"Kau!" Nathan menunjuk Alicia. "Berani sekali kau berkata seperti itu, Alicia!"Alicia meletakkan ponsel di atas meja. Dia melangkah meninggalkan kursinya. Ketika melewati Nathan, langkahnya terhenti. Alicia mendongakkan kepala menatap Nathan dengan penuh amarah. Dia bertanya, "Aku? Ya, aku berani mengatakan semua itu. Mengapa tidak?" Usai mengatakan hal barusan, Alicia melangkah memasuki kamarnya diikuti Nathan. "Hei, wanita aneh! Aku belum selesai bicara!"Nathan mengepalkan kedua tangan. Dia tidak ingin berbuat kasar kepada wanita. Namun, sepertinya pengecualian terhadap Alicia. "Alicia Wood, berhenti di sana!" teriak Nathan. Dia melangkah mengejar Alicia yang sudah menghilang di balik pintu. Alicia berjalan menuju ranjang. Dia menarik selimut sehingga membuat ranjang yang semula rapi menjadi berantakan. "Apa yang kau lakukan, Cia?"Alicia tidak menanggapi pertanyaan Nathan. Dia menyeret selimut dan melemparkannya ke arah Nathan. Bruk!"Pergi dari kamarku! Bawa selimut ini d
"Uhm? Tangan?"Alicia melihat dan meraba tangan kekar yang memeluk perut datarnya. Kesadaran Alicia belum penuh. Dia mengucek mata kirinya dan terkejut. "Hei, wanita! Belum cukup puaskah kau meraba tanganku?"Alicia melepaskan tangan kanannya dari tangan Nathan. Dia menjauhkan tubuhnya segera. "Nathan?! Sejak kapan kau tidur di sini?!"Terlambat bagi Alicia untuk menghindari pria menjengkelkan ini."Aarrggghhh!" teriak Alicia, dia terkejut ketika Nathan menarik tubuhnya. Kemudian, pria itu menciumi bibirnya lembut. "Ughh ...."Alicia tidak bisa melawan Nathan juga tidak bisa berteriak. Oh, memangnya siapa yang berani menolongnya? Semua pelayan takut dengan Nathan, begitu juga Lucky dan Bella. 'Astaga! Dia bahkan tidak membiarkan aku bernapas,' keluh Alicia di dalam hati, dia geram, dia ingin mengakhiri ciuman panas Nathan di pagi buta seperti ini. "Ughh ...."Sentuhan bibir Nathan yang lembut, kini berubah menjadi ganas. Nathan pun dalam sekejap sudah berada di atas tubuh Alicia.
"Ada apa lagi, Mom?"Nathan yang memiliki kesabaran terbatas merasa jengkel dengan sikap Ainsley. Dia memperlihatkan ekspresi tidak senang kepada Ainsley."Mom bahkan belum mengatakan tujuan datang ke sini! Oh, mengapa kau mengusir Mom, Nath?" tanya Ainsley, dia mencoba memenangkan hati Nathan agar dirinya bisa bertemu Alicia. "Mom, ayolah!" rengek Nathan. Dia melihat jam di pergelangan tangan kanannya dengan cemas. "Apakah sikapmu telah berubah seiring dengan statusmu sebagai seorang Suami?""Oke! Oke! Sekarang katakan, apa mau Anda, Mom? Saya akan mewujudkannya."Nathan memegang kedua bahu Ainsley seraya memendam emosi. 'Tidak mungkin aku meluapkan emosi kepada Mom, kan?' gerutunya di dalam hati. "Mom ingin bertemu dengan Menantu idamanーAlicia."Nathan jengah. Namun, dia tidak bisa membantah keinginan ibunya. "Baiklah. Namun, janji kepada saya untuk bertemu sebentar saja!"Ainsley dengan cepat mengangguk. ***Di dalam mobil, Nathan terlihat gelisah dan Lucky menyadarinya. Lucky
"Kau sendiri yang katakan bahwa saya adalah Suami Alicia, kan?"Nathan sepertinya tidak bisa bersabar lagi menghadapi Lucky. Dia melihat Lucky mengangguk."Lalu, Tuan?" tanya Lucky kebingungan."Seharusnya kau paham, saya lebih tahu Alicia dari siapapun, bodoh!"***Beberapa hari berlalu sejak Alicia menangis. Kini, wanita blasteran Inggris-Indonesia tersebut sedang memfokuskan kedua mata coklatnya pada layar laptop. Alicia tersenyum. "Nathan benar-benar seorang pria kaya raya. Dia memberiku laptop canggih yang selama ini hanya bisa ku tatap di etalase toko," ujarnya bersemangat. Alicia menatap jam dinding di sudut kamar. Dia menghela napas. "Ah, bukankah sudah seharusnya seorang Suami memberikan semua kebutuhan Istri?" tanya Alicia berusaha membesarkan hatinya. Dia sambil menatap foto pernikahannya dengan Nathan. Bip! Bip! Bip!Alicia menoleh ke arah ponselnya yang berdering. "Chloe? Ada apa dia menghubungiku? Apakah dia akan mencaci maki aku lagi?"Alicia selalu overthinking se
"Berikan ponselku!"Alicia berseru tanpa suara. Dia komat-kamit seperti Lucky mengucapkan mantra. Nathan tidak menggubrisnya. Dia dengan tenang mendengarkan ocehan Chloe di saluran telepon. "Cia, kau tunggu saja! Aku pastikan kau akan segera bercerai dengan Nathan. Karena aku akan mengambil paksa Nathan darimu!"Mendengar ancaman tersebut, Nathan tidak marah ataupun membenci Chloe. Dia justru tersenyum tipis. Dia mengembalikan ponsel Alicia dengan segera. Bip!Alicia menerima ponselnya dari tangan Nathan. Dia menatap layar ponsel dan bertanya dengan kesal, "Mengapa kau menyudahi panggilan teleponku, Nath?!" Alicia mengikuti langkah Nathan menuju kamar mandi yang masih berada di dalam kamar. Sesampainya di depan pintu kamar mandi, langkah Nathan terhenti. "Apa kau ingin mengintipku buang air kecil? Atau kau akanー""Dasar otak mesum!"Alicia membelalakkan mata. Dia mendorong Nathan masuk ke kamar mandi, lalu menutup pintunya.***Satu minggu setelah kejadian di ruang tidurnya, Natha
"Katakan!" perintah Nathan memotong pembicaraan Chloe dan Max. Nathan mengusap-usap dagu dengan tangan kiri. Dia sedikit mendongakkan dagunya agar terkesan sombong. Chloe dan Max saling pandang. Kemudian, Chloe bertanya, "Ummph, oke. Kau pasti tahu tujuan kami datang ke sini, kan?"Chloe menatap Nathan intens. Dia kembali bertanya, "Kau sudah membaca pesanku dan melihat beberapa foto Istrimu yang murahan itu, kan?"Tidak ada yang melihat Nathan mengepalkan tangan kanannya di atas meja. Semua mata terfokus kepada Chloe. Chloe memainkan peran dengan baik. Dia menunjukkan ekspresi wajah serius yang tentunya membuat siapapun percaya. "Dan, kau percaya kepadaku, kan?" tanyanya untuk kali ke-3. "Ehem!"Max berdeham. Nathan mengalihkan perhatian kepadanya, begitu juga dengan Lucky. "Hm, Nathan ... sebaiknya kau percaya pada Tunangan ku!"Nathan mengernyitkan dahi. Dia menatap Max seraya menarik sudut bibir kanannya ke atas. "Oh?" tanyanya. "Mengapa?"Nathan menyandarkan punggungnya samb
'Aku sudah mendengar semuanya. Jika kau bertanya, apakah aku marah? Ya, tentu saja aku marah, Chloe Wood,' batin Alicia. 'Namun, aku tidak akan menunjukkan kebrutalan ku di depan Nathan.'"Kau bertanya kepadaku, mengapa aku di sini?"Alicia mengganti posisi. Dia berjalan ke depan Nathan dan memilih duduk di pangkuan suaminya. "Apa kau lupa, Chloe? Saudari tiri mu ini adalah Istri dari seorang pria tampan di depanmu."Alicia berkata tanpa canggung. Nathan melihatnya dengan bangga. "Honey, apa yang harus aku lakukan untuk mereka? Kau sudah membuang waktu yang berharga dan membuang banyak uang untuk mereka, kan?"Alicia memainkan dasi Nathan. Dia juga mengusap wajah Nathan dengan sentuhan lembut. 'Aーapakah Alicia mengetahui semuanya? Aーapakah Nathan sengaja merencanakan semua ini untuk mempermainkan aku?!' pikir Chloe."Kau adalah Nyonya Czarford, Cutie pie. Kau bebas melakukan apapun. Karena ...."Kedua tangan Nathan mengusap punggung Alicia yang sedikit terbuka karena gaun sabrina t
"Apa?! Konsekuensi apa maksudmu, Lucky?!"Lucky menatap wajah Chloe yang tegang. Kemudian, dia tersenyum miring. "Penjara," balas Lucky singkat. Chloe dan Max terkejut. Begitu pula dengan Alicia yang sejak tadi berada di pangkuan Nathan. "Oh!" pekik Alicia sembari menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia menoleh ke arah Nathan yang sedang tersenyum lebar. "Kau mau ke mana, Cutie pie?" tanya Nathan dengan suara rendah. Kedua tangan Nathan menahan pinggang Alicia ketika istrinya tersebut hendak berdiri. Alicia tidak bisa bergerak. Dia tetap berada di pangkuan Nathan. Nathan menatap Chloe dan Max yang sedang saling pandang. "Biarkan saja Lucky yang menangani mereka!" serunya kemudian. "Kau jangan bercanda, Lucky!" seru Chloe beberapa saat kemudian. Dia meninggikan nada bicaranya. Max terlihat tidak puas. Dia membentak Chloe dengan berkata, "Lakukan sesuatu, Chloe! Jangan diam saja!""Tidakkah kau melihatku, Max? Tidakkah kau tahu apa yang sedang aku usahakan?"Dua pertanyaan bar