Nathan membersihkan mulut dengan napkin yang sejak tadi berada di pangkuannya. Dia melirik Alicia.'Sebenarnya, apa yang direncanakan oleh Nathan? Untuk apa dia mengundang para wartawan? Ah, lebih baik aku kembali saja ke mansionnya,' pikir Alicia, dia menyusun rencana sambil tersenyum tipis. "Lucky, apakah kau membawanya?"Lucky mengangguk dan segera mengeluarkan sebuah kotak merah dari dalam sakunya. Dia memberikannya kepada sang majikan.'Apa? Membawa apa?' Alicia semakin penasaran. Dia terlonjak kaget ketika melihat benda mewah yang dikeluarkan dari dalam kotak merah tesebut."Cincin?!"Thomas sama terkejutnya seperti Alicia dan mungkin semua orang di ruang makan juga merasakan perasaan yang sama."Ya, seperti yang Papa lihat. Ini adalah cincin berlian. Lucky mencari yang sesuai dengan ukuran jari Alicia."Usai menjawab pertanyaan sang papa, Nathan lantas berdiri di samping kursi Alicia. "Ulurkan tangan kananmu!"Alicia tahu maksud Nathan. Pria itu akan menyematkan cincin terseb
Semua kamera mengarah kepada wanita cantik dengan warna mata coklat seperti rambutnya yang panjang tergerai. Wanita dengan alis tebal dan lesung pipi menambah kesan cantik pada dirinya. Dia adalah Alicia Wood. Seorang wanita berdarah Indonesia-Inggris yang duduk tenang di sisi kiri Nathan. Oh, siapa yang tahu isi hati dan pikiran wanita itu?Nathan memperlihatkan senyumnya kepada semua orang demi nama baiknya dan nama baik keluarga Czarford. Dia berseru di telinga Alicia, "Tersenyumlah, Cia!""Tuan Muda, apakah Anda baru saja tersenyum?" Lucky berbisik di telinga sang tuan.Nathan segera menjauhkan dirinya dari Alicia. Dia membalas ucapan Lucky, "Jika kau tahu, maka diamlah! Dan, berpura-pura saja tidak melihatnya!"Nathan tidak tahu bahwa kedua orang tuanya sedang memantau jalannya acara konferensi pers pagi ini dari lantai dua. "Thomas, apakah kau melihatnya?"Ainsley berdiri di samping Thomas melihat acara konferensi pers Nathan berlangsung. Keduanya berdiri di balkon ruang tidur
'Ingin rasanya aku memaki wartawan yang melemparkan pertanyaan!' maki Nathan di dalam hati. Dia menatap wartawan wanita sambil tersenyum tipis.Lain halnya dengan Alicia. Wanita itu memiliki pandangan berbeda tentang perikahannya dengan Nathan.'Hatiku sakit ketika mendengar pertanyaan wartawan tadi. Namun kenyataannya, aku dan Nathan memang hanyalah menikah kontrak. Jadi, aku tidak akan tersinggung dengan pertanyaan wartawan tersebut,' keluh Alicia. Meskipun hatinya teriris, dia tetap melemparkan senyum ke arah kamera. "Perkenalan saya dan Alicia memang sangat singkat. Namun ...."Nathan tidak tahu lagi ingin menjelaskan apa. Dia benar-benar tidak sempat membaca data diri Alicia."Tuan Muda, apakah Anda tidak ingat dengan apa yang sudah saya ceritakan tentang Nona Alicia? Katakan kepada mereka bahwa Anda dan Nona saling jatuh cinta pada pandangan pertama!"Lucky berbisik di daun telinga Nathan. Seketika itu juga, Nathan menjauhkan tubuhnya dari sang asisten. Dia melotot. "Dasar asi
"Nath, perlukah kita mengadakan pesta pernikahan seperti keinginaan Kakek?" Alicia bertanya kepada Nathan ketika keduanya telah pergi dari mansion utama. Keduanya kini berdiri tepat di depan pintu utama mansion Nathan. "Kau pikir, aku mau mengikuti pesta membosankan seperti itu?!" Nathan menatap Lucky yang sudah membukakan pintu untuk dirinya dan Alicia. Dia melangkah lebih dulu, lalu disusul oleh Alicia. "Kalau begitu, kau bisa membatalkannya, kan?!" Alicia menarik lengan jas nathan sehingga membuat pemiliknya merasa tidak senang. "Alicia Wood, kau tahu bahwa aku tidak suka bersentuhan dengan siapapun, bukan?!" Nathan menghempaskan tangan kanan Alicia dari jasnya. Kemudian, dia menatap Lucky yang hanya berdiri membatu. "Hei, asisten bodoh! Cepat bersihkan jas saya!" seru Nathan sambil menatap tajam ke arah Alicia. "Cih! Kau masih tidak berubah juga, Tuan Muda Nathan yang terhormat dan gila kebersihan! Padahal Anda sudah menghabiskan malam pengantin bersama saya! Bagaimana
Nathan mendengus. Tatapan mata tajamnya mengarah kepada Lucky. "Dasar asisten bodoh! Bisa-bisanya kau memberikan Tuanmu saran yang bodoh!" makinya.Meskipun Nathan memaki, dia tetap berjalan menghampiri Alicia. Melihat kelakuan Nathan, tentunya menggelikan bagi Lucky. Dia pun menahan tawa. "Pppfff!""Oh, astaga! Ekspresi macam apa itu, Cia! Berhentilah memasang ekspresi seperti itu! Aku akan memasangkan kalung itu di lehermu!"Alicia memang pandai meluluhkan hati Nathan dan membuat suaminya itu menuruti apapun keinginannya. Dia pun tersenyum penuh kemenangan. "Itulah suara hati seorang Istri, Suamiku. Semua Istri ingin diperlakukan dengan sangat baik oleh Suaminya.""Dasar wanita berisik! cepat berbalik!"Nathan segera memasangkan kalung berlian dengan liontin huruf N yang indah. Kalung ini sengaja dipesan oleh Ainsley. Karena sejujurnya, Nathan tidak peduli pada mahar pernikahannya. "Sudah selesai. Sekarang aku akan pergi bekerja. Ayo, Lucky!"Baru saja Nathan melangkahkan kakinya,
"Uーusir mereka, Tuan Muda?"Antara percaya dan tidak. Namun, si penjaga ingin memastikan jawaban Nathan untuk kali kedua. "Omo! Omo! Omo! Duhaiii, pria hitam manis ini! Apakah kau tidak mendengar? Jika Tuan Muda sudah berkata usir, ya ... usir mereka! Tunggu apa lagi?!"Lucky berkata sambil menggeleng. Dia juga mengayunkan tangan yang bertujuan untuk mengusir si penjaga. "Cepat, pergi sana!""Baーbaik, Tuan Lucky," jawab si penjaga. Dia berlari dari sisi mobil menuju ruang penjaga. "Hei, cepat bukakan gerbang!"Mendengar Lucky berteriak, Nathan sama sekali tidak terganggu. Dia sedang asyik melihat akun sosial media milik Alicia. Lucky menginjak pegal gas lagi. Dan, mobil pun berjalan dengan lambat menuju gerbang yang terbuka dengan perlahan. Lucky melirik kaca spion mobil. Dia melihat sepasang suami istri sedang berbincang serius dengan petugas gerbang tadi. "Tuan Muda, itu mereka!"Nathan mengalihkan sejenak pandangannya dari layar ponsel. "Mereka adalah kedua orang tua Nona Ci
"Akhirnya, kegiatan memilih mobil selesai. Aku tidak tahu, apakah pilihanku benar atau salah. Namun, aku menyukai model kedua mobil itu."Alicia membuka pintu kamarnya di lantai dua. Dia berbaring di atas ranjang yang nyaman. Dia tersenyum. "Oh, di mana ponsel ku?"Alicia membuka pouch kecil yang dibawanya. Kemudian, dia mengeluarkan benda canggih tersebut. "Ah? Mama?"Ada perasaan aneh yang menyelimuti hati Alicia ketika melihat nama Lindsay. Dahinya berkerut. "7 panggilan telepon tidak terjawab? Dan, 5 pesan singkat dari Mama? Ada apa? Apakah Mama sakit?"Untuk menjawab rasa penasaran, Alicia segera membuka pesan dari Lindsay satu persatu. Mama: Cia, terima telepon Mama! Alicia menggeleng. Alicia terduduk di atas ranjang. Kemudian, dia membuka pesan singkat dari Lindsay selanjutnya. Mama: Cia, kau di mana? Mama dan Papa sedang berada di depan mansion keluarga Suamimu. Kini, Alicia benar-benar terkejut. Dia berdiri bersamaan dengan terbukanya pesan singkat ke-3. Mama: Alicia
Pria ini memang tidak pernah suka basa-basi. Dia tidak segan untuk menanyakan apa yang ada di dalam pikirannya. "Tuan Muda, apakah yang Anda maksud adalah Nona Alicia?" tanya Gavin di seberang saluran telepon. "Jika bukan wanita itu, lalu siapa lagi?! Saya membayarmu untuk mengawasinya. Ingat itu!""Maーmaafkan saya, Tuan Muda," ucap Gavin, suaranya terdengar bergetar. Nathan mendengus kesal. Dia bersandar di kursinya. "Nona Alicia sepanjang hari ini sibuk bersama dengan Nyonya Ainsley. Nonaー""Apa kau bilang? Dia sibuk bersama Mom? Sepertinya mereka berdua sangat akrab. Apa yang mereka lakukan?"Nathan memotong pembicaraan Gavin. Dia begitu tertarik dengan apa yang dilakukan oleh istri kontraknya. "Nyonya Ainsley memanggil beberapa orang dari showroom mobil dan menghadiahkan 2 unit mobil untuk Nona Alicia sebagai hadiah pernikahan."Kali ini, Nathan yang terkejut. Dia mengubah posisi duduknya yang semula bersandar kini duduk tegak menatap Lucky. "Lucky, mengapa kau tidak terkejut
"Alica, jangan berkata begitu!" Greyson menegur Alicia. "Nath, kau salah paham. Tarik semua perkataanmu atau kau akan menyesalinya."Greyson akhirnya angkat bicara. Namun, apakah Nathan akan membiarkannya?"Diam! Bukankah sudah aku katakan agar kau tidak ikut campur urusan rumah tanggaku dengan Cia?!"Nathan membentak Greyson. Kedua matanya memerah."Oke! Oke! Aku salah. Maaf karena hal itu." Greyson mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Aku melakukannya karena muak dengan sikapmu yang kasar kepada Alicia."Greyson merasa posisi Alicia kian melemah. Dia memutar otaknya untuk mencoba meyakinkan Nathan. "Apa aku meminta pendapat mu? Apa aku menyuruhmu berbicara?! Diam atau aku akan mengusir mu, Grey!"Nathan tersenyum mengejek Greyson. Alicia mulai menangis. "Kau memang egois, Nath." Alicia berkata dengan dingin. "Kau bahkan tidak membiarkan aku menjelaskan.""Lihatlah! Kau bahkan tidak memberikan Cia membela dirinya." Greyson menunjuk Alicia yang duduk sambil menangis. "Kau telah menyakit
"Nath, kau mau apa?" tanya Alicia ketika Nathan menarik tangannya. Keduanya masuk ke rumah Nathan. Ya, hanya berdua!Nathan menutup pintu utama rapat-rapat, tetapi tidak menguncinya. Dia menggandeng tangan Alicia ke sebuah ruangan dekat kolam renang. "Duduk dan tunggu aku di sini! Jangan ke mana-mana!" Nathan memegangi kedua bahu Alicia dan mendudukinya di sebuah kursi. "Kau akan mengajakku main bilyard?" tanya Alicia seketika. Dia menatap meja bilyard yang berada di sisi kirinya. Nathan tertawa kecil. "Ya, jika kau berkenan untuk taruhan denganku."Nathan mengecup kening Alicia singkat, lalu pergi menuju sebuah lemari kaca."Champagne?"Nathan tersenyum tanpa melihat Alicia. "Ya. Aku ingin kau menemaniku minum. Bagaimana?"Nathan membuka lemari minuman dan memilih salah satu champagne yang berada di deretan paling atas. Dia juga mengambil dua buah flute. "Ayo kita minum champagne, Cia!" ajak Nathan seraya berjalan kembali menuju Alicia. "Kadar alkohol champagne ini sekitar 10% sa
"Deal!""Deal!"Alice dan Ford berteriak berbarengan. Mereka kembali memeluk Nathan. Nathan melirik Alicia yang tersenyum bahagia. Dia membatin, 'Akhirnya aku bisa melihat senyummu lagi, Cia.'"Oke, sekarang waktunya sarapan. Kemarilah, anak-anak manis!"Lucky berseru memanggil Alice dan Ford. Keduanya lantas menoleh ke arah Lucky."Mom dan Dad akan menyusul. Kalian pergilah lebih dulu!"Tidak ada yang membantah perkataan Nathan. Kedua anak itu pun segera turun dari ranjang. "Oke, Daddy.""Oke, Daddy."Alicia membantu kedua anaknya turun dari ranjang. Dia menatap mereka berlari menuju pintu kamar. "Saya permisi, Tuan, Nona," ujar Lucky. Dia membungkukkan badan, lalu pergi menyusul Alice dan Ford.Setelah pintu kamar tertutup, Nathan menarik tubuh Alicia. "Aaahh!" Alicia berteriak karena terkejut. "Apa yang kau lakukan, Nath? Lepaskan aku!"Nathan berada di atas tubuh Alicia. Dia tersenyum lebar. Dia mengangkat kedua tangan Alicia ke atas. "Ayo bercinta, Cia! Bercinta di pagi hari
"Ssstt!" Nathan menempelkan jari telunjuk kanan ke bibirnya. "Mom tertidur."Nathan ke luar dari Mobil. Dia melihat kedua anak kecil menggemaskan itu sudah memakai pakaian tidur dengan model sama, tetapi warna yang berbeda."Mengapa kalian berdua belum tidur? Malam sudah semakin larut dan kalian masih terjaga." Nathan berjongkok memeluk kedua anak Alicia. Dia bertanya kepada Alice dan Ford dengan lembut. Nathan mengulurkan tangan ketika Alice meminta gendong. Dia dengan sigap menggendong Alice yang manja. "Kami menunggu Paman pulang bersama Mom. Apa Mom sakit?" Ford menatap Alicia yang masih menutup matanya. Lucky tersenyum ketika mendengar pertanyaan Ford. "Tidak, Tuan Muda kecil," jawab Lucky. Dia sedikit menundukkan badan. "Mom kelelahan."Tidak jauh dari mereka, Greyson berdiri mematung. Ketika Nathan menyadari keberadaannya, pria berambut putih panjang itu tersenyum."Mereka tidak bisa tidur tanpa Alicia," kata Greyson sambil berjalan mendekati Nathan. "Mereka terus bertanya t
"Ayo!" ajak Nathan. Dia keluar lebih dulu dari dalam mobil. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangannya untuk membantu Alicia. Alicia menatap tangan Nathan yang terulur. 'Aku sungguh merindukan momen seperti ini,' pikirnya. Dia membalas senyum Nathan sambil menatapnya. 'Ah! Tangannya begitu hangat!' pekik Alica di dalam hati.Nathan melindungi kepala Alicia agar tidak terbentur atap mobil menggunakan tangan kirinya. Kemudian, Lucky menutup pintu mobil ketika Alicia sudah berada di luar."Apa kau canggung?" Nathan menggenggam tangan Alicia erat. Mereka berjalan memasuki sebuah restoran mewah mengikuti langkah Lucky. "Sedikit," jawab Alicia berbohong. Dia menatap ke sekelilingnya. 'Selama ini, aku hanya bisa menulis tentang restoran mewah ini di novel yang kutulis. Ha! Ha! Ha! Sungguh lucu, bukan?' Alicia membatin. 'Bangunan restoran ini terinspirasi dari istana dingin di kota St Petersburg, Rusia. Menu makanan yang disajikan pun diantaranya adalah makanan khas Rusia.' "Apa kau baru
"Ya, benar. Tidak ada surat perceraian diantara kita, Nath." Alicia membenarkan pernyataan Nathan. Dia tahu pasti yang terjadi diantara dirinya dan Nathan. "Tapi akuー""Bagaimana kabarmu selama 5 tahun ini?" tanya Nathan. "Apa kau hidup dengan baik tanpaku? Bagaimana dengan anak kita? Di mana mereka?"Nathan memotong kalimat Alicia dengan menghujani pertanyaan menohok. Dia memasukkan kedua tangan ke saku celanaーtentu saja menambah kesan cool pada dirinya. "Ah!" Alicia terkejut. Kedua pipinya merona. "Hentikan, Nath!""Maaf, Tuan," sela kru pria yang sejak tadi berada di sisi Alicia. "Tolong jangan membuat masalah! Hargai acara Nona LovyNa!"Melihat sikap kru pria itu membuat Lucky jengah. Dia segera mengambil tindakan. "Tuan," ujar Lucky. Dia merangkul pundak kru. "Bisa kita berbicara sebentar?" tanyanya kemudian. "Eh?" Kru itu terkejut. Dia menatap Lucky dengan pandangan aneh. Mau tidak mau, dia hanya bisa mengikuti kemauan Lucky.Nathan menatap Lucky. Pria itu tersenyum, lalu men
"Mengantri?" Nathan balik bertanya kepada Lucky. "Saya tidakー"Lucky lekas berdiri. "Ayo ikut saya, Tuan!" Lucky membawa semua buku di tangannya. Dia juga mengangguk tanpa bersuara. "Tunggu apa lagi, Tuan? Bukankah sudah jelas Dewi keberuntungan sedang memihak Anda?"Nathan tetap tidak beranjak. Keraguan menyelimuti hatinya yang dingin. Namun, tatapan matanya tidak bisa berbohong ketika melihat Alicia dari kejauhan."Sudah jelas-jelas ini kesempatan kedua untuk Anda. Mengapa tidak Anda ambil, Tuan?" Lucky gemas dengan tingkah Nathan. "Lihatlah upaya Nona Alicia mempertahankan cintanya untuk Anda! Apa hal itu masih meragukan Anda? Apa yang Anda inginkan lagi darinya?""Saya merasa bodoh di hadapannya. Saya tidak memiliki wajah lagi untuk bertemu dengannya, Lucky.""Pernyataan macam apa itu? Turunkan ego Anda, Tuan! Saya yakin, Nona masih mengharapkan Anda," balas Lucky cepat-cepat. Dia tidak pernah kehabisan kata-kata untuk memotivasi tuannya. Nathan menarik napas sejenak. "Ya, saya
"Dia adalah Nathan." Mata bulat Alicia terlihat menyimpan kebahagiaan ketika menyebutkan nama Nathan. Dia menunduk sejenak sebelum akhirnya mendekati mikrofon ke mulutnya kembali."Ya, sesuai dengan nama karakter tokoh utama pria di novel Istri Kontrak Tuan Nathan. Mungkin jika kalian melihatnya, kalian akan mengenal dia dengan sangat baik."Alicia tidak menyadari sosok Nathan berada di tengah-tengah para penggemar. Dia berjalan ke arah kursi yang disediakan oleh kru. Kemudian, duduk di sana.Seorang pembawa acara telah menunggu untuk berbincang-bincang dengan Alicia. "Nona LovyNa, bisakah kita mulai bincang-bincang?" tanya MC wanita.Alicia mengangguk. "Ya, tentu saja," jawabnya ramah. Dia tidak lupa tersenyum. "Silakan, Nona Jasmine!"'Banyaknya pasang mata membuatku grogi. Namun, aku harus tetap tenang dan menguasai situasi,' pikir Alicia. Beberapa kali dia mengatur deru napas agar tetap terlihat tenang."Jadi, apakah Nona LovyNa mencintai Suami kontrak Anda?" Pertanyaan pertama
"Apa acaranya ramai, Lucky? Bagaimana bisa saya terlambat menghadiri acara spesial seperti ini?!"Jum'at siang pukul 02:00 waktu London, Nathan baru saja tiba bersama Lucky di Eye Bookstore yang berlokasi di London, Inggris. Dia terlihat kesal, tetapi juga begitu antusias."Ya, Tuan," sahut Lucky yang sama kesalnya seperti Nathan. "Menurut pantauan tim pengamat, acaranya sangat ramai dan padat. Anda harus mengantri untuk mendapatkan tanda tangan penulis LovyNa hingga ke luar bookstore."Keduanya berjalan keluar dari lift yang membawa mereka ke lantai 3 di mana Eye Bookstore berada. Benar saja apa yang dikatakan Lucky! Eye Bookstore telah dipadati oleh pengunjung.Lihatlah, Tuan!" Lucky menunjuk suasana ramai di lantai 3. Dia melihat Nathan menggeleng. "Begitu luar biasa sambutan para penggemar!" Nathan berseru kagum. "Apa kau membawa buku saya, Lucky?""Tentu saja, Tuan. Anda jangan khawatir!" jawab Lucky. Dia mendongakkan kepala."Astaga!" pekik Nathan kesal. Dia dan Lucky telah ber