"Maaf, Tuan. Aku begitu lalai sampai lupa dengan perintah Anda untuk tetap tinggal di kamar. Aku tidak tahu akan berakhir seperti ini. Maafkan aku, Tuan," ucap Chiara penuh penyesalan dan sedikit takut karena tatapan tajam yang dingin dan menusuk milik Lucas terus mengarah padanya. Jika, tatapan itu menjelma menjadi pisau, sudah dipastikan Chiara akan berdarah-darah sekarang. Ia amat menyesali kecerobohannya. Apalagi mengingat ia sempat membentak ibunya Lucas, semakin membuatnya merasa bersalah.Lucas tak berucap. Ia mengeluarkan napas kasar sekali lagi dari bibirnya. Pandangannya kemudian jatuh pada tangan kanannya yang terluka. Darah merembes dari sana setelah pecahan kaca merobek kulitnya. Ia langsung memejamkan kedua matanya begitu kepalanya berdengung sakit. Ia membenci darah, dan setiap kali melihatnya ia akan merasa mual, pusing, dan bisa saja ia kehilangan kesadaran saat itu juga.Chiara menaikkan pandangannya ketika ia tak menemukan reaksi seperti yang ia takutkan dari Lucas.
Chiara masih menautkan kedua alisnya, tercenung menatap dress warna nude tanpa lengan dengan model rok asimetris di depannya. Ia heran kenapa Lucas memberikan dress cantik ini padanya. Namun, ia menarik pandangannya kepada Lucas dengan curiga. Pasti ada tujuan tertentu di balik pemberian Lucas ini.Lucas memasang wajah datar dengan jengah. "Ini untukmu. Besok akan ada acara makan malam keluarga Knight. Gunakan ini saat kau datang sebagai pasanganku."Chiara menggerakkan kepalanya pelan tanda ia paham. Benar dugaannya, Lucas memiliki tujuan tersembunyi. Ternyata Lucas mengajaknya untuk ikut acara makan malam bersama keluarga pria itu. Dan ia harus memakai gaun yang sedikit terbuka di bagian dadanya tersebut. Ah, ia sama sekali tak terbiasa dengan pakaian yang terbuka. Tapi, apa boleh buat. Ia tidak bisa menolak perintah Lucas."Hanya itu kan yang ingin Tuan katakan?" tanya Chiara begitu Lucas sudah selesai berucap. Ia menundukkan pandangan dengan cepat saat kedua mata hazel Lucas yang
Lucas berkedip cepat. Ia tak menyangka Chiara akan cocok dengan dress yang ia pilih secara acak. Padahal ia berpikir jika gadis itu akan terlihat aneh dengan balutan dress tersebut. Tapi, kecantikannya justru terlihat semakin sempurna."Iya," balas Lucas berusaha menjaga suaranya tetap tegas dan dingin. "Ayo kita berangkat!" Chiara bangkit dari sofa dengan berjingkrak ceria. Ia sudah melupakan perkataan Lucas sebelumnya yang menyakitkan. Ia berusaha untuk tak mengingatnya lagi. Lagi pula ia sudah puas melampiaskan emosinya dengan mengumpati nama pria itu di kamar mandi tadi.Lucas menaikkan sebelah alisnya, menatap aneh gadis di depannya itu. Sungguh mengherankan. Setelah mendengar sendiri bagaimana Chiara mengatainya dengan sebutan iblis, kini gadis itu berkata padanya sambil menunjukkan senyum yang lebar dan cerah. Entahlah. Lucas tidak mau ambil pusing. Memikirkannya hanya membuat waktu berharganya terbuang sia-sia.Lucas berderap lebih dulu dengan menyimpan kedua tangannya di sak
Chiara sama sekali tak bisa menelan makanannya. Ia mengaduk makanan di piringnya tanpa selera."Jadi dia istrimu, Lucas? Aku kira dia orang yang luar biasa, mengingat banyak sekali perempuan cantik yang sudah kau tolak. Ternyata dia biasa saja ya. Tidak istimewa," ucap kerabat Lucas yang duduk di sisi Lucas.Lucas tak merespon, ia lebih memilih memasukkan sepotong daging ke mulutnya.Kerabat yang lain ikut menyahut. "Tapi, menurutku istri Lucas perempuan yang istimewa. Kalau tidak istimewa mana mungkin Lucas mau dengannya. Iya kan?""Iya juga. Mungkin, dia luar biasa di ranjang. Hahaha...."Lucas meradang mendengar semua perkataan yang merendahkan Chiara. Awalnya ia tak suka hanya jika identitas Lala yang direndahkan, tapi ia sekarang menjadi geram karena ada seorang perempuan yang dilecehkan melalui verbal seperti itu. Ia tidak akan tinggal diam. Tangan kanannya melepaskan garpu dengan keras sampai bunyinya yang membentur piring terdengar nyaring sementara ruangan sedang hening. Bebe
Satu hari berlalu setelah acara makan malam keluarga Knight, Sarah terus saja merecoki Lucas. Ibunya itu memaksa Lucas untuk ikut acara perjodohan yang sudah dia siapkan. Sarah memilih Poppy sebagai calon istri Lucas yang menurutnya paling sempurna. Rencana yang akan ia lakukan adalah mendekatkan Lucas dengan Poppy, lalu secara diam-diam dia akan menekan Lala—aslinya Chiara— sampai gadis miskin itu menyerah dan pergi."Mom, aku sibuk," tukas Lucas geram. Ia langsung menutup panggilan dari Sarah dan melemparkan ponselnya ke sofa diiringi hembusan napasnya yang kasar."Nyonya Sarah melakukannya lagi, Tuan?" tanya Albert yang baru saja masuk ke ruangan Lucas sambil membawa tumpukan berkas. Ia tahu apa yang membuat tuannya itu kesal, bahkan sebelum pria itu bercerita. Kalau bukan karena perjodohan apa lagi? Ia sudah terlalu hafal apa yang dilakukan Nyonya Sarah pada putra bungsunya itu. Lucas menyandarkan punggungnya ke kursi kulitnya seraya mendesah kasar. "Seakan pernikahanku tidak ada
"Terima kasih, Bi," ucap Chiara setelah selesai didandani oleh Melly. Ia juga berterima kasih kepada pelayan lain yang sudah membantunya merapikan rambut."Sama-sama, Nona," balas pelayan dengan tersenyum lembut. Mereka sangat menyukai sosok sederhana dan hangat Chiara.Chiara bangkit dari kursi, ia melempar pandangan sekali lagi ke cermin untuk melihat wajahnya sebelum ia berderap menghampiri Lucas di ruang utama. Rambut Chiara yang dibiarkan terurai dengan helaiannya dibuat setengah ikal itu bergoyang mengikuti gerakan tubuhnya. Langkah kaki Chiara pelan, tapi lebar dengan menggunakan high heels tinggi.Chiara nyaris kehilangan keseimbangan tubuhnya saat hendak berjalan ke depan Lucas. Lucas yang melihat itu segera berdiri dari duduknya dan menangkap pinggang ramping Chiara."Kenapa kau ceroboh sekali, huh? Saat pertama kali melihatmu pun kau juga terjatuh saat itu," celetuk Lucas menampakkan wajah kesal.Lucas kesal karena Chiara begitu ceroboh sehingga bisa saja gadis itu melukai
Poppy kembali dari toilet ketika Sarah baru saja pergi. Tadi Sarah masih sempat berdebat dengan Lucas, sampai akhirnya wanita paruh baya itu mendapatkan panggilan mendadak dari Robert dan memutuskan untuk pulang lebih dulu.Poppy menarik kursi di samping Lucas dan mendudukkan tubuhnya pelan di sana. Sambil terus tersenyum ia menyingkap roknya sehingga paha mulusnya terpampang di depan Lucas. Poppy sengaja menggoda pria itu. "Tinggal kita berdua di sini. Jadi apa yang akan kita lakukan, Lucas?"Namun, Lucas hanya meliriknya sekilas, tampak tak acuh dan tak tertarik. Ia lalu bertanya dengan dingin pada Poppy. "Apa kau bertemu Lala di toilet?"Poppy bergeleng sambil memayunkan bibirnya sedikit ke depan. "Tidak. Mungkin saja dia diam-diam sudah pulang. Bukankah itu sangat keterlaluan, Lucas?"Lucas mengernyit. "Pulang? Mana mungkin?" gumamnya tak percaya. Biar bagaimanapun gadis itu tidak mungkin pulang sendiri. Jika memang benar, kenapa dia tidak memberitahu Lucas? Lucas hendak beranjak
Chiara langsung bangkit dari sofa begitu melihat Lucas berderap memasuki pintu utama mansion bersama Albert. Ia sudah mengganti dressnya dengan pakaian tidur, dan kini ia berjalan pelan menghampiri Lucas."Lucas, kau baik-baik saja?" Chiara hendak menyentuh pundak Lucas. Tapi, tangannya ditepis dengan kasar oleh Lucas.Tatapan Lucas tajam. "Jangan menyentuhku. Dan jangan muncul di depanku untuk sementara ini," ucapnya dengan nada memperingatkan.Chiara mematung di tempatnya berdiri. Ia menatap kepergian Lucas dalam diam.Lucas menutup pintu keras setelah ia dan Albert memasuki ruang kerjanya yang terletak di samping kamarnya. Lucas menghempaskan tubuhnya ke kursi kulit seraya memijat pelipisnya. "Untung kau datang tepat waktu, Albert. Kalau tidak... entah aku harus bagaimana menghadapi ketakutanku," ucap Lucas diiringi desahan berat.Lucas tadi sempat putus asa ketika terjebak hujan yang seakan tidak ada hentinya. Selain itu, tanpa obat penenang kondisi Lucas semakin buruk. Beruntung
Robert menekuk wajahnya. Ia lalu mengalihkan tatapan ke arah Zyan yang baru saja mengulum senyum saat menatap kepergian Lucas. Setelahnya, pria itu justru membalas tatapan Robert sambil mengedikkan bahu.Sontak Robert menggertakkan gigi. Ia segera menggerakkan tangan demi menjalankan kursi rodanya. Sedangkan Sarah bingung dengan apa yang tengah dilakukan Robert."Sayang, kau mau kemana?" tanyanya. Karena Robert tak meresponnya sama sekali, ia jadi khawatir.Sarah kemudian harus membungkukkan badan berkali-kali demi meminta maaf kepada tamunya karena ia akan menyusul Robert. Lantas, Sarah bergerak cepat untuk membantu mendorong kursi roda Robert."Kau mau pergi kemana, Sayang? Biar aku bantu," desis Sarah."Antarkan aku kepada Zyan," tegasnya.Meskipun bingung, tapi Sarah tetap mengikuti permintaan suaminya tersebut. Mendekat ke posisi Zyan, Robert sudah bersiap-siap."Apa yang kau lakukan sampai adikmu pergi begitu saja, hah?!" gertak Robert langsung.Zyan justru memiringkan senyum. "
"Dad, kau menaruh kamera CCTV mikro di sini?"Pertanyaan Poppy seketika langsung menghentikan perbincangan kedua pria di depannya. Kedua orang itu tampak saling melempar pandang sekarang.Chen Ze kemudian segera melangkahkan kaki untuk memeriksanya. Ia pun jadi sedikit terkejut."Tuan, ada yang mengawasi kita!" celetuk Chen Ze yang membuat napas Franklin tercekat.Franklin mau tak mau berderap mendekat juga. Ingin membuktikan langsung dengan mata kepala sendiri. Setelah mengamati CCTV tersebut, bibirnya tekatup rapat."Sial! Siapa yang melakukannya?! Sejak kapan kamera itu berada di sini!" umpat Franklin kesal. Ia berkacak pinggang dengan sesekali membuang napas gusar.Chen Ze juga terlihat berpikir keras. Ia terdiam selama sepersekian detik sebelum menyebutkan sebuah nama."Menurut Anda, apakah Albert adalah anak Ashley, Tuan?"Mendengar itu, perhatian Franklin akhirnya tersedot kepada Chen Ze juga. Kedua matanya saling mencari-cari jawaban ketika saling berhadapan."Seharusnya kita
Sambil mengatupkan rahangnya, Sarah duduk di jok penumpang belakang dengan tubuh yang menegang. Bahkan pemandangan di sisi kanan dan kirinya tak mampu mengalihkan rasa emosinya. Masih terbayang-bayang olehnya tentang perkataan Poppy tadi pagi."Lucas dan Lala ternyata selama ini membohongi kita, Bu. Mereka hanya menikah secara kontrak."Waktu itu, kedua mata Sarah langsung terbelalak lebar. Rasanya kecewa dibohongi oleh anaknya sendiri. Apalagi itu Lucas.Sarah menggertakkan gigi. Ini semua pasti karena pengaruh gadis miskin itu. Padahal dari dulu, ia membenci Lala sekaligus keluarganya. Ia takut jika Lucas terpengaruh karena pola pikir orang miskin dan keluarganya berbeda. Apalagi sampai tertular penyakit mereka. Bulu kuduk Sarah meremang. Pokoknya, ia sangat anti dengan Lala yang miskin, kotor dan liar.Tak terasa mobil yang ia tumpangi sudah tiba di depan mansion Lucas. Si pegawai membukakan pintu, memberi jalan kepada Sarah. Sekarang wanita itu mendaratkan kakinya dengan yakin.Sa
Pagi buta sekali, dua mobil hitam berkilat meluncur cepat ke salah satu bangunan yang tinggi besar. Bangunan tersebut didominasi oleh dinding warna cream dengan sebagian catnya terkelupas. Sedang di depannya, hanya ada rolling door abu-abu tua yang menggantikan fungsi pintu pada umumnya.Pintu mobil akhirnya terbuka, menampilkan sejumlah pria yang berpakaian serba hitam memasuki bangunan tersebut secara diam dan cepat. Saking heningnya, kaki-kaki mereka tak terdengar menapak tanah.Sebagian dari mereka menjebol pintu samping. Sisanya memasuki bangunan itu dengan memanjat balkon dan menyusup dari atas.Berikutnya, mereka dengan gerakan cepat dan hening menangkap dan membius orang-orang yang ada di dalam. Hanya ada tiga pria dan satu wanita di dalam sana. Lantas pasukan pria yang memakai serba hitam mengumpulkan sejumlah korbannya di dalam gudang yang berisi banyak produk minuman berkarbonasi.Setelah orang-orang ditangkap tersebut siuman, salah satu pria melangkah maju. Menyodorkan seb
Beruntung, Zyan tangkas menangkap tubuh Chiara. Pria itu langsung menggendong Chiara dan melangkahkan kaki cepat menuju ke dalam mansion Lucas.Zyan harus melewati beberapa penjaga dulu. Baru saat Melly muncul di permukaan, Zyan diperbolehkan masuk. Melly mengekor di belakang Zyan sambil memasang ekspresi cemas.Mereka berlari menaiki tangga hingga akhirnya tiba di kamar Chiara. Perlahan Zyan menurunkan Chiara di atas ranjang. Sementara Melly langsung berhambur keluar untuk menghubungi Lucas yang masih berada di kantor.Zyan menumpukan kedua tangan ke permukaan kasur sambil memandang Chiara yang terpejam dan berwajah pucat. Perasaannya campur aduk. Sedih, frustasi dan marah. Ia akhirnya mendengus kasar dan memutuskan untuk berdiri. Begitu Zyan bangkit, Chiara yang masih lemah memanggil Zyan."Zyan…" lirih wanita tersebut hingga membuat langkah Zyan terhenti.Mau tak mau, Zyan berpaling lagi ke arah Chiara. Chiara tampak memijat pelipisnya, lantas membuka kedua mata sayunya perlahan. S
Wajah Lucas merah padam. Ia menggeram karena masa lalu tak mengenakan tersebut akhirnya menghampiri ingatannya kembali. Sejak saat itulah, Lucas tak mau berurusan dengan Zyan lagi. Beruntung waktu itu nyawa Lucas dapat diselamatkan karena Sarah mencari dua anaknya tersebut.Tapi, setelahnya Zyan dihajar habis-habisan oleh Robert. Sementara Sarah hanya tergugu, tak tega melihat anaknya dihajar. Jangan tanya dimana Lucas. Lucas kecil masih terlentang tak berdaya di kamar sambil menjalankan perawatan intensif dari dokter Isaac.Zyan yang waktu itu hanya selisih dua tahun dari Lucas menahan setiap cambukan yang Robert tancapkan ke setiap permukaan kulit hingga menganga, menghasilkan luka seperti terbakar. Zyan mengatupkan rahang. Wajahnya sudah merah padam. Ia bahkan tak bisa menangis lagi. Kedua mata hazelnya tajam memandang lurus. Sedangkan rasa bencinya terhadap Lucas kian bertumbuk."Bisakah kau mencari wanita lain dan itu bukan Chiara?!" sentak Lucas kepada Zyan. Mereka saling berhad
Chiara mengeluarkan seluruh isi perutnya. Setelah mencuci bersih mulut, ia memandangi cermin kecil yang menempel dinding di hadapannya.Chiara menelan saliva saat kedua matanya beradu pada bayangan yang terpantul pada cermin. Cermin yang sebagian sudah retak tersebut secara kejam menjebol tanda tanya besar di benaknya sekarang.Lalu, suara langkah sepasang kaki terdengar tergopoh-gopoh mendatangi Chiara sekarang. Susan mendongak, memandangi Chiara dengan cemas."Sayang, apa kau tidak apa-apa? Apa kau salah makan pagi ini?"Chiara terdiam. Agak gugup jika harus memikirkannya. Kemudian ia buru-buru menggelengkan kepala agar Susan dan Alan tak khawatir."Tidak, Bu. Sepertinya hanya gangguan pencernaan biasa. Nanti juga pasti sembuh sendiri," tukas Chiara enteng.Susan masih memasang raut wajah cemasnya. "Sungguh, Chiara? Kau terlihat sangat pucat sekarang."Chiara mengulurkan kedua tangan demi menjamah bahu ibunya. Kedua matanya menatap lekat Susan. Berusaha mendapat kepercayaan dari wan
"Aku berubah pikiran, Lucas. Mari hentikan sandiwara ini," ungkap Poppy suatu pagi. Sekarang wanita tersebut dengan santai menyesap teh di hadapannya. Berusaha mengabaikan raut wajah kaget yang terpasang pada Lucas.Lucas mengernyit. Memperhatikan Poppy bergerak seenaknya. "Apa maksudmu? Kau akan menyerah?"Poppy menggelengkan kepala. Tangannya meletakkan kembali cangkir teh ke meja. Sedang mulutnya buru-buru menelan cairan teh yang telah terkumpul di rongga mulutnya."Bukan. Tapi, aku rasa perasaanku sudah berubah. Aku jadi jatuh cinta sungguhan padamu, Lucas," aku Poppy gamang. Matanya menatap lurus hingga menembus manik hazel milik Lucas.Napas Lucas tercekat. Jika ia pikir rencananya lancar, maka Poppy sudah menjadi salah satu hambatannya sekarang. Lucas menegakkan tubuhnya."Perjanjian tetaplah perjanjian. Kau harus profesional. Kau melakukan itu agar fasilitasmu tak blokir oleh Franklin. Sedang aku membutuhkan sandiwara ini untuk membungkam Robert. Kau harusnya ingat itu."Poppy
"Maaf ya, Bu. Aku belum bisa menjenguk Ibu dan Ayah. Kakiku masih sakit," ungkap Chiara sedih ketika Susan meneleponnya.[Tidak apa-apa, Sayang. Yang penting kau selalu sehat. Tapi, aku harus berterima kasih banyak kepada Lucas. Ia sudah melindungimu sejauh ini.]Chiara mengulum senyum. Lucas memang sudah berbuat banyak untuk dirinya.[Halo? Kau sekarang pasti sedang tersenyum ya, Sayang. Apa kau menyukai Lucas?]Chiara terhenyak. Kemudian buru-buru menegakkan badan sambil menggeleng. Meski ibunya tak melihat, tapi Chiara refleks menggerakkan tangannya juga."Tidak, Bu. Aku tidak menyukai Lucas sama sekali, kok," tandasnya berbohong. Bagaimanapun hati Lucas tetap untuk saudara kembarnya sendiri.Namun tanpa ia ketahui, Lucas tak sengaja mendengar kalimat itu terucap dari bibirnya. Lucas membeku di tempat. Sebelah tangannya yang memegang box cincin yang telah ia beli tadi pagi terlepas begitu saja.Chiara terkesiap. Ia langsung menoleh untuk memastikan sumber suara tersebut. Namun gera