Arjuna memijat pangkal hidung lalu mengusak rambut yang telah rapi menjadi berantakan. Tarikan napasnya begitu kuat seraya menumpu punggung pada sandaran kursi. Ia menyesap minuman beraroma khas dari anggur fermentasi tersebut. Menyapu lembut ibu jari pada bibir glossy itu, Arjuna menelan saliva sebelum menjelaskan kepada Clau. Mencoba mencari susunan kalimat yang tepat agar istri tercinta tidak terbawa emosi.“Katanya, mantan kekasihmu hanya kakakku, ternyata ada seorang lagi.” Clau resmi memberi Brigitta gelar sebagai mantan pacar suaminya. Wanita ini terlalu takut kehilangan, hingga mewaspadai setiap perempuan di sekeliling Arjuna.“Bukan begitu sayang. Aku berpacaran hanya sekali dengan kakak iparku.” Kini Arjuna enggan menyebut nama Clara di hadapan sang istri. “Aku dan Brigitta mengenal sejak lama, kami teman satu sekolah. Belakangan aku tahu kalau dia menyukai Andreas, tetapi pria sialan itu malah mengejar istriku.”“Ternyata menyedihkan juga. Huh, rumit sekali.” Bibir Clau me
Tiga tahun kemudian.“Mommy?”“Sayang?”Keduanya saling menatap tajam, iris abu-abu itu sama-sama tak ingin mengalah. Baik Arjuna atau Dewa selalu merepotkan Clau pagi hari. Bersaing mendapat perhatian dari ratu di hati, berlomba mencari dan menghampiri Clau.Wanita cantik berambut coklat kehitaman sedang mendandani Calantha dan Claira. Meskipun masing-masing memiliki pengasuh, Clau tetap merawat anaknya, tak ingin kehilangan momen. “Aku duluan Dad!” seru Dewa.“Tidak bisa, Mommy milik Daddy!” balas Arjuna tak kalah sengit.Dewa merengut sembari memegang dasi di tangan kanan. Bibirnya maju tetapi tidak mengurangi kadar ketampanan sebagai siswa taman kanak-kanak. Menghentak kaki sebagai wujud protes sebab Arjuna menjulurkan lidah karena berhasil sampai lebih dulu.“Daddy curang! Huh.”“Hey, jagoan … kita lomba lari, Daddy menang dan kamu tertinggal di belakang, memangnya Daddy curang apa?”“Sudahlah! Kalian itu setiap pagi selalu bertengkar. Memangnya tidak bosan?” Clau tersenyum sele
“Benarkah?” sahut Dewa menatap tidak percaya kepada Arjuna diikuti tatapan menghunus tajam.“Iya aku li—“Calantha tidak jadi menuntaskan kalimatnya. Lantaran mendapat pandangan peringatan dari Arjuna dan kakeknya. Bibir cerewetnya bungkam kemudian melirik Clau dan Arjuna secara bergantian.Selesai sarapan ketiga bocah itu kompak memeluk Clau, mencium pipi dan kening serta membelai sayang wajah teduh Mommy-nya. Clau membalas satu per satu wujud kasih sayang, ia mengantar ketiga anak itu masuk ke mobil di temani pengasuh. Melambaikan tangan karena buah hatinya harus menjalani pendidikan, teriakan suara cempreng terdengar dari ketiganya. “Aku sayang Mommy.”“Aku mencintai Mommy.”“Tunggu aku pulang Mommy.”Mobil hitam mengkilat itu diikuti dua kendaraan pengawal pribadi. Arjuna benar-benar mempersiapkan pengamanan super ketat bagi pewarisnya. Ia tidak mengijinkan orang asing atau jahat menyentuh ujung rambut.Clau menolehkan sedikit kepala sebab mendadak dipeluk dari belakang oleh Arj
“Mommy, kita mencari Mommy ke mana-mana.”“Mom tahu tidak kalau Daddy marah-marah terus?”“Kita tunggu di mansion, Mom belum pulang juga. Akhirnya Daddy ajak kita jalan-jalan sekaligus cari Mommy.”Suara ketiga bocah itu bergantian memberi keterangan kepada Clau. Mereka menggebu karena bahagia, setelah pencarian panjang membuahkan hasil.“Oh iya, apa ini rumah masa kecil Mommy?” Calantha melirik langit-langit dan dinding penuh hiasan kerajinan tangan.“Ya sayang, sejak kecil Mom tinggal di sini. Sebelum bertemu Daddy. Ngomong-ngomong di mana Daddy?”Cukup lama perbincangan mereka, tetapi Arjuna tak kunjung menginjakkan kaki ke dalam. Clau mengedarkan pandangan ke belakang tubuh anak-anaknya. Bahkan cahaya di luar rumah yang sedikit terang tak mampu menemukan setitik bayangan suaminya.Lelaki kharismatik itu lebih memilih menyandarkan punggung pada jok mobil. Tangan Arjuna sibuk menggulir layar, enggan masuk karena tahu di dalam sana terdapat masa lalu.Arjuna tidak ingin kakak iparnya
Sepuluh hari berlalu, Arjuna memboyong keluarga besarnya mengunjungi Pulau Bali. Tidak hanya sekadar liburan, tetapi ia menyambangi makam mendiang kakek dan neneknya –mendiang orang tua Nyonya Besar Caldwell. Sekaligus bertemu dengan sanak saudara jauh dari Laras. Arjuna jarang sekali pulang karena kesibukan menuntut waktu. Untuk kali ini memanfaatkan momen liburan musim panas, memperkenalkan anak-anak pada asal usul orang tua. Agar lebih leluasa melakukan aktifitas, Arjuna membayar satu villa megah dengan pemandangan langsung di hadapkan pada pesisir pantai. Sejak hari pertama antusiasme Dewa dan kedua adiknya sangat kental.Ketiga bocah itu berlarian di atas pasir putih, menggiring Clau bermain air dan berenang. Tidak ketinggalan Arjuna yang mengabadikan kebersamaan ibu dan anak itu.“Hey kalian. Lihat ke sini!”Namun, bibir Arjuna maju beberapa senti kemudian melihat penampilan Clau yang jauh lebih menggemaskan. Ia menghela napas ketika menyadari mata pria lain memandangi Clau pe
Wajah Arjuna teramat memelas dan mencekal pergelangan tangan Clau. Melirik pintu yang terus mengeluarkan bunyi, dan menggelengkan kepala tidak mengizinkan Clau membukanya.“Sayang aku mohon. Bagaimana dengannya? Kamu tega?” lirih Arjuna.Sehingga Clau bimbang untuk melangkah, bahkan tubuhnya masih polos. Clau menggigit bibir bawah dan menghela napas, lalu menelan air liur yang terasa pekat. Ia mengurungkan niat untuk membuka pintu kamar.Tetapi ketukan keras dari luar tidak bisa berhenti, Clau yakin ketiga anaknya menunggu di balik pintu. Clau mengecup bibir Arjuna yang cemberut dan membelai sayang pada bukti gairah di bawah sana.“Maaf … nanti malam ya, aku tidak nyaman kalau pintunya terus diketuk begini.”Sekarang suara berisik diiringi teriakan dari para malaikat kecil. Dewa memanggil Mommy-nya paling keras, disusul adik-adik yang merengek. Clau beranjak dari sofa, segera menyambar kaos hitam kebersaran milik Arjuna. Menutupi kulit mulusnya sebatas paha, lantas membuka kecil pint
“Arjuna? Arjuna?” panggil Clau dengan suara serak khas bangun tidur.Ketika tangannya hendak memeluk sang suami, ternyata sisi ranjang kosong dan dingin. Pertanda Arjuna telah lama turun dari atas kasur. Clau segera mencari keberadaan lelaki itu, ke kamar mandi, balkon bahkan halaman villa.Namun, karena penjaga villa belum datang. Sehingga Clau tidak bisa bertanya kepada siapapun. Hari masih cukup gelap untuk pergi menjauh, ia juga tidak ingin mengambil resiko. Bayang-bayang Andreas mengincar di luar sana melekat kuat.Clau mengeratkan kimono dan membalik tubuh, merogoh saku dan mengetik pesan kepada Givano. Mempertanyakan keberadaan suaminya, yakin sekali bahwa Givano mengetahui di mana Arjuna saat ini.“Mommy?” panggil Dewa di depan pintu kamar.“Hey sayang, kenapa sudah bangun. Hari masih gelap, ayo tidur lagi.”“Mau sama Mommy. Aku mimpi seram Mom, huh takut.”Bergegas menggendong bocah kecil ini dan membawanya ke kamar. Clau menempelkan telunjuk agar Dewa tidak berisik, sebab ked
“Ya sayang sebentar. Tidak lama ‘kan? Lebih baik sekarang kita olahraga. Ayo Dewa!” Arjuna meraih tangan kecil putra kesayangan. Keduanya berjalan mendahului Clau. Sengaja Arjuna menghindar dari pertanyaan Clau.Menurut Arjuna, sang istri tidak perlu tahu jika Andreas berubah dan menyesali perbuatannya. Sekarang, tugasnya melindungi Clau dan anak-anak.Kehadiran ketiga malaikat kecil menyempurnakan hidup Arjuna. Membuat Clau semakin terikat dan berpikir ribuan kali jika ingin melakukan hal nekat.“Tidak … tidak, aku tidak perlu tahu apa yang mereka bicarakan. Kubur rasa penasaran, aku tidak ingin menemui pria itu lagi.” Bibir Clau berkata pelan dan penuh keyakinan.Lantas segera mengikuti langkah kaki Arjuna ke tepi pantai. Pria gagah itu menggendong Dewa di pundak, dan berlari kecil sembari tertawa. “Mommy? Ayo sini!” teriak suara cempreng.Arjuna yang melihat Clau mendekat, spontan mengulurkan tangan. Kemudian menyatukan jemari dan berjalan pelan-pelan menanti mentari terbit dengan
Setelah puas menikmati waktu berduaan di bibir pantai, Arjuna dan Clau bergegas kembali ke penginapan terapung. Hari semakin larut dan Arjuna teringat, istrinya belum menyantap makanan apapun. Penampilan Clau sangat berantakan, tidak mengenakan pakaian dalam, hanya kemeja biru kebesaran milik Arjuna. Berjalan tepat di balik punggung, melindungi dari tatapan pengunjung lain.Meskipun sepi Clau tetap tidak nyaman, berkeliaran hanya dengan sehelai pakaian saja. Alhasil tubuh Arjuna yang bertelanjang dada menjadi tameng.“Di sini sepi sayang, tidak ada siapapun. Mereka semua pasti sibuk dengan urusan masing-masing.” Arjuna terkekeh pelan.“Tapi … bagaimana kalau tiba-tiba ada yang keluar dari kamar? Aku malu Arjuna, kenapa melakukannya di luar?” Clau menunduk hingga menambrak punggung kekar sang suami.Ternyata Arjuna menghentikan langkah kaki. Mendengar penyesalan dari mulut Clau membuatnya tersenyum kecil, dan tidak tahan untuk melakukan kegiatan panas lagi. “Bukankah tadi kamu yang me
“Di mana Arjuna dan adik ipar? Kenapa dia lama sekali, jangan-jangan memilih menginap di villa? Ck dasar tidak kompak.” Geram Andreas.“Memangnya kenapa? Biarkan saja, mereka juga bisa datang ke sini sesuka hati, lokasi villanya tidak jauh.”“Tunggu! Dari mana kamu tahu kalau villa Arjuna jaraknya dekat? Apa kalian—“ pikiran Andreas melayang ke segala arah.Clara segera membungkam mulut suaminya, susah payah sebelah tangan bergerak. Ia tidak ingin membuka lembaran masa lalu, baginya sekarang hanya ada Andreas dalam hati bukan pria lain.Apalagi Clara dan Arjuna pernah menjalin kasih selama dua tahun. Dapat dipastikan jika keduanya bepergian berdua, begelung di atas ranjang dan saling menyebut mesra nama pasangan.Seketika wajah Andreas berubah merah padam. Dadanya bergemuruh, tangannya pun mengepal sempurna, isi kepalanya membayangkan hal itu.“Andreas sudahlah itu ‘kan masa lalu, aku juga tidak pernah mempermasalahkan kamu sering membayar wanita lain.” “Tapi Clara, itu beda! Aku mela
“Apa?” pekik Andreas dan Kevin.Keduanya langsung melirik ruang kamar yang cukup sempit. Benar yang dikatakan Arjuna, kamar asing milik Presdir Cwell. Akan tetapi Andreas menyadari sesuatu, mana mungkin Arjuna tidak menyewa presidential suite.“Ini bukan kamarmu!” Andreas melotot dan menunjuk ke segala arah.“Siapa yang melakukan ini?!” Arjuna geleng-geleng kepala membenarkan tanggapan sahabatnya.“Mungkin para istri yang membawa kita ke kamar karena mabuk.” Jawaban Kevin paling masuk akal.Segera Arjuna bangkit dari kasur, merapikan penampilan dan memandang jijik. Sungguh rasanya alergi satu ranjang bersama Andreas dan Kevin, ia melepas jas lalu membersihkan diri dari debu. “Hey, tidak perlu berlebihan!” Andreas berteriak di dalam kamar.“Aku tidak pernah satu ranjang dengan pria kecuali Daddy-ku. Kalian berani sekali! Jangan sampai kejadian ini terulang lagi. Mereka benar-benar meminta hukuman rupanya.” Arjuna mengepalkan tangan tidak sabar bertemu Clau.Arjuna melirik jam tangan, k
Setelah pesta pernikahan yang digelar sederhana hanya mengundang kerabat dekat, Kevin dan Brigitta memisahkan diri. Pasangan baru itu layaknya anak muda yang menikah dadakan, baik pria atau wanita sama-sama canggung.Sejak tadi, Brigitta selalu meremas tangannya. Bahkan kedua kaki tak kuasa berdiri sebab gemetaran, khawatir terjatuh. Begitupun dengan Kevin, memilih mengguyur diri di bawah air dingin, sebagai seorang pria tidak dipungkiri mengharapkan sesuatu.Namun, saat ini jauh berbeda. Suasana tegang belum menghilang, antara takut dan terharu. Setengah jam menghabiskan waktu di kamar mandi, Kevin keluar hanya mengenakan handuk putih. “Umm … Brigitta?” panggil Kevin dengan pemandangan menambah beban kegugupan.Rambut basah Kevin menggoda Brigitta, sayangnya wanita ini tak kuasa untuk bertindak lebih dulu. Cenderung menunggu aksi dari Kevin, layaknya seorang gadis yang baru merasakan indahnya jatuh cinta.“Ya, K-Kevin a-da apa?”“Boleh minta tolong ambilkan bajuku di tas?”“Oh, ya …t
Dua minggu kemudian.Hamparan bunga beraneka warna menghiasi ballroom hotel, pengantin pria sedang menanti calon istrinya. Kevin berdiri tegak, kemeja putih tertutup tuksedo hitam melekat sempurna pada tubuh atletis. Didampingi oleh Arjuna dan Andreas, lelaki itu mengalami ketegangan luar biasa. Usianya hampir menginjak 40 tahun tetapi tidak membuat Kevin tetap tenang. Apalagi semalam menerima kabar dari calon mertua, bahwa Brigitta demam.Ingin rasanya Kevin terbang ke rumah calon istri. Tetapi apa daya, dua sahabatnya ini menahan, mereka melarang Kevin bepergian, demi menjaga keamanan.“Kau bisa diam tidak?” Andreas mendengus di telinga Kevin.“Kenapa Brigitta belum datang?” pandangan Kevin selalu tertuju ke pintu utama.“Tenanglah! Brigitta baik-baik saja. Clau bilang mereka sebentar lagi tiba. Sabar sedikit, kalian sudah memiliki anak remaja tetapi seperti baru pertama kali merayakan cinta.” Cibir Arjuna mengepalkan tinju pada lengan sahabatnya.Ketiga pria itu berada di altar per
“Umm … terima kasih Mom. Aku pikir Mommy sibuk, soalnya Daddy bilang kalau hari ini ada rapat penting.”“Daddy bohong! Mom tidak sibuk. Apapun demi Karen, Mom bangga sayang, kamu benar-benar hebat. Selamat ya berhasil menjadi juara dua, ini hadiah untuk Karen.”“Aku sayang Mommy. Wah, baju berenangnya bagus.” Karen memeluk Brigitta dari belakang, melingkarkan lengan ke dada ibunya.Pemandangan mengharukan bagi Kevin. Sebentar lagi keinginan Karen terwujud, setiap hari bisa melihat Brigitta, bahkan bermain bersama. Baik Kevin atau Brigitta sama-sama berkomitmen memberikan yang terbaik, mereka menebus hilangnya waktu di masa lalu.“Sekarang kita mau ke mana Dad? Boleh makan malam di luar?”“Iya, tapi ke salon dulu. Kita makan malam bersama kakek dan nenek.” Kevin tampak santai dan tak acuh.Sedangkan Brigitta dan Karen menegang, tidak menyangka pertemuan kurang dari tiga jam lagi. Brigitta menelan saliva, mencoba mengutarakan isi hati. Takut ayahnya bertindak sewenang-wenang, apalagi Kar
Di kantor, Ayah Brigitta terdiam memandangi berkas berisi laporan bahwa lebih dari 50% saham perusahaannya dibeli oleh satu orang. Pria itu penasaran akan sosok pahlawan yang berhasil menyelamatkan usaha keluarga. Berulang kali mengucap syukur atas keberutungan yang tak terduga. “Siapa orang ini, apa kalian tidak bisa mencari tahu?” Ayah Brigitta menemui manajer keuangan.“Tidak Pak. Sepertinya Beliau pengusaha muda yang menjaga informasi pribadi. Kami juga terkejut karena mendadak asisten pribadinya datang.”“Pasti dia ingin menguasai perusahaanku. Sudahlah yang penting tidak bangkrut. Hubungi asisten pribadinya, aku ingin mengucapkan terima kasih.”Manajer keuangan itu mengangguk, kemudian keluar dari ruang pimpinan utama. Sedangkan Ayah Brigitta melupakan berita pagi yang mengejutkan. Seluruh perhatian tercurah pada usaha milik keluarga.Namun, niatnya untuk menikahkan Brigitta kepada seorang pria kaya tak pernah surut. Dia ingin perusahaan memiliki dukungan dari banyak pihak, sehi
Brigitta termangu, tubuhnya bergeming, gulungan kertas berisi ide tak dihiraukan. Pandangannya tetap lurus ke depan, lantas melirik kebun bunga. Dadanya terasa nyeri bagai dihantam bongkahan batu es, suhu badannya pun berubah dingin.“Brigitta? Kamu melamun?” Kevin berdiri dengan gagah di depan ibu dari anaknya ini. Sekarang Brigitta merasa rendah diri, tidak layak bersanding bersama Kevin. Roda kehidupan berputar sangat cepat, ia menyakini bahwa calon ibu sambung Karen adalah rekan bisnis Kevin. Selain fisik yang menggoda, Kevin memiliki pesona tersendiri. Tatapan teduhnya mampu menyihir orang, dia juga seorang pekerja keras.“K-Kevin. Umm … ini milikmu?” “Ya, sebenarnya aku sudah lama membeli tanah di sini, mungkin tiga tahun lalu. Tapi belum mempunyai uang untuk mendirikan rumah. Dan ya, sebentar lagi impian itu terwujud.”“Umm … selamat ya.” Brigitta segera menyadari statusnya, lantas menurunkan posisi tubuh, merapikan berkas berisi desain. “M-maaf, aku bisa mencetaknya dengan
“Umm … Kevin, terima kasih atas tumpangannya, kalau begitu aku masuk dulu ke dalam.” Brigitta menelan saliva yang terasa pekat, ia tidak kuasa menahan beban tubuh. Hari-hari ohnya sangat tragis, megetahui Kevin akan menikah menghapus harapan untuk bersama lelaki itu suatu hari nanti.“Ya, jangan begadang Brigitta. Kamu harus tetap sehat.” Kevin melengkungkan senyum, ingin rasanya membelai pipi lembut itu. Tetapi harus menyelesaikan permasalahan yang ada.Kendaraan roda empat milik Kevin menghilang dari hadapan Brigitta. Melesat cepat menuju tujuan akhir, sebab tidak ada waktu lagi. Semua terpaksa Kevin lakukan, demi memberi kebahagiaan untuk semua orang, ya menggunakan cara licik memang tidak baik.Namun, Kevin tidak bisa hidup sendiri. Keinginannya sebagai pria untuk memiliki Brigitta sangatlah besar. Hari ini juga, rencana yang telah disusun oleh Arjuna dituntaskan.Selama perjalanan, Kevin menghubungi asisten pribadinya. Raut wajah sangat serius menyampaikan setiap untaian kata.“