Pagi-pagi sekali Chiara sudah terbangun dari tidurnya. Tangannya tangkas membuka korden yang menyelimuti jendela luas di dalam kamar. Chiara menopang dagu, menyaksikan sekumpulan burung hinggap lalu terbang bebas mengangkasa.Chiara mengembuskan napas dengan berat. Seandainya ia dapat menjelma menjadi burung-burung itu. Dan lagi, Chiara belum bisa tidur nyenyak dikarenakan mimpi berupa sejumlah kenangan bersama ayah dan ibunya masih berputar di alam bawah sadarnya. Mendadak dadanya sesak kembali. Ia tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini.Lalu tiba-tiba pintunya terbuka. Chiara terjingkat, namun merengutkan wajah ketika tahu Lucaslah yang masuk. Pria itu masih memakai kaos putih polos dan celana jeans pendek. Jika saja Chiara sedang tak sedih, mungkin wanita tersebut menyadari jika kaos polos itu sangat cocok menempel di tubuh kekar Lucas. Semua wanita pasti akan tergila-gila ingin menjamah tubuh pria tersebut."Kenapa kau masuk ke dalam kamarku pagi-pagi begini?" senggak Chiara tanp
"Ada apa, Tuan?" Albert yang berada di dekatnya bertanya khawatir.Lucas menggeleng. "Ada hal yang terjadi di kantor, aku akan membereskannya sebentar."Lucas beranjak dari duduknya. Diikuti oleh gerakan grasah-grusuh Albert. Namun Lucas segera mencegah pria itu."Albert, sebaiknya kau di sini bersama Chiara.""Ta-tapi, Tuan—""Ingat, dia sudah jadi incaran kakakku," bisiknya dekat telinga Albert. Sedang Chiara mengerutkan dahinya jelas."—Baik, Tuan." Albert akhirnya menurut meski dengan berat hati.Lucas mendesah kemudian berderap cepat menuju mobil meninggalkan Chiara dan Albert yang masih termangu akan kepergiannya. Semakin lama derum mobil menjauh dan hilang dari indra pendengar mereka.Sesampainya di perusahaan, Lucas segera menuju ruangannya. Di sana sudah berdiri Robert dan Sarah. Rona wajah mereka nyaris sama. Wajah Robert merah padam, sementara Sarah tampak kalut."Lucas! Dari mana saja kau!""Sayang, sudah. Tahan dulu," bujuk Sarah di dekat Robert."Tidak bisa! Lama-lama an
Lucas putus asa. Ia mengusap rambutnya frustasi, kemudian meraih jasnya dan berderap keluar. Namun saat berada di ambang pintu, Lucas harus menarik langkahnya kembali karena ada dua bodyguard sekaligus yang berdiri tegap di depan ruangnya.Lucas mendengus kasar. Perlahan ia memakai jasnya, lantas sedikit menaikkan kedua lengannya. Setelah itu ia melanjutkan langkahnya gontai.Ketika bayangan Lucas tertangkap di ekor salah satu bodyguard, pria gagah tersebut langsung menghadangnya. Lucas mengernyit, menatap pantulan bayangannya sendiri lewat kaca mata hitam yang dikenakan pria dihadapannya."Maaf, Tuan. Anda tidak bisa meninggalkan ruangan Anda. Ini adalah perintah," tegas salah satunya."Oh iya?" Lucas menaikkan alisnya. Dengan gerakan gesit, ia langsung menyodorkan sebuah tonjokan keras menuju tubuh pria gagah itu.Tetapi pria tersebut lihai mengelak dari pukulan Lucas. Justru kedua bodyguard menyerang balik Lucas demi menegaskan sebuah perintah dari atasan mereka. Baku hantam lalu t
Chiara melebarkan kedua mata tak percaya. "Aku bukan wanita seperti itu!" balas Chiara memekik tak terima. Ia kesal karena Lucas secara berani mengatakan demikian; bahwa dirinya wanita matre dan murahan.Tangan Chiara lalu menghempaskan lengan Lucas yang semula mencengkeramnya. Namun, ia begitu terkejut karena Lucas justru limbung dan jatuh pingsan di lantai."Eh, Lucas—" Chiara langsung terduduk dan menggoyang-goyangkan tubuh pria itu."Lucas, bangun! Tolong! Ada orang di luar?!"Mendengar suara Chiara membuat beberapa pelayan—termasuk Albert dan Melly tergopoh mendatangi mereka. Tanpa aba-aba Albert langsung memapah tubuh Lucas, dibantu oleh Chiara dan diekori oleh sejumlah pelayan.Mereka langsung membawa Lucas menuju kamar pribadi pria itu. Chiara cemas, lantas mencoba memeriksa kondisi badan Lucas dengan menempelkan telapak tangannya pada dahi pria tersebut."Albert, sepertinya Lucas demam." tandasnya mulai panik.Lalu Melly dan yang lainnya dengan tangkas menyiapkan obat. Sement
"Kenapa kau tidak bilang?!" Lucas mengusap wajahnya frustasi. Ia begitu terkejut dan merasa seperti pria bajingan berhidung belang.Chiara hanya menatap Lucas sambil menggigit bibir bawahnya. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan sekarang. Apalagi jika Chiara bilang bahwa sebenarnya ia juga menginginkannya. Ingin merasakan bagaimana kokohnya tubuh Lucas yang seksi di matanya.Lucas menyerah. Ia mengangkat kedua tangannya ke udara, lantas mendesah parau. "Ah, sudahlah. Tapi aku benar-benar tidak tahu kalau kau masih perawan. Tahu begitu aku tak akan menyentuhmu."Seketika ada gejolak kekecewaan pada diri Chiara. Ia jadi bertanya-tanya, apakah Lucas melakukannya hanya berdasarkan nafsu? Bukan karena cinta? Lalu, Lucas anggap apa dirinya?!"Tak perlu menyesal. Anggap saja ini sebuah kecelakaan," ketusnya kesal.Lucas terpaku, namun akhirnya cukup mengerti. Beberapa kali ia mengangguk untuk meyakinkan diri."Baiklah. Anggap saja semua ini tak terjadi. Kita lupakan saja," erangnya memberi
Poppy mengulum senyumnya. Ia tahu bahwa Lucas pasti anggap dirinya sepele. Ia mengedikkan bahu. "Aku baru saja dari perusahaan untuk menemuimu. Tapi malah cuma bertemu dengan pelayanmu."Lucas mengerti siapa yang dimaksud Poppy. Albert memang akan mengambil alih seluruh pekerjaannya sementara waktu. Ia sudah memercayai pria itu."Dia bukan hanya seorang pelayan," koreksi Lucas dengan rahang yang sudah mengeras.Poppy mengangkat dua bahunya lagi. "Entahlah, pokok itu. Apa sekarang aku boleh masuk?"Poppy menatap remeh ke arah Chiara, lalu masuk dengan langkah pongah sambil sengaja menabrak bahu wanita tersebut. Seketika Chiara mengaduh dan melayangkan tatapan kesal kepada Poppy meski wanita itu tak melihatnya."Siapa bilang kau boleh masuk kemari!" Lucas semakin menggeram. Berani-beraninya Poppy menginjakkan kaki sampai ke dalam ruang privasinya. Sungguh kurang ajar!Poppy tak mengacuhkan peringatan Lucas dan justru meletakkan buket bunga aster yang ia bawa ke vas keramik di nakas samp
Zyan sempat menaikkan kedua alis tatkala netra cokelatnya mengamati seorang wanita yang mengekor tepat di belakang tubuh Lucas. Ia mengulas senyum lagi sambil melipat tangannya."Sangat menarik, membuatku semakin termotivasi saja," gumamnya terkekeh.Orang-orang yang melalui Zyan sempat melihat pria itu lalu menyingkir. Merasa aneh dan waspada karena sosok Zyan hadir di kantor lagi dan kini justru berbicara sendiri."Sepertinya dia sudah gila karena dibuang," bisik salah satu karyawan yang sontak mengalihkan perhatian Zyan. Kata 'dibuang' sangat sensitif di telinganya sekarang.Zyan menatap tajam sekilas ke arah asal suara tadi, lantas menggosok jenggotnya. Ia menyeringai. "Lihat saja nanti, kalian akan menyesal karena sudah mengejek berlian yang terbuang."Chiara agak kewalahan mengikuti jejak Lucas dan Albert yang cepat di depannya. Ia jadi sedikit lebih tertinggal. Jadi Chiara membuka mulut hendak mengatakan kedua pria itu harusnya pelan-pelan sedikit. Namun, ia harus mengunci bibi
Lucas mendudukkan tubuhnya di kursi di hadapan seorang pria paruh baya berkacamata. Di balik lensa itu, Lucas dapat menyaksikan sepasang mata yang sipit dan tajam. Pria itu berambut hitam, dengan sekali lihat Lucas dapat menebak jika pria di depannya sekarang memiliki genetik daratan Asia."Ada apa? Bukannya urusan dengan K Group sudah ditangani oleh ayahku," tohok Lucas langsung.Pria di depannya hanya tersenyum, kemudian mendesah panjang. "Anda tidak tahu kinerja ayahmu sendiri, ya?""Justru itu. Aku tahu semua."Pria di depannya menatap Lucas lekat. Berharap ada kalimat lagi yang keluar dari bibirnya."Aku tidak akan membuang waktuku. Cepat, langsung katakan to the point saja.""K Group sebenarnya ingin Anda yang menangani proyek ini, Tuan," jawabnya sambil mendecakkan lidah.Lucas menyugar rambutnya perlahan. Menunjukkan betapa tampan dan seksi dirinya. "Tapi aku tidak menyukai perjodohan di antara kerja sama kita. Profesionalitas lebih penting dibanding menyatukan dua keluarga pa