sedangkan Janice berdiri terpaku menatap tingkah Chloe yang buruk. "Lepaskan tangan saya!" Chloe berusaha menepis tangan Lucky. Keningnya berkerut. Dia berkata, "Jangan sentuh saya, pria jadi-jadian! Kau membuat saya merasa jijik!"Kalimat makian seperti itu sudah sering didengar oleh Lucky. Namun, dia tidak pernah ambil pusing.
'Oh, apa ini? Bukan situasi seperti ini yang aku harapkan, melainkan sambutan hangat dari Nathan,' keluh Chloe di dalam hatinya. 'Kau memang sangat dingin, Nath! Namun dari artikel tentangmu yang aku baca tempo hari, kau memiliki empati yang besar dan aku akan membuktikannya sekarang.'Puas mengeluhkan sikap Nathan, Chloe ternganga. Dia juga membuka kedua matanya lebar-lebar. "Apa yang kau lakukan?"Chloe melihat Nathan sedang membersihkan meja kerjanya dan tidak terganggu sama sekali dengan pertanyaan Chloe. "Apakah kau menganggapku seperti virus ataupun kuman? Apakah kau selalu memperlakukan semua orang seperti ini?"Chloe merasa terhina. Dia tidak bisa bersabar lagi. Dia berjalan menghampiri Nathan. "Berdiri di sana!"Baru saja maju satu langkah, Chloe terpaksa diam. "Nath, akuー""Saya tidak memiliki banyak waktu untuk meladeni wanita asing seperti Anda. Jadi, jika tidak ada yang ingin Anda katakan, sebaiknya pergi dari sini!"Masih dengan nada ketus, Nathan berseru hingga berhas
Lucky memamerkan senyum tipis di bibirnya yang diarahkan kepada Chloe. "Anda dengar perkataan Tuan Muda, Nona? Apa Anda memiliki bukti?"Ada seringai licik yang terukir di bibir Chloe. Dia membalas pertanyaan Lucky dengan percaya diri, "Sure. Saya tidak mungkin bicara omong kosong, Tuan Asisten."Nathan semakin penasaran dibuatnya. Dia melihat Chloe sedang mengeluarkan ponsel, lalu mengutak-atiknya sebentar. "Kau menginginkan bukti? Lihatlah, Nath!"Chloe mengulurkan tangan memberikan ponsel miliknya kepada Nathan. Namun, Nathan tidak langsung mengambilnya. "Lucky!" panggil Nathan. Lucky pun tahu bahwa sang tuan inginkan dirinya mengambil ponsel tersebut. "Berikan kepada saya, Nona! Saya akan memeriksanya," ujar Lucky. Dia menadahkan tangannya kepada Chloe."Uhh! Memeriksa bukti seperti ini pun harus seorang asisten ...."Meskipun menggerutu, Chloe tetap memberikan ponselnya kepada Lucky. "Hmmm ... biarkan saya melihatnya, Tuan Muda."Lucky memeriksa beberapa foto di galeri ponse
"Anda adalah wanita tidak tahu malu dan serakah. Anda bahkan tidak mengenal Tuan Muda Nathan sebelumnya. Namun, Anda terang-terangan memeras Tuan saya!" Lucky tidak berhenti mengoceh. Namun, bukannya merasa bersalah, Chloe justru tersenyum puas. "Apa masalahnya denganmu, hei pria jadi-jadian? Kau bahkan lebih buruk daripada serigala jadi-jadian yang pernah saya baca!" Selesai mencaci maki Lucky, kini Chloe menatap Nathan. 'Oh, rupanya Nathan telah selesai menulis sebuah cek. Bagus sekali! Akhirnya, aku bisa mendapatkan keuntungan dengan menjual nama Aliciaーsi bodoh itu!' Nathan menyodorkan selembar kertas cek bertuliskan sejumlah nominal sesuai dengan keinginan Chloe. Dia melihat kedua mata Chloe berbinar bahagia. "Ada apa denganmu, Nath? Mengapa kau menarik cek itu lagi?" Chloe melayangkan protes. Dia geram ketika Nathan menarik kembali cek darinya. "Saya inginkan barter, Nona Chloe Wood," jawab Nathan tanpa basa-basi juga tanpa senyum. "Aーapa? Apa? Barter?" Chloe menaikkan a
"Nona Alicia sangatlah cantik! Ya, Nona sungguh terlihat cantik dan pantas menggunakan pakaian apapun," lanjut Lucky, dia memijit kedua bahu Nathan berharap tindakannya akan memperbaiki mood sang bos. "Maksudmu?!"Lucky menghela napas sebentar. Dia lantas berkata, "Saya lihat, malam itu Anda begitu terpukau dengan kecantikan Nona Alicia. Namun ...." Lucky berhenti sebentar. Dia memastikan mimik wajah Nathan tersipu malu. "Teruskan bicaramu!" perintah Nathan. Dia memalingkan wajahnya menghindari tatapan Lucky yang mendalam. "Of course, Anda terlalu gengsi mengungkapkannya. Anda juga cemburu dan tidak ingin membagikan kecantikan Nona Alicia kepada siapapun," lanjut Lucky menggoda tuannya. "Brengsek!"Nathan berdiri. Dia berjalan menuju jendela yang tertutup rapat. Kemudian, membukanya perlahan. "Dia memang cantik alami juga ... uhmm, dia seksi," ujar Nathan mengakui. "Namun, dia hanyalah Istri kontrak."Nathan membakar cerutu. Sementara itu, Lucky berjalan menghampirinya. "Anda ad
"Kau!" Nathan menunjuk Alicia. "Berani sekali kau berkata seperti itu, Alicia!"Alicia meletakkan ponsel di atas meja. Dia melangkah meninggalkan kursinya. Ketika melewati Nathan, langkahnya terhenti. Alicia mendongakkan kepala menatap Nathan dengan penuh amarah. Dia bertanya, "Aku? Ya, aku berani mengatakan semua itu. Mengapa tidak?" Usai mengatakan hal barusan, Alicia melangkah memasuki kamarnya diikuti Nathan. "Hei, wanita aneh! Aku belum selesai bicara!"Nathan mengepalkan kedua tangan. Dia tidak ingin berbuat kasar kepada wanita. Namun, sepertinya pengecualian terhadap Alicia. "Alicia Wood, berhenti di sana!" teriak Nathan. Dia melangkah mengejar Alicia yang sudah menghilang di balik pintu. Alicia berjalan menuju ranjang. Dia menarik selimut sehingga membuat ranjang yang semula rapi menjadi berantakan. "Apa yang kau lakukan, Cia?"Alicia tidak menanggapi pertanyaan Nathan. Dia menyeret selimut dan melemparkannya ke arah Nathan. Bruk!"Pergi dari kamarku! Bawa selimut ini d
"Uhm? Tangan?"Alicia melihat dan meraba tangan kekar yang memeluk perut datarnya. Kesadaran Alicia belum penuh. Dia mengucek mata kirinya dan terkejut. "Hei, wanita! Belum cukup puaskah kau meraba tanganku?"Alicia melepaskan tangan kanannya dari tangan Nathan. Dia menjauhkan tubuhnya segera. "Nathan?! Sejak kapan kau tidur di sini?!"Terlambat bagi Alicia untuk menghindari pria menjengkelkan ini."Aarrggghhh!" teriak Alicia, dia terkejut ketika Nathan menarik tubuhnya. Kemudian, pria itu menciumi bibirnya lembut. "Ughh ...."Alicia tidak bisa melawan Nathan juga tidak bisa berteriak. Oh, memangnya siapa yang berani menolongnya? Semua pelayan takut dengan Nathan, begitu juga Lucky dan Bella. 'Astaga! Dia bahkan tidak membiarkan aku bernapas,' keluh Alicia di dalam hati, dia geram, dia ingin mengakhiri ciuman panas Nathan di pagi buta seperti ini. "Ughh ...."Sentuhan bibir Nathan yang lembut, kini berubah menjadi ganas. Nathan pun dalam sekejap sudah berada di atas tubuh Alicia.
"Ada apa lagi, Mom?"Nathan yang memiliki kesabaran terbatas merasa jengkel dengan sikap Ainsley. Dia memperlihatkan ekspresi tidak senang kepada Ainsley."Mom bahkan belum mengatakan tujuan datang ke sini! Oh, mengapa kau mengusir Mom, Nath?" tanya Ainsley, dia mencoba memenangkan hati Nathan agar dirinya bisa bertemu Alicia. "Mom, ayolah!" rengek Nathan. Dia melihat jam di pergelangan tangan kanannya dengan cemas. "Apakah sikapmu telah berubah seiring dengan statusmu sebagai seorang Suami?""Oke! Oke! Sekarang katakan, apa mau Anda, Mom? Saya akan mewujudkannya."Nathan memegang kedua bahu Ainsley seraya memendam emosi. 'Tidak mungkin aku meluapkan emosi kepada Mom, kan?' gerutunya di dalam hati. "Mom ingin bertemu dengan Menantu idamanーAlicia."Nathan jengah. Namun, dia tidak bisa membantah keinginan ibunya. "Baiklah. Namun, janji kepada saya untuk bertemu sebentar saja!"Ainsley dengan cepat mengangguk. ***Di dalam mobil, Nathan terlihat gelisah dan Lucky menyadarinya. Lucky
"Alica, jangan berkata begitu!" Greyson menegur Alicia. "Nath, kau salah paham. Tarik semua perkataanmu atau kau akan menyesalinya."Greyson akhirnya angkat bicara. Namun, apakah Nathan akan membiarkannya?"Diam! Bukankah sudah aku katakan agar kau tidak ikut campur urusan rumah tanggaku dengan Cia?!"Nathan membentak Greyson. Kedua matanya memerah."Oke! Oke! Aku salah. Maaf karena hal itu." Greyson mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Aku melakukannya karena muak dengan sikapmu yang kasar kepada Alicia."Greyson merasa posisi Alicia kian melemah. Dia memutar otaknya untuk mencoba meyakinkan Nathan. "Apa aku meminta pendapat mu? Apa aku menyuruhmu berbicara?! Diam atau aku akan mengusir mu, Grey!"Nathan tersenyum mengejek Greyson. Alicia mulai menangis. "Kau memang egois, Nath." Alicia berkata dengan dingin. "Kau bahkan tidak membiarkan aku menjelaskan.""Lihatlah! Kau bahkan tidak memberikan Cia membela dirinya." Greyson menunjuk Alicia yang duduk sambil menangis. "Kau telah menyakit
"Nath, kau mau apa?" tanya Alicia ketika Nathan menarik tangannya. Keduanya masuk ke rumah Nathan. Ya, hanya berdua!Nathan menutup pintu utama rapat-rapat, tetapi tidak menguncinya. Dia menggandeng tangan Alicia ke sebuah ruangan dekat kolam renang. "Duduk dan tunggu aku di sini! Jangan ke mana-mana!" Nathan memegangi kedua bahu Alicia dan mendudukinya di sebuah kursi. "Kau akan mengajakku main bilyard?" tanya Alicia seketika. Dia menatap meja bilyard yang berada di sisi kirinya. Nathan tertawa kecil. "Ya, jika kau berkenan untuk taruhan denganku."Nathan mengecup kening Alicia singkat, lalu pergi menuju sebuah lemari kaca."Champagne?"Nathan tersenyum tanpa melihat Alicia. "Ya. Aku ingin kau menemaniku minum. Bagaimana?"Nathan membuka lemari minuman dan memilih salah satu champagne yang berada di deretan paling atas. Dia juga mengambil dua buah flute. "Ayo kita minum champagne, Cia!" ajak Nathan seraya berjalan kembali menuju Alicia. "Kadar alkohol champagne ini sekitar 10% sa
"Deal!""Deal!"Alice dan Ford berteriak berbarengan. Mereka kembali memeluk Nathan. Nathan melirik Alicia yang tersenyum bahagia. Dia membatin, 'Akhirnya aku bisa melihat senyummu lagi, Cia.'"Oke, sekarang waktunya sarapan. Kemarilah, anak-anak manis!"Lucky berseru memanggil Alice dan Ford. Keduanya lantas menoleh ke arah Lucky."Mom dan Dad akan menyusul. Kalian pergilah lebih dulu!"Tidak ada yang membantah perkataan Nathan. Kedua anak itu pun segera turun dari ranjang. "Oke, Daddy.""Oke, Daddy."Alicia membantu kedua anaknya turun dari ranjang. Dia menatap mereka berlari menuju pintu kamar. "Saya permisi, Tuan, Nona," ujar Lucky. Dia membungkukkan badan, lalu pergi menyusul Alice dan Ford.Setelah pintu kamar tertutup, Nathan menarik tubuh Alicia. "Aaahh!" Alicia berteriak karena terkejut. "Apa yang kau lakukan, Nath? Lepaskan aku!"Nathan berada di atas tubuh Alicia. Dia tersenyum lebar. Dia mengangkat kedua tangan Alicia ke atas. "Ayo bercinta, Cia! Bercinta di pagi hari
"Ssstt!" Nathan menempelkan jari telunjuk kanan ke bibirnya. "Mom tertidur."Nathan ke luar dari Mobil. Dia melihat kedua anak kecil menggemaskan itu sudah memakai pakaian tidur dengan model sama, tetapi warna yang berbeda."Mengapa kalian berdua belum tidur? Malam sudah semakin larut dan kalian masih terjaga." Nathan berjongkok memeluk kedua anak Alicia. Dia bertanya kepada Alice dan Ford dengan lembut. Nathan mengulurkan tangan ketika Alice meminta gendong. Dia dengan sigap menggendong Alice yang manja. "Kami menunggu Paman pulang bersama Mom. Apa Mom sakit?" Ford menatap Alicia yang masih menutup matanya. Lucky tersenyum ketika mendengar pertanyaan Ford. "Tidak, Tuan Muda kecil," jawab Lucky. Dia sedikit menundukkan badan. "Mom kelelahan."Tidak jauh dari mereka, Greyson berdiri mematung. Ketika Nathan menyadari keberadaannya, pria berambut putih panjang itu tersenyum."Mereka tidak bisa tidur tanpa Alicia," kata Greyson sambil berjalan mendekati Nathan. "Mereka terus bertanya t
"Ayo!" ajak Nathan. Dia keluar lebih dulu dari dalam mobil. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Alicia. Alicia menatap tangan Nathan yang terulur. 'Aku sungguh merindukan momen seperti ini,' pikirnya. Dia membalas senyum Nathan sambil menatapnya. 'Ah! Tangannya begitu hangat!' pekik Alica di dalam hati.Nathan melindungi kepala Alicia agar tidak terbentur atap mobil menggunakan tangan kirinya. Kemudian, Lucky menutup pintu mobil ketika Alicia sudah berada di luar."Apa kau canggung?" Nathan menggenggam tangan Alicia erat. Mereka berjalan memasuki sebuah restoran mewah mengikuti langkah Lucky. "Sedikit," jawab Alicia berbohong. Dia menatap ke sekelilingnya. 'Selama ini, aku hanya bisa menulis tentang restoran mewah ini di novel yang kutulis. Ha! Ha! Ha! Sungguh lucu, bukan?' Alicia membatin. 'Bangunan restoran ini terinspirasi dari istana dingin di kota St Petersburg, Rusia. Menu makanan yang disajikan pun diantaranya adalah makanan khas Rusia.' "Apa kau baru
"Ya, benar. Tidak ada surat perceraian diantara kita, Nath." Alicia membenarkan pernyataan Nathan. Dia tahu pasti yang terjadi diantara dirinya dan Nathan. "Tapi akuー""Bagaimana kabarmu selama 5 tahun ini?" tanya Nathan. "Apa kau hidup dengan baik tanpaku? Bagaimana dengan anak kita? Di mana mereka?"Nathan memotong kalimat Alicia dengan menghujani pertanyaan menohok. Dia memasukkan kedua tangan ke saku celanaーtentu saja menambah kesan cool pada dirinya. "Ah!" Alicia terkejut. Kedua pipinya merona. "Hentikan, Nath!""Maaf, Tuan," sela kru pria yang sejak tadi berada di sisi Alicia. "Tolong jangan membuat masalah! Hargai acara Nona LovyNa!"Melihat sikap kru pria itu membuat Lucky jengah. Dia segera mengambil tindakan. "Tuan," ujar Lucky. Dia merangkul pundak kru. "Bisa kita berbicara sebentar?" tanyanya kemudian. "Eh?" Kru itu terkejut. Dia menatap Lucky dengan pandangan aneh. Mau tidak mau, dia hanya bisa mengikuti kemauan Lucky.Nathan menatap Lucky. Pria itu tersenyum, lalu men
"Mengantri?" Nathan balik bertanya kepada Lucky. "Saya tidakー"Lucky lekas berdiri. "Ayo ikut saya, Tuan!" Lucky membawa semua buku di tangannya. Dia juga mengangguk tanpa bersuara. "Tunggu apa lagi, Tuan? Bukankah sudah jelas Dewi keberuntungan sedang memihak Anda?"Nathan tetap tidak beranjak. Keraguan menyelimuti hatinya yang dingin. Namun, tatapan matanya tidak bisa berbohong ketika melihat Alicia dari kejauhan."Sudah jelas-jelas ini kesempatan kedua untuk Anda. Mengapa tidak Anda ambil, Tuan?" Lucky gemas dengan tingkah Nathan. "Lihatlah upaya Nona Alicia mempertahankan cintanya untuk Anda! Apa hal itu masih meragukan Anda? Apa yang Anda inginkan lagi darinya?""Saya merasa bodoh di hadapannya. Saya tidak memiliki wajah lagi untuk bertemu dengannya, Lucky.""Pernyataan macam apa itu? Turunkan ego Anda, Tuan! Saya yakin, Nona masih mengharapkan Anda," balas Lucky cepat-cepat. Dia tidak pernah kehabisan kata-kata untuk memotivasi tuannya. Nathan menarik napas sejenak. "Ya, saya
"Dia adalah Nathan." Mata bulat Alicia terlihat menyimpan kebahagiaan ketika menyebutkan nama Nathan. Dia menunduk sejenak sebelum akhirnya mendekati mikrofon ke mulutnya kembali."Ya, sesuai dengan nama karakter tokoh utama pria di novel Istri Kontrak Tuan Nathan. Mungkin jika kalian melihatnya, kalian akan mengenal dia dengan sangat baik."Alicia tidak menyadari sosok Nathan berada di tengah-tengah para penggemar. Dia berjalan ke arah kursi yang disediakan oleh kru. Kemudian, duduk di sana.Seorang pembawa acara telah menunggu untuk berbincang-bincang dengan Alicia. "Nona LovyNa, bisakah kita mulai bincang-bincang?" tanya MC wanita.Alicia mengangguk. "Ya, tentu saja," jawabnya ramah. Dia tidak lupa tersenyum. "Silakan, Nona Jasmine!"'Banyaknya pasang mata membuatku grogi. Namun, aku harus tetap tenang dan menguasai situasi,' pikir Alicia. Beberapa kali dia mengatur deru napas agar tetap terlihat tenang."Jadi, apakah Nona LovyNa mencintai Suami kontrak Anda?" Pertanyaan pertama
"Apa acaranya ramai, Lucky? Bagaimana bisa saya terlambat menghadiri acara spesial seperti ini?!"Jum'at siang pukul 02:00 waktu London, Nathan baru saja tiba bersama Lucky di Eye Bookstore yang berlokasi di London, Inggris. Dia terlihat kesal, tetapi juga begitu antusias."Ya, Tuan," sahut Lucky yang sama kesalnya seperti Nathan. "Menurut pantauan tim pengamat, acaranya sangat ramai dan padat. Anda harus mengantri untuk mendapatkan tanda tangan penulis LovyNa hingga ke luar bookstore."Keduanya berjalan keluar dari lift yang membawa mereka ke lantai 3 di mana Eye Bookstore berada. Benar saja apa yang dikatakan Lucky! Eye Bookstore telah dipadati oleh pengunjung.Lihatlah, Tuan!" Lucky menunjuk suasana ramai di lantai 3. Dia melihat Nathan menggeleng. "Begitu luar biasa sambutan para penggemar!" Nathan berseru kagum. "Apa kau membawa buku saya, Lucky?""Tentu saja, Tuan. Anda jangan khawatir!" jawab Lucky. Dia mendongakkan kepala."Astaga!" pekik Nathan kesal. Dia dan Lucky telah ber