Eve mengajak Anna duduk di ruang favorite Eve seraya menikmati teh chamomile.“Kamu suka teh chamomile, kan?” tanya Eve seraya menuangkan teh dari teko ke cangkir Anna.Anna agak canggung, tapi menjawab, “Iya.”Eve tersenyum manis. Dia lantas menuang teh ke cangkirnya setelah menuang dari cangkir Eve.“Cobalah, aku yang membuatnya sendiri,” ucap Eve, “aku suka minum teh kalau tidak bisa tidur atau terbangun di malam hari,” ucapnya lagi.Anna mengangguk. Dia mengambil cangkir miliknya, lalu mulai menyesap teh yang beraroma begitu wangi itu.“Ini sangat segar,” ucap Anna setelah mencicipi teh buatan mertuanya itu.Eve memulas senyum, lantas meminum tehnya.Anna masih merasa canggung karena Eve ternyata sangat baik padahal Anna sudah berburuk sangka karena ketakutannya. Dia diam menunggu Eve selesai minum dan memulai perbincangan yang membuat Anna duduk di sana.“Senang ada yang menemani minum teh seperti ini. Queen kalau diajak ada aja alasannya, tapi aku juga maklum, dia pasti capek,”
Setelah menginap di rumah orang tua Kai. Anna dan Kai akhirnya pulang, karena hari itu masih weekend, Anna dan Kai sekarang sedang berada di kamar saat para pelayan memindah semua pakaian dan barang-barangnya ke kamar Kai.“Apa harus dipindah semua?” tanya Anna seraya menoleh pada Kai yang duduk di sampingnya.Kai memandang ke para pelayan yang masih keluar-masuk kamarnya memindah barang.“Tentu, bukankah semalam kamu setuju?” Kai menoleh Anna yang diam.Anna hanya tersenyum samar, sepertinya dia memang harus mulai menyiapkan mentalnya karena sewaktu-waktu kejadian tak terduga bisa terjadi.“Nona, kotak ini mau diletakkan di mana?” tanya pelayan membawa kotak usang milik Anna.Anna langsung berdiri menghampiri pelayan itu lalu mengambil kotak itu. “Terima kasih, biar aku yang simpan.”Pelayan itu mengangguk, lalu kembali pergi untuk memindahkan barang lain.Kai menatap Anna yang berjalan membawa kotak itu, dia penasaran apa isi benda itu.“Apa isinya? Kamu terlihat cemas saat melihat
Keesokan harinya. Kai membuka mata dan mendapati Anna yang masih terlelap di sampingnya. Bibirnya tersenyum tipis, Kai tidak pernah menyangka jika dirinya akan benar-benar bisa mendapatkan Anna.Kai mengulurkan tangan, lantas menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah Anna. Anna mengerutkan kelopak mata yang tertutup karena sentuhan yang dirasakan. Dia mencoba membuka mata yang terasa berat, hingga akhirnya melihat siapa yang sudah memandangnya sekarang.“Kamu sudah bangun,” ucap Anna lalu menggosok matanya. “Aku siapkan sarapan dulu,” kata Anna lalu menyibak selimut.Namun, Kai malah menahan lengannya, membuat Anna kembali berbaring lalu memandang Kai.“Ada apa?” tanya Anna keheranan.Kai menghela napas pelan, lalu memeluk Anna.Anna bergeming. Dia masih belum terbiasa dengan perubahan sikap Kai seperti sekarang ini. Meski Kai tidak melakukan hal lebih, tapi pria itu terus memeluknya.“Kita harus ke kantor, aku buatkan sarapan dulu dan menyiapkan pakaianmu agar tidak terlambat
Kai memandangi nama yang terpampang di layar ponsel milik Anna, lantas tanpa izin dia menggeser tombol hijau untuk menjawab panggilan itu.Anna sendiri panik karena Kai langsung yang mengurus panggilan itu. Meski Anna senang karena Kai melakukan itu untuk melindunginya.“Halo, Anna! Ibu nggak bisa nunggu sampai kamu gajian! Sekarang kirimi ibu uang, lagian pria itu kaya raya, masa kasih uang ibu saja pelit!”Kai langsung mendengar suara ocehan Mila saat ponsel Anna menempel di telinga. Dia geram karena Mila terus mengganggu istrinya.“Bukankah sudah kubilang jangan pernah mengganggu Anna lagi!” Suara Kai begitu dalam dan penuh penekanan.Anna yang ada di samping Kai sampai menggigit bibir seraya mencengkram tasnya begitu kuat.Di rumah Mila. Wanita itu sangat terkejut karena yang menjawab panggilannya Kai. Namun, bukannya takut, Mila malah berniat memanfaatkan Kai.“Tidak ada yang mengganggu, aku hanya ingin meminta hakku dari Anna,” ujar Mila dengan senyum liciknya, “bagaimanapun Ann
Saat siang hari. Rachel mendatangi perusahaan Kai karena Anna tidak membalas pesannya. Dia berjalan di lobi menuju lift dan bertemu dengan salah satu staff yang dulu hampir dipecat oleh Kai karena mencelakai Anna.“Bu Rachel,” sapa staff itu.Rachel mengangguk seraya tersenyum tipis.“Anda mau menemui Pak Kai?” tanya staff itu memberanikan diri.Rachel tahu, di perusahaan itu memang pernah ada rumor tentangnya dan Kai karena mereka sangat dekat. Itu hal bagus untuk posisi Rachel sehingga dia tidak mempermasalahkan rumor itu.“Sebenarnya aku--” Apa yang hendak dikatakan Rachel terjeda karena staff tadi kembali bicara.“Saya harap Anda segera menikah dengan Pak Kai agar tidak ada yang berani menggoda Pak Kai lagi,” kata staff itu.Dahi Rachel berkerut halus.“Maksudnya?” tanya Rachel memastikan.Staff itu agak mendekat saat melihat ekspresi terkejut Rachel. Dia menengok ke kanan dan kiri, lalu kembali bicara.“Pak Kai punya asisten baru, saya rasa asisten itu terus menggoda Pak Kai. Bahk
Kai terlihat tenang meski terkejut dengan ucapan Rachel. Teman? Sejak kapan Rachel berteman dengan Anna?Tatapan Kai langsung tertuju pada Anna yang juga sama terkejutnya seperti dirinya.Anna gelagapan saat melihat tatapan Kai dan Rachel yang tertuju padanya. Dia bingung harus bagaimana.“Kamu mau menemaniku makan siang, kan?” tanya Rachel dengan tatapan penh harap.“Itu ….” Anna ragu. Dia melirik pada Kai karena tak bisa membuat keputusan.“Kamu mengizinkan ‘kan, Kai? Aku tidak akan mengajaknya lama-lama, hanya makan siang saja?” tanya Rachel dengan tatapan penuh harap, membujuk agar pria itu memberi izin.“Pergi saja jika Anna mau, tapi saat jam makan siang. Ini masih jam kerja,” jawab Kai.Kai merasa tak punya alasan menolak, dia akhirnya membuat keputusan itu.Rachel langsung tersenyum lebar seraya menoleh pada Anna. Anna tidak punya pilihan sehingga dia mengangguk setuju.Saat jam makan siang tiba. Rachel benar-benar mengajak Anna makan siang di luar.Kai memilih makan di ruang
Anna benar-benar terkejut mendengar pertanyaan Rachel, apalagi wanita di depannya saat ini memberikan tatapan yang sangat tidak nyaman baginya.Rachel melihat Anna yang panik, tapi sedetik kemudian dia tertawa kecil sampai membuat Anna bingung.“Kamu tegang sekali,” ucap Rachel setelah melihat kepanikan Anna. Dia memang sengaja menunjukkan seolah dia baik dan hanya bercanda, padahal sebenarnya Rachel ingin melihat bagaimana respon Anna jika membahas soal perasaan.Melihat sikap Anna yang mudah tak enak hati, membuat Rachel semakin mudah untuk memanfaatkan Anna.“Aku yakin, kamu tidak akan menyukai Kai, kan? Lagi pula jika aku lihat, kamu ini professional, pasti kamu tak mencampur adukkan perasaan dengan pekerjaan,” ujar Rachel diakhiri senyum lebar lalu segera menyantap makan siangnya.Rachel sengaja mengatakan itu hanya agar Anna merasa tak enak hati, dengan begini Anna akan berpikir dua kali jika ingin memperdalam perasaan pada Kai.Apalagi Rachel tahu kalau hubungan Kai dan Anna ha
Rachel mengantar Anna kembali ke perusahaan setelah selesai berbelanja. Tak hanya sampai di depan perusahaan, Rachel juga ikut naik ke ruangan Kai karena ingin memberikan apa yang tadi dibelinya.“Maaf kalau aku mengajak Anna terlalu lama. Aku sangat senang bisa mengobrol dengannya,” ucap Rachel saat menemui Kai.Kai melirik pada Anna yang meletakkan tas di meja kerjanya yang terdapat di ruangan itu, sampai pandangan Kai tertuju pada sesuatu yang diletakkan Rachel di mejanya.“Ini untukmu,” kata Rachel.Kai menatap Rachel dengan kerutan samar di dahinya.Anna menoleh ke arah Rachel dan Kai, entah kenapa dia merasa sangat tak nyaman melihat sikap Rachel pada Kai.“Apa ini?” tanya Kai tak langsung menerima paper bag kecil itu.“Hadiah terima kasih karena waktu itu kamu begitu sigap membawaku ke rumah sakit,” jawab Rachel dengan nada suara yang dibuat semanis mungkin.Bukannya membalas ucapan Rachel, Kai malah langsung menatap Anna. Sikap Kai ini membuat senyum di wajah Rachel memudar,
Anna langsung menghampiri seorang wanita yang kini sedang memunguti barang yang jatuh dari gerobak yang terguling di pasir.Kai ikut menyusul Anna, lalu membantu mengangkat gerobak agar bisa berdiri.“Terima kasih,” ucap wanita berumur tiga puluhan tahun yang dibantu Anna.Anna tersenyum seraya membantu memunguti jagung dan beberapa barang lain lalu memasukkannya ke gerobak.“Kakak baik-baik saja?” tanya Anna seraya menatap wajah kuyu wanita itu, bahkan penampilannya sedikit berantakan, menunjukkan kalau wanita itu begitu lelah.Wanita dengan kantung mata yang begitu cekung itu tersenyum.“Aku baik-baik saja, hanya saja ban gerobaknya tadi tergelincir di pasir makanya semua barangnya jatuh,” jawab wanita itu, “aku sangat berterima kasih kalian mau membantu.”“Sama-sama,” balas Anna seraya melebarkan senyum.“Kalian pengunjung di pantai ini?” tanya wanita itu lagi seraya memperhatikan Anna dan Kai bergantian.“Iya, kami baru tiba sore ini,” jawab Anna.Wanita itu lagi-lagi tersenyum.“
Nindy berjalan mondar-mandir di kamar karena Mila belum juga dibebaskan. Dia mulai tak sabaran apalagi Rachel tidak memberi kabar sama sekali.Nindy memandang ponselnya, dia akhirnya memutuskan untuk menghubungi Rachel.“Kenapa kamu menghubungiku?” Suara bentakkan terdengar dari seberang panggilan.“Aku hanya mau tanya, kapan kamu akan membantu ibuku bebas?” tanya Nindy sempat terkejut karena bentakkan Rachel.“Tunggu saja dan jangan menghubungiku. Kamu akan membuat orang curiga, kamu lupa janjimu, hah!”Nindy sebal karena kembali terkena bentak.“Tapi tetap saja, aku hanya mau memastikan kamu tidak bohong dengan janjimu untuk membantu Ibu keluar dari kantor polisi, dia masuk gitu juga buat bantu kamu,” ucap Nindy dengan nada kesal.Namun, bukannya mendapat kepastian, Nindy malah terkejut karena panggilan itu diakhiri begitu saja.Nindy memandang ponselnya dengan rasa tak percaya. Dia kesal karena Rachel seperti menghindarinya.“Lihat saja, ya. Kalau dia tidak mengeluarkan Ibu, akan k
Keesokan harinya. Kai sudah bangun lebih awal, begitu juga dengan Anna yang sekarang sedang di kamar mandi.Kai mendapat panggilan dari Tian, sehingga dia memilih pergi ke balkon ketika menjawab panggilan itu.“Bagaimana?” tanya Kai yang memang menunggu kabar dari Tian.“Saya sudah mendapatkan informasi wartawan yang membuat berita ity. Sekarang saya sedang menyuruh orang untuk mengorek informasi lebih lanjut,” ujar Tian dari seberang panggilan.“Selidiki sampai ke akarnya selagi aku mengajak Anna pergi berlibur. Informasi apa pun yang kamu dapat, segera beritahu aku!” perintah Kai seraya mengepalkan telapak tangan.“Baik, Pak.”Kai mengakhiri panggilan itu. Dia memandang layar ponselnya. Embusan napas kasar lolos dari mulutnya.“Kai.”Kai membalikkan badan saat mendengar suara Anna.“Apa ada masalah?” tanya Anna saat melihat ekspresi wajah Kai yang terlihat serius.Kai memulas senyum, dia berjalan menghampiri Anna yang ada di dalam kamar. Kai tidak mau membuat Anna cemas.“Tidak ada
Kai keluar dari kamar karena ingin mengambil makanan untuk Anna. Dia berjalan menuruni anak tangga dan bertemu dengan Stefanie yang baru saja berjalan dari depan.“Bagaimana kondisi Anna?” tanya Stefanie saat berhadapan dengan Kai.“Sudah lebih baik meski sempat sangat syok,” jawab Kai bersikap biasa karena dari sudut pandangnya, Stefanie juga tak sepenuhnya salah.Stefanie mengangguk-angguk pelan meski tatapan matanya menunjukkan banyak kesedihan.Kai memandang pada Stefanie yang diam, sehingga dia berkata, “Selama ini kehidupan Anna sangat sulit. Jika kamu memang menyayanginya, jangan terlalu memaksanya.”Stefanie terdiam seraya menatap pada Kai.“Banyak tekanan yang dialaminya. Jadi kuharap kamu tidak menekannya lagi dengan memaksakan semua fakta itu agar dia menerimanya.”Kai mencoba menjaga perasaan Anna. Dia tak ingin Anna bersedih lagi.Stefanie terlihat semakin sedih. Dia sudah sangat senang bisa menemukan Anna, tapi siapa sangka jika yang terjadi tak sesuai dengan harapannya.
Kondisi emosi Anna semakin tidak stabil, sehingga Kaivan meminta Kai untuk membawa Anna beristirahat lebih dulu.Kai mengajak Anna ke kamar. Sesampainya di sana, Anna langsung terduduk lemas di tepian ranjang.Kai ikut duduk di samping Anna, lalu menggenggam telapak tangan istrinya itu. Siapa sangka jika Anna langsung memeluk seraya menangis.“Menangislah sepuasnya,” ucap Kai seraya mengusap lembut punggung Anna.Anna terlalu banyak mendapat tekanan, setelah fitnah yang didapat, Anna harus menerima fakta jika ibunya ternyata masih mengharapkannya.“Setelah sekian tahun, kenapa dia harus datang? Aku tidak bisa menerimanya begitu saja,” ucap Anna di sela isak tangis.Kai menghela napas pelan, lalu berkata, “Kamu tak harus menerima, cukup tahu saja.”Anna menangis terisak, bahkan kedua pundaknya sampai bergetar.“Bukankah ini juga bagus. Mamamu bilang kalau dia menikah dengan ayahmu meski di usia muda, itu artinya kamu bukan anak haram. Kamu lahir setelah kedua orang tuamu menikah,” ucap
“Anna, dengarkan penjelasan mama dulu, ya.” Stefanie mencoba menyentuh Anna, tapi langsung dihindari oleh putrinya itu.“Apa lagi yang mau kamu jelaskan?” Anna berdiri sampai membuat semua orang terkejut.Tatapan kekecewaan begitu kentara dari sorot matanya.“Sekian tahun, kenapa kamu baru datang jika memang merasa kamu itu ibuku?” tanya Anna sampai menepuk dada. Bahkan bola matanya sampai berkaca-kaca.“Anna, tenang ya.” Eve berdiri lalu merangkul Anna agar bisa sedikit tenang.Kai juga berdiri, takut jika Anna tertekan dengan fakta yang baru saja didapat.“Berikan mama kesempatan menjelaskan. Setelah itu, terserah bagaimana penilaianmu,” pinta Stefanie membujuk.Anna menatap kecewa, setelah ayahnya pergi dan semua yang dia alami, kenapa ibunya baru muncul?Kai mendekat pada Anna. Dia menggenggam tangan Anna lalu berkata, “Duduklah dulu dan dengarkan apa yang hendak dia jelaskan.”Anna menatap Kai dengan air mata yang siap meluap dari pelupuk mata.Akhirnya Anna mau duduk, tapi berpi
Saat malam hari. Kai mengajak Anna pulang ke kediaman orang tuanya.Mobil mereka sudah berhenti di depan garasi. Anna memandang rumah besar itu, tiba-tiba saja dia takut kalau keluarga Kai berubah sikap padanya.“Ayo!” ajak Kai saat menoleh Anna.Kai melihat Anna yang seperti orang bingung, dia meraih telapak tangan Anna lalu menggenggamnya erat, seolah paham kecemasan yang sedang Anna rasakan.“Semua akan baik-baik saja, percayalah padaku,” ucap Kai meyakinkan.Anna mengangguk pelan seraya berusaha tersenyum. Dia dan Kai akhirnya keluar dari mobil. Mereka berjalan berdua seraya bergandengan tangan.Saat sudah masuk rumah, mereka langsung menemui orang tua Kai yang ternyata sudah menunggu di ruang keluarga.Ada Stefanie juga di sana.“Kalian sudah pulang, ayo duduk.” Eve berdiri dan langsung merangkul pundak Anna.Eve mengajak Anna agar duduk bersama mereka. Dia tahu Anna masih tertekan, sehingga itu Eve mencoba menunjukkan kalau dia ada untuk Anna.Anna tersenyum saat Eve merangkulny
Anser keluar dari mobil karena wanita yang hampir ditabraknya itu marah-marah.“Kalau mau keluar dari parkiran, lihat-lihat!” amuk wanita yang tak lain Queen.Queen baru saja akan pergi meninggalkan hotel, tapi dia dibuat kaget karena hampir tertabrak saat akan menuju mobilnya.“Kamu yang melintas tiba-tiba di depan mobil, kenapa kamu marah-marah?” Anser merasa heran. Dia merasa tak bersalah.“Hah!” Queen membuang napas dengan mulut. “Begini nih, orang salah bukan minta maaf tapi malah balik menyalahkan!”Bagaimanapun, Queen tidak akan mengalah sama sekali pada pria di depannya ini.Anser merasa tak ada guna meladeni amukan Queen, sehingga dia memilih mengalah.“Kalau begitu aku minta maaf.” Queen menyipitkan mata.“Kamu meminta maaf, tapi tidak ikhlas,” gerutu Queen.Anser menghela napas kasar. Dia tidak mengerti, apa yang diinginkan oleh wanita di depannya ini.“Aku minta maaf karena melajukan mobil tanpa melihat-lihat lebih dulu. Jika kamu terluka atau mau minta ganti rugi, aku ak
Anser datang ke hotel karena mendapat undangan dari Kai. Meski Anser merasa kalau Kai hanya ingin membuktikan jika Anna milik pria itu, tapi Anser tetap datang untuk memastikan.Saat sampai di tempat pesta, Anser tak melihat Kai dan keluarganya di sana, tentu saja hal itu membuat Anser heran.Anser masih mengedarkan pandangan. Dia benar-benar tak melihat satu pun keluarga Kai di ruangan itu.“Maaf, apa pengantinnya sedang istirahat?” tanya Anser pada seorang pelayan yang melintas di depannya.Pelayan itu berhenti di hadapan Anser.“Pengantin dan keluarganya meninggalkan pesta, tapi pestanya tetap dilanjutkan untuk menyelesaikan jamuan,” jawab pelayan.Anser mengerutkan alis.“Meninggalkan? Bagaimana bisa pesta pengantin tapi pengantinnya malah pergi?” Anser keheranan.Pelayan itu menengok ke kanan dan kiri, lalu sedikit mendekat pada Anser.“Sebenarnya tadi pestanya berjalan baik-baik saja, sampai ada berita yang tersebar dan ada wanita tua membuat keributan di sini,” ucap pelayan itu