Arjuna menghela napas sembari menyatukan jemarinya dengan milik Clau. Mencium punggung tangan sedingin es, menyalurkan kehangatan dan kasih sayang agar Clau segera terbangun dari tidur panjang.Hari telah berubah gelap, setiap satu jam sekali tim dokter selalu memeriksa keadaan Nyonya Muda Caldwell. Sampel darah kembali diambil, Arjuna meringis melihat jarum kecil menusuk kulit kesayangan miliknya.“Claudya?” lirih Arjuna memanggil nama sang istri. Jiwa dan raganya kelelahan, tekanan darah Arjuna bahkan sangat rendah. Dia juga mendapat infus agar kondisi tidak menurun drastis. Berselang belasan menit, Arjuna menundukkan kepala pada sisi ranjang, tanpa disadari kelopak matanya terpejam rapat.Tepat tengah malam, tangan pada genggaman Arjuna berubah hangat. Bergerak perlahan mencoba membebaskan diri, lenguhan halus pun keluar dari pita suara Clau. Netranya mengerjap karena cahaya redup dan kilas balik pada kejadian siang tadi di mansion.“Anakku?” cicit Clau mengusap perut rata dan ter
Clau segera menjauhkan diri dari Arjuna. Wajahnya bersemu merah, menunduk malu, rasanya seperti ketangkap basah melakukan tindak kejahatan. Memainkan kesepuluh jari tangan, menghilangkan rasa gugup yang mendadak bersemayam.“Ya ampun kenapa aku bisa menggoda pria itu. Malu sekali.” Gumam Clau.Padahal dirinya dan Arjuna adalah sepasang suami istri yang sah di mata hukum. Telah memiliki tiga orang anak, tetapi Clau belum terbiasa kegiatan pribadinya dilihat orang lain.Sedangkan Arjuna dengan santai dan tenang merengkuh pinggul Clau. Tidak risih pada selang infus yang menghalangi. Bahkan Arjuna sempat tersentak karena rasa nyeri dari jarum bergeser di dalam.“Memangnya Mom tidak mau punya cucu banyak? Aku bisa mewujudkan impian Mom. Aku akan terus menghamili Clau, dan membuatnya terikat denganku, tidak akan pernah bisa lepas.” Kelakar Arjuna mendapat hadiah cubitan panas pada pinggang.“Aw … sakit sayang. Sabar, harus menunggu dua bulan. Setelah itu kita bulan madu dan menitipkan anak-
“Jadi, nona cantik penggemar suamiku itu arsitek?”“Claudya?! Hubungan kami hanya kerja sama, tidak lebih.”“Ya aku tahu. Tapi dia berani masuk ke ruangan kamu. Seandainya aku belum datang, apa kamu tetap mengusirnya juga?”Arjuna mencengkeram setir cukup kuat sembari membuang napas dengan kasar. Ia mengangkat bahu untuk sedikit meregangkan otot, lain halnya bagi Clau itu adalah jawaban. Ketika bibir Arjuna mulai terbuka hendak menanggapi pertanyaan, tangan Clau terangkat.Dua mahkluk ini bergegas keluar kantor setelah jam kerja usai. Sesuai janji, Arjuna membawa Clau menjenguk Elea di rumah sakit. Istri dari Givano itu baru saja melahirkan tadi pagi setelah melewati drama cukup panjang.“Dia cantik juga, badannya sangat bagus. Model banget, dan … dadanya cukup berisi.” Wanita milik Arjuna ini tetap membahas Brigitta, bahkan setelah kendaraan terparkir di area rumah sakit. Bibir Clau tidak lelah mengutarakan kalimat bernada skeptis. Sesekali ia juga melirik suaminya yang lebih banyak
“Untuk apa ke sini? Salah masuk kamar?”Suara lantang ini berasal dari Givano, asisten pribadi Arjuna segera mendekati pintu. Biar saja dianggap tidak sopan karena Givano mengusir tamu yang datang. Lagi pula ia memang tidak mengharapkan kehadiran lelaki itu –secara tidak langsung memberi ancaman.“Tentu menjenguk temanku. Ini kamar rawat Elea ‘kan?” George menoleh ke ruang tamu kecil, tidak lupa tersenyum kepada Clau dan Arjuna, “Kamu di sini juga? Wah bisa kebetulan seperti ini.”Seketika percikan api memenuhi rongga dada, Arjuna dan Givano sama-sama terbakar oleh perasaannya sendiri. Terutama Arjuna, tak bisa menerima bahwa pria yang dulu dikagumi istrinya ada di depan mata. Terlebih mengabaikan kehadirannya sebagai suami Clau.“Ekhem … aku dan istriku datang berdua.” Ucap Arjuna menekankan pada kata ‘istri’. “Tentu. Tuan Muda Caldwell apa kabar? Saya dengar Clau baru saja melahirkan, selamat atas kelahiran bayi kembarnya.” George mengulurkan tangan kepada Arjuna, nahasnya tak ada
Sesampainya di mansion Clau segera melepas pakaian dan menggantinya dengan dress khusus ibu menyusui. Semua atribut yang sebelumnya melekat dan menyempurnakan penampilan kini menghilang. Clau juga tidak lupa menuci tangan, kemudian masuk ke kamar bayi kembarnya.Sedangkan di ujung tangga atas, Arjuna memandang punggung mulus Clau menghilang di balik pintu. Sadar bukan pengantin baru lagi dan tidak bisa menguasai Clau dengan egois. Arjuna terpaksa mengalah demi ketiga buah hati.Setidaknya Clau berhasil menuntaskan permainan walau tergesa-gesa dan rasanya sangat tidak enak. Arjuna tersenyum sebab bidadari yang sukses menjadi ratu di hatinya itu adalah ibu yang baik. Ia segera masuk ke kamar membasuh diri dari keringat yang menempel. Setelah segar dan bersih, Arjuna mengikuti langkah Clau ke kamar bayi. Membuka pintu pelan-pelan, takut mengganggu dua anaknya yang sedang menyusu. “Kamu ke sini? Aku pikir ke ruang kerja.” Bisik Clau lalu menoleh dan menempelkan jari telunjuk pada bibir.
“Pagi sayang.”Clau menekan remote untuk membuka tirai sehingga sinar mentari masuk ke dalam kamar. Menyapa batita gembul yang tidur di tengah antara dirinya dan Arjuna. Semalam Dewa menangis, sulit terlelap lagi sehingga Clau membawa putranya ke kamar utama.Lantas Clau kembali duduk di sisi ranjang membelai rambut Dewa yang berantakan. Mencium pipi montok dan aroma harum khas bangun tidur pada pakaian anaknya. Menyebabkan bayi besar di samping Dewa merengut dan memasang wajah memelas.“Ok Dewa. Kamu berhasil merebut perhatian Mommy termasuk ciuman selamat pagi.”“Arjuna! Tidak boleh cemburu dengan anak. Kamu selalu mendapatkan lebih dari ciuman.”“Ya. Baiklah … aku tidak akan protes selama kamu berlaku adil, jadi … mana untukku?”Clau menganga kecil seraya menggelengkan kepala karena suaminya sangat manja. Ia pun melakukan hal yang sama, memberi kecupan pagi hari kepada Arjuna. Kemudian memangku bocah kecil dan memandikannya sebelum turut mengikuti sarapan bersama keluarga.Ketika C
Dibantu dua pelayan mansion, Clau berjalan perlahan menuju helipad. Manik coklatnya berbinar dan berdegup tak karuan melihat sosok pria di dalam kendaraan, tengah berbincang dengan seseorang. Tentu saja Clau berharap Arjuna di dalam sana, dan memberikan kejutan. Senyum manis dan menggoda telah Clau siapkan untuk suaminya seorang. Namun, semakin dekat dengan badan helikopter, wajah Clau berubah layu dan sedikit kusut.“Pak Givano? Kenapa ada di sini? Bukannya cuti?”“Umm … i-iya Nyonya Muda. Tapi saya diperintahkan Nyonya Besar mengantar Anda ke tujuan. Silakan naik, Tuan Muda Kecil dan adik-adiknya sudah sampai.”“Hah? Cepat sekali, kenapa acaranya mendadak?”Clau naik dan duduk dengan tenang, lalu menggunakan sabuk keselamatan. Menghela napas berat karena semua terlalu aneh, harinya berubah sendu sejak Arjuna memberi kabar lembur bersama Brigitta.Demi memancing suaminya pulang, Clau mengirim foto secantik mungkin kepada Arjuna. Harap-harap cemas menggenggam benda pipih sembari mema
Arjuna memijat pangkal hidung lalu mengusak rambut yang telah rapi menjadi berantakan. Tarikan napasnya begitu kuat seraya menumpu punggung pada sandaran kursi. Ia menyesap minuman beraroma khas dari anggur fermentasi tersebut. Menyapu lembut ibu jari pada bibir glossy itu, Arjuna menelan saliva sebelum menjelaskan kepada Clau. Mencoba mencari susunan kalimat yang tepat agar istri tercinta tidak terbawa emosi.“Katanya, mantan kekasihmu hanya kakakku, ternyata ada seorang lagi.” Clau resmi memberi Brigitta gelar sebagai mantan pacar suaminya. Wanita ini terlalu takut kehilangan, hingga mewaspadai setiap perempuan di sekeliling Arjuna.“Bukan begitu sayang. Aku berpacaran hanya sekali dengan kakak iparku.” Kini Arjuna enggan menyebut nama Clara di hadapan sang istri. “Aku dan Brigitta mengenal sejak lama, kami teman satu sekolah. Belakangan aku tahu kalau dia menyukai Andreas, tetapi pria sialan itu malah mengejar istriku.”“Ternyata menyedihkan juga. Huh, rumit sekali.” Bibir Clau me
Setelah puas menikmati waktu berduaan di bibir pantai, Arjuna dan Clau bergegas kembali ke penginapan terapung. Hari semakin larut dan Arjuna teringat, istrinya belum menyantap makanan apapun. Penampilan Clau sangat berantakan, tidak mengenakan pakaian dalam, hanya kemeja biru kebesaran milik Arjuna. Berjalan tepat di balik punggung, melindungi dari tatapan pengunjung lain.Meskipun sepi Clau tetap tidak nyaman, berkeliaran hanya dengan sehelai pakaian saja. Alhasil tubuh Arjuna yang bertelanjang dada menjadi tameng.“Di sini sepi sayang, tidak ada siapapun. Mereka semua pasti sibuk dengan urusan masing-masing.” Arjuna terkekeh pelan.“Tapi … bagaimana kalau tiba-tiba ada yang keluar dari kamar? Aku malu Arjuna, kenapa melakukannya di luar?” Clau menunduk hingga menambrak punggung kekar sang suami.Ternyata Arjuna menghentikan langkah kaki. Mendengar penyesalan dari mulut Clau membuatnya tersenyum kecil, dan tidak tahan untuk melakukan kegiatan panas lagi. “Bukankah tadi kamu yang me
“Di mana Arjuna dan adik ipar? Kenapa dia lama sekali, jangan-jangan memilih menginap di villa? Ck dasar tidak kompak.” Geram Andreas.“Memangnya kenapa? Biarkan saja, mereka juga bisa datang ke sini sesuka hati, lokasi villanya tidak jauh.”“Tunggu! Dari mana kamu tahu kalau villa Arjuna jaraknya dekat? Apa kalian—“ pikiran Andreas melayang ke segala arah.Clara segera membungkam mulut suaminya, susah payah sebelah tangan bergerak. Ia tidak ingin membuka lembaran masa lalu, baginya sekarang hanya ada Andreas dalam hati bukan pria lain.Apalagi Clara dan Arjuna pernah menjalin kasih selama dua tahun. Dapat dipastikan jika keduanya bepergian berdua, begelung di atas ranjang dan saling menyebut mesra nama pasangan.Seketika wajah Andreas berubah merah padam. Dadanya bergemuruh, tangannya pun mengepal sempurna, isi kepalanya membayangkan hal itu.“Andreas sudahlah itu ‘kan masa lalu, aku juga tidak pernah mempermasalahkan kamu sering membayar wanita lain.” “Tapi Clara, itu beda! Aku mela
“Apa?” pekik Andreas dan Kevin.Keduanya langsung melirik ruang kamar yang cukup sempit. Benar yang dikatakan Arjuna, kamar asing milik Presdir Cwell. Akan tetapi Andreas menyadari sesuatu, mana mungkin Arjuna tidak menyewa presidential suite.“Ini bukan kamarmu!” Andreas melotot dan menunjuk ke segala arah.“Siapa yang melakukan ini?!” Arjuna geleng-geleng kepala membenarkan tanggapan sahabatnya.“Mungkin para istri yang membawa kita ke kamar karena mabuk.” Jawaban Kevin paling masuk akal.Segera Arjuna bangkit dari kasur, merapikan penampilan dan memandang jijik. Sungguh rasanya alergi satu ranjang bersama Andreas dan Kevin, ia melepas jas lalu membersihkan diri dari debu. “Hey, tidak perlu berlebihan!” Andreas berteriak di dalam kamar.“Aku tidak pernah satu ranjang dengan pria kecuali Daddy-ku. Kalian berani sekali! Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Mereka benar-benar meminta hukuman rupanya.” Arjuna mengepalkan tangan tidak sabar bertemu Clau.Arjuna melirik jam tangan, k
Setelah pesta pernikahan yang digelar sederhana hanya mengundang kerabat dekat, Kevin dan Brigitta memisahkan diri. Pasangan baru itu layaknya anak muda yang menikah dadakan, baik pria atau wanita sama-sama canggung.Sejak tadi, Brigitta selalu meremas tangannya. Bahkan kedua kaki tak kuasa berdiri sebab gemetaran, khawatir terjatuh. Begitupun dengan Kevin, memilih mengguyur diri di bawah air dingin, sebagai seorang pria tidak dipungkiri mengharapkan sesuatu.Namun, saat ini jauh berbeda. Suasana tegang belum menghilang, antara takut dan terharu. Setengah jam menghabiskan waktu di kamar mandi, Kevin keluar hanya mengenakan handuk putih. “Umm … Brigitta?” panggil Kevin dengan pemandangan menambah beban kegugupan.Rambut basah Kevin menggoda Brigitta, sayangnya wanita ini tak kuasa untuk bertindak lebih dulu. Cenderung menunggu aksi dari Kevin, layaknya seorang gadis yang baru merasakan indahnya jatuh cinta.“Ya, K-Kevin a-da apa?”“Boleh minta tolong ambilkan bajuku di tas?”“Oh, ya …t
Dua minggu kemudian.Hamparan bunga beraneka warna menghiasi ballroom hotel, pengantin pria sedang menanti calon istrinya. Kevin berdiri tegak, kemeja putih tertutup tuksedo hitam melekat sempurna pada tubuh atletis. Didampingi oleh Arjuna dan Andreas, lelaki itu mengalami ketegangan luar biasa. Usianya hampir menginjak 40 tahun tetapi tidak membuat Kevin tetap tenang. Apalagi semalam menerima kabar dari calon mertua, bahwa Brigitta demam.Ingin rasanya Kevin terbang ke rumah calon istri. Tetapi apa daya, dua sahabatnya ini menahan, mereka melarang Kevin bepergian, demi menjaga keamanan.“Kau bisa diam tidak?” Andreas mendengus di telinga Kevin.“Kenapa Brigitta belum datang?” pandangan Kevin selalu tertuju ke pintu utama.“Tenanglah! Brigitta baik-baik saja. Clau bilang mereka sebentar lagi tiba. Sabar sedikit, kalian sudah memiliki anak remaja tetapi seperti baru pertama kali merayakan cinta.” Cibir Arjuna mengepalkan tinju pada lengan sahabatnya.Ketiga pria itu berada di altar per
“Umm … terima kasih Mom. Aku pikir Mommy sibuk, soalnya Daddy bilang kalau hari ini ada rapat penting.”“Daddy bohong! Mom tidak sibuk. Apapun demi Karen, Mom bangga sayang, kamu benar-benar hebat. Selamat ya berhasil menjadi juara dua, ini hadiah untuk Karen.”“Aku sayang Mommy. Wah, baju berenangnya bagus.” Karen memeluk Brigitta dari belakang, melingkarkan lengan ke dada ibunya.Pemandangan mengharukan bagi Kevin. Sebentar lagi keinginan Karen terwujud, setiap hari bisa melihat Brigitta, bahkan bermain bersama. Baik Kevin atau Brigitta sama-sama berkomitmen memberikan yang terbaik, mereka menebus hilangnya waktu di masa lalu.“Sekarang kita mau ke mana Dad? Boleh makan malam di luar?”“Iya, tapi ke salon dulu. Kita makan malam bersama kakek dan nenek.” Kevin tampak santai dan tak acuh.Sedangkan Brigitta dan Karen menegang, tidak menyangka pertemuan kurang dari tiga jam lagi. Brigitta menelan saliva, mencoba mengutarakan isi hati. Takut ayahnya bertindak sewenang-wenang, apalagi Kar
Di kantor, Ayah Brigitta terdiam memandangi berkas berisi laporan bahwa lebih dari 50% saham perusahaannya dibeli oleh satu orang. Pria itu penasaran akan sosok pahlawan yang berhasil menyelamatkan usaha keluarga. Berulang kali mengucap syukur atas keberutungan yang tak terduga. “Siapa orang ini, apa kalian tidak bisa mencari tahu?” Ayah Brigitta menemui manajer keuangan.“Tidak Pak. Sepertinya Beliau pengusaha muda yang menjaga informasi pribadi. Kami juga terkejut karena mendadak asisten pribadinya datang.”“Pasti dia ingin menguasai perusahaanku. Sudahlah yang penting tidak bangkrut. Hubungi asisten pribadinya, aku ingin mengucapkan terima kasih.”Manajer keuangan itu mengangguk, kemudian keluar dari ruang pimpinan utama. Sedangkan Ayah Brigitta melupakan berita pagi yang mengejutkan. Seluruh perhatian tercurah pada usaha milik keluarga.Namun, niatnya untuk menikahkan Brigitta kepada seorang pria kaya tak pernah surut. Dia ingin perusahaan memiliki dukungan dari banyak pihak, sehi
Brigitta termangu, tubuhnya bergeming, gulungan kertas berisi ide tak dihiraukan. Pandangannya tetap lurus ke depan, lantas melirik kebun bunga. Dadanya terasa nyeri bagai dihantam bongkahan batu es, suhu badannya pun berubah dingin.“Brigitta? Kamu melamun?” Kevin berdiri dengan gagah di depan ibu dari anaknya ini. Sekarang Brigitta merasa rendah diri, tidak layak bersanding bersama Kevin. Roda kehidupan berputar sangat cepat, ia menyakini bahwa calon ibu sambung Karen adalah rekan bisnis Kevin. Selain fisik yang menggoda, Kevin memiliki pesona tersendiri. Tatapan teduhnya mampu menyihir orang, dia juga seorang pekerja keras.“K-Kevin. Umm … ini milikmu?” “Ya, sebenarnya aku sudah lama membeli tanah di sini, mungkin tiga tahun lalu. Tapi belum mempunyai uang untuk mendirikan rumah. Dan ya, sebentar lagi impian itu terwujud.”“Umm … selamat ya.” Brigitta segera menyadari statusnya, lantas menurunkan posisi tubuh, merapikan berkas berisi desain. “M-maaf, aku bisa mencetaknya dengan
“Umm … Kevin, terima kasih atas tumpangannya, kalau begitu aku masuk dulu ke dalam.” Brigitta menelan saliva yang terasa pekat, ia tidak kuasa menahan beban tubuh. Hari-hari ohnya sangat tragis, megetahui Kevin akan menikah menghapus harapan untuk bersama lelaki itu suatu hari nanti.“Ya, jangan begadang Brigitta. Kamu harus tetap sehat.” Kevin melengkungkan senyum, ingin rasanya membelai pipi lembut itu. Tetapi harus menyelesaikan permasalahan yang ada.Kendaraan roda empat milik Kevin menghilang dari hadapan Brigitta. Melesat cepat menuju tujuan akhir, sebab tidak ada waktu lagi. Semua terpaksa Kevin lakukan, demi memberi kebahagiaan untuk semua orang, ya menggunakan cara licik memang tidak baik.Namun, Kevin tidak bisa hidup sendiri. Keinginannya sebagai pria untuk memiliki Brigitta sangatlah besar. Hari ini juga, rencana yang telah disusun oleh Arjuna dituntaskan.Selama perjalanan, Kevin menghubungi asisten pribadinya. Raut wajah sangat serius menyampaikan setiap untaian kata.“