Naftalie tak bisa menemukan kimono atau gaun tidur yang lebih sopan seperti kemarin, sehingga tadi dia mengenakan lingerie yang seksi berwarna merah yang sangat kekurangan bahan.Entah kenapa lemarinya baju tidurnya berubah isi, kini semua baju tidurnya kurang bahan.“Apa Ed tahu kalau kami belum unboxing, sehingga dia ganti semua isi lemari?” erang Naftalie sambil mengambil satu gaun tidur berwarna merah.Saat Naftalie masuk ke kamar tidur, pria itu sudah duduk di atas tempat tidur. Pria itu segera membuang muka saat Naftalie masuk.Wanita itu segera beranjak menuju meja rias untuk mulai melepaskan perhiasan dan riasan wajahnya.Suasana hening membuat Naftalie merasa canggung. Berulang kali wanita itu melirik ke arah suaminya tapi pria itu malah sibuk dengan handphone. Akhirnya sambil mendesah setelah selesai membersihkan wajahnya, wanita itu berjalan menuju sofa.“Kamu mau ke mana?” tanya Jacob tiba-tiba membuat Naftalie menahan langkahnya. “Tidur.” Wanita itu menjawab dengan suara
Debar jantung terasa menyesakkan dada. Wanita itu menatap keperkasaan yang kini dia pegang. “Oh … gede banget!” erangnya takut dalam hati. Melihat wanita itu enggan, Jacob mengeram kesal dan mendorong keperkasaannya ke bibir wanita itu yang terbuka.Naftalie merasa mau muntah saat pria itu terus mendorong keperkasaannya masuk ke dalam mulut Naftalie. Terlalu besar dan terlalu panjang, rasanya tak mungkin bisa masuk semua ke tenggorokan.“Hoek …” Naftalie akhirnya tak kuat dan mendorong suaminya. Pria itu sudah gila memasukkan pentungan ke dalam tenggorokannya. “Aku … nggak muat, Jake” erang Naftalie sambil membersihkan mulutnya dengan punggung tangannya. Wanita itu menatap Jake dengan takut-takut.Tapi di luar dugaan, senyuman kebanggaan muncul di wajah pria itu. “Memang, beda ya sama pria-pria mu yang dulu?” geram pria itu mengejek sambil mengelus rambut Naftalie.Naftalie mau menggeleng untuk mengatakan kalau dia belum pernah melakukan semua ini dengan orang lain tapi, suaminya su
Tatapan Naftalie masih cepat pada keperkasaan suaminya. Rasa pedih dan panas mengalahkan semua gelora yang tadi Naftalie rasakan. Pelan-pelan namun pasti hati Naftalie semakin terasa sakit, karena suaminya masih juga tidak percaya kalau dia masih suci.Memang dia sudah bisa dianggap murahan karena dibeli dengan hutang-hutang papanya, tetapi Naftalie masih suci. Kekasihnya hanyalah Jason, dan pria itu sangat menghormati dirinya. Tak seperti kakaknya yang menganggapnya seperti alat pembuat bayi.“Sakit … “ erang Naftalie sambil menyentuh dirinya sendiri. Wanita itu merasa malu karena kini sekujur tubuhnya polos tanpa ada sehelai benang.“Kamu dah siap kok,” ujar Jacob seakan membela dirinya karena telah memaksa Naftalie untuk menerimanya. Keperkasaannya tadi.“Tapi tetap sakit,” erang Naftalie dengan suara manja. Wanita itu terkesiap ketika mendengar suaranya tadi. Dia sama sekali tak ada maksud untuk bermanja- manja dengan Jacob, tapi nyatanya suara yang keluar dari dirinya terdenga
Pria itu kini tak menahan dirinya. Pria itu mulai mendorong semakin dalam. Naftalie merasa dirinya benar- benar terbelah. “Jacob! Aaah Jacob!” pekik Naftalie menjerit kesakitan. Wanita itu memeluk dan menatap suaminya sambil memohon agar Jacob berhenti. “Argh!” Jacob memegang pinggul Naftalie dan mulai menghentak wanita itu dengan lebih cepat, mengabaikan permohonan istrinya. Seharusnya dia bisa lebih lama, tapi kalau Naftalie terus mencengkram seperti itu, Jacob pasti tak akan kuat. Wanita ini rasanya luar biasa. Jacob belum pernah bersama dengan wanita yang suci. Baru kali ini dia merasakan dirinya dicengkram sekuat ini. Napas Jacob semakin memburu ketika jantungnya memompa dengan cepat. Jeritan dan pekikan sensual yang keluar dari bibir Naftalie membuat Jacob semakin menggila. Wanita ini seksi sekali. Kedua gunung kenyalnya yang pas ditangan berguncang seirama hentakan pria itu. Jacob merasa keperkasaannya terasa mau meledak, dia hampir tak bisa menahannya lagi. “Ohh tahan d
Jacob berlari kencang untuk menemukan adiknya. Semua berita yang dia dengar itu tak mungkin. Ini pasti hanya akal- akalan dari si nenek sihir itu! Napasnya terengah-engah, dadanya terasa sesak karena masih menolak berita yang dia terima. Bunyi sepatunya berdecit ketika sampai di depan pintu kamar rumah sakit. Pria tampan itu segera membuka pintu dan melihat kain putih sudah ditarik menutupi wajah adiknya. “JASON!” panggilnya segera menyeruak puluhan suster dan dokter yang mengerubungi tempat tidurnya. Dia menarik kain yang menutupi wajah adiknya dan mengguncangkan tubuh pria itu. Tapi tentu saja semua sudah terlambat. Adiknya yang berumur 4 tahun lebih muda darinya sudah pergi selamanya.Awalnya, Jacob sangat membenci adiknya itu. Mereka bertemu saat Jacob berumur 13 tahun. Jason yang masih berumur sembilan tahun waktu itu selalu mengikutinya kemana saja. Namun, seiring waktu, kelakuan adiknya yang menyebalkan itu, membuat Jacob melunak dan sangat menyayangi adiknya itu. Dia menjad
Perpustakaan di rumahnya adalah salah satu tempat kesukaan bagi Jacob kecil. Dia sering menghabiskan waktu di situ bersama mamanya. Selena Adalah seorang pemain piano yang handal. Walau bukan dari kalangan mereka, tetapi untuk permainan piano, mamanya Jacob ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan senyuman tipis yang di bibirnya, wanita itu sering memainkan lagu yang indah untuk Jacob. Setelah memainkan beberapa lagu, Selena biasanya membawa Jacob ke sofa lalu membacakan cerita agar Jacob tidur siang.Semua itu, adalah masa-masa yang indah dalam hidup pria itu. Di saat Jacob memiliki keluarga utuh, papa mama yang saling mencintai dan mencintai dirinya. Sayangnya, masa itu adalah masa yang sangat singkat. Hanya empat tahun saja, Jacob merasakan kebahagiaan memiliki keluarga yang lengkap. Tak lama mamanya jatuh sakit, dari dulu wanita itu memang sering sakit-sakitan namun kali ini sakit parah mengambil nyawanya. Sejak itu piano besar di perpustakaan ini tidak pernah berd
Walau tidak mengerti apa yang dimaksud dengan siap-siap, Naftalie ikut keluar dari perpustakaan itu saat Jacob keluar. Namun ketika pria itu mulai melangkah ke kamar mereka, tiba- tiba saja Jacob memutar tubuhnya sehingga mengakibatkan Naftalie menabrak tubuh suaminya. “Kamu ngapain sih?” bentak Jacob sambil menatap Naftalie seakan wanita itu adalah kecoa. “Aku … aku,-” “Hais, aku mau mandi! Ngapain kamu ikut-ikut? Sana sarapan gih!” omel Jacob dengan kesal. Bersentuhan kembali dengan wanita itu membuat tubuhnya merasa panas. Suatu kesalahan besar menciumnya lagi tadi. Bola mata hijau dengan semburat emas itu kembali membesar karena kaget mendengar ucapannya. Pipinya bersemu merah dan bibirnya sedikit terbuka. Cantik, Naftalie sangat cantik, dan semua itu membuat hati Jacob bergetar. Ini salah! “Jangan ikuti aku!” geramnya kasar lalu segera pergi ke kamar sedangkan Naftalie berdiri mematung menatap punggung lebar suaminya menjauh. Wanita itu mendesah dengan bingung. Lagi- lagi
“Su- subur?” gagap Naftalie sambil segera menutup kembali sup yang tadi sudah membuat air liurnya muncul.“Menurut artikel 4.3 tuan dan nyonya harus rutin minum sup kesuburan ini sampai kelahiran bayi setelah melakukan malam pertama,” jawab Ed dengan kening dipenuhi keringat. Wajah bulatnya terlihat takut.Namun kata-kata Ed seketika membuat wajah Naftalie memerah.“Haish, Bagaimana bisa dia tau kalau kami … sudah melakukan malam pertama?” ujar Naftalie dalam hati segera menatap Jacob. Pandangan mereka bertemu dan seketika segera saling buang pandangan. Naftalie sangat malu. Ingatan atas apa yang dia lakukan tadi malam membuat dirinya mau masuk ke dalam tanah saja. Kini, malah satu kasti seperti tahu apa yang terjadi. “Apa ada kamera di kamar mereka?” tanya Naftalie tapi segera menggelengkan kepalanya tanpa sadar. “Ah … nggak mungkin Jacob mau, bisa di sate semua orang kalau ada kamera,” desah Naftalie menjawab sendiri pertanyaan dalam pikirannya. “Sial, kakek tua itu menyusahka
Walau semuanya sudah jelas, mereka sudah bebas kembali ke rumah kastilnya, tetapi entah kenapa Jacob lebih senang berada di rumah kecil ini dengan Naftalie. Rumah itu lebih nyaman dan hangat, mungkin karena keberadaan Naftalie yang selalu mengantarnya pergi kerja, atau menyambutnya ketika dia pulang.Tentu saja dia sudah menyuruh Ed untuk membuat paviliun terpisah sendiri untuk Isabel karena kamar yang mereka gunakan sekarang hendak Jacob gunakan sebagai kamar bayinya. Paviliun itu sudah berdiri di bagian belakang rumah dekat kolam renang. Karena, walau kata Jacob rumah itu rumah yang mungil, tetap ada tanah dibelakang untuk paviliun studio, lalu ada taman bunga beserta pergolanya, dan tentu saja kandang kuda. Naftalie sempat mengejeknya tentang kandang kuda itu, tak ada rumah mungil yang memiliki kandang kuda. Tapi, bagi Jacob, rumah yang tak memiliki 16 kamar termasuk kecil. Mereka dapat dikatakan sungguh berbahagia sekarang karena Victoria akhirnya mati kutu karena semua yang di
Sejujurnya grafolog itu sudah mendapatkan hasil pada hari surat itu diserahkan kepadanya. Namun karena itu adalah surat terakhir dari mendiang Jason Owen wanita itu mengulang- ulang pemeriksaannya berkali -kali.Bahkan saat dia sudah mau menyerahkannya kepada asisten dari Jacob Owen, pria itu tetap malah menyuruhnya untuk sekali lagi memeriksa ulang hasilnya agar benar-benar teliti.Kali ini wanita itu duduk dengan gugup sama menunggu dari billionaire itu keluar dari kamar. Karena hasil dari pemeriksaannya sungguh buruk dan bahkan bisa menjadi bukti sebagai pembunuhan berencana. Dengan masih berperban walaupun tipis, asisten dari Jacob Owen menyuruh grafolog itu duduk. Wanita itu terkesiap saat melihat Jacob dan istrinya keluar. Mereka bagaikan model di majalah yang keluar dalam dunia nyata. “Jadi bagaimana hasilnya? Apakah ini asli tulisan Jason?” tanya Jacob sambil duduk di sofa. Pria itu menatap grafolog dengan tatapan tajam sehingga wanita itu merasa sedang diinterogasi.“Oh … “
Naftalie merasa sangat lelah, akhirnya hari- hari selama perang dingin dengan Jacob berakhir. Pria itu kemungkinan akan kembali ke kastilnya, sedangkan Nat sendiri akan kembali tinggal di rumah ini. Selama Ed dan Isabel di rumah sakit, Jacob tidur di kamar Isabel, sedangkan dirinya tidur di kamarnya sendiri. Pria itu kembali ke kebiasaan lamanya. Perlakukan Naftalie bagai mereka hanyalah teman sekamar yang tidak terlalu akrab.Anehnya pria itu tetap keluar saat jam makan malam, dan mereka makan malam dalam keheningan yang menyakitkan hati Naftalie. Bagaimana bisa, mereka yang dulu begitu akrab, kini begitu jauh padahal mereka tidur bersebelahan kamar?Tapi semua itu akan segera berakhir. Karena Ed dan Isabel sudah pulang, Jacob juga akan segera kembali ke rumahnya. Naftalie akan terbebas dari segala perasaannya yang tak menentu.Wanita itu sangat marah, karena lagi- lagi suaminya tak percaya padanya. Naftalie pikir setelah kasus kehamilannya, Jacob akan mempercayai Nat sepenuhnya..
“Jake …” Naftalie memandang wajah suaminya yang mengeras. “Aku … nggak nyangka!” desah pria itu sambil tak mengalihkan pandangannya dari kertas di tangan.“Apa … apa itu?” tanya Naftalie dengan suara bergetar.“Tangkap dia!” ujar Jacob memberikan perintah kepada para detektif. Victoria tersenyum senang karena pada akhirnya Jacob kembali ke dalam genggamannya. Polisi dengan heran mendekati wanita cantik berambut merah itu. Tapi Jacob segera menggeram dengan mengerikan.“Ibuku lah! Dia tetap pembunuh pria tadi!” geram Jacob dengan suara mengerikan.Para detektif itu, walau sedikit kesal karena kena bentakan Jacob, tetap mengerjakan apa yang pria itu perintahkan.Victoria yang merasa tadi di atas awan kini segera terjun bebas karena tangannya tiba-tiba dipegang oleh kepala detektif itu untuk ditahan. Minta itu kembali menggeliat seperti belut mencoba melepaskan diri. “Lepasin nggak!” jerit wanita itu dengan sekuat tenaga. Wanita itu menendang ke segala arah sambil menjerit- jerit sepe
Dengan napas memburu Jacob segera kembali ke rumah sakit di mana Ed dan Isabel dirawat. Namun yang lebih penting istrinya, jangan sampai Naftalie kenapa- kenapa karena perbuatan ibu tirinya itu. Tapi Jacob tak menyesal pergi, karena dia berhasil menemukan bukti di mobil dan kini dia tinggal menyeret wanita tua tak tahu diri itu ke penjara dan memastikan wanita itu tinggal di sana!Langkah kakinya bergaung di lorong rumah sakit dengan masih tetap diikuti para detektif di belakangnya. Begitu pintu lift terbuka tadi, Jacob bisa mendengar jeritan ibu tirinya bergaung di lorong rumah sakit. Seharusnya pihak keamanan sudah menyumpal mulutnya dengan kaus kaki, kalau Jacob ada di situ. Suaranya yang melengking membuat Jacob malu. Bagaimanapun dia tetap pemilik saham dari rumah sakit itu. Pandangan para perawat dan dokter yang segera pura- pura mengalihkan perhatian dari suara Victoria benar- benar memalukan. Tapi mungkin karena Jacob pemilik saham rumah sakit ini juga yang membuat Victoria
Dengan geram pria berwajah tampan itu segera menuju ke tempat di mana ibu tirinya berada. Wanita itu memang benar-benar sudah keterlaluan dia tidak bisa lagi didiamkan. Check up akan memastikan wanita itu masuk ke dalam penjara karena semua perbuatannya ini. Sudah ada beberapa dokumen dan data -data yang dia kumpulkan untuk memastikan wanita itu bisa dipidanakan, tapi yang ini benar -benar akan langsung menyeret wanita itu ke penjara.“Benar ini adalah mobilnya!” ujar salah satu petugas yang mengikuti Jacob setelah mereka sampai ke kastil tua Owen yang ditinggali oleh mama tiri dan papanya saat pria itu masih hidup. Jacob mendengus dengan jijik begitu melihat pergola di taman sudah menghilang. Pergola itu adalah hadiah dari papanya Jacob untuk mama kandung Jacob. Sejak kedatangan ibu tirinya, wanita itu tidak pernah menyukai pergola di taman itu, karena mengingatkan ayahnya Jacob kepada mendiang istrinya. Pada akhirnya Victoria sudah berhasil menghancurkan semua pergola itu dan mem
Hari itu adalah hari pertama kali Isabel keluar dari panti asuhan, beberapa bulan yang lalu pekerjaannya di kafe akhirnya berakhir karena atasannya memutuskan akan mengakhiri kontrak kerja sebelum selesai jangka waktu kontrak Isabel berakhir. Semua karena Isabel menolak ciumannya kemarin. Isabel bersyukur bisa menghindar pria kurus yang sudah beristri itu dari awal memang sudah seringkali menyentuh Isabel di daerah -daerah yang berbahaya. Tapi akibatnya, Isabel kini sudah habis waktunya tinggal di panti asuhan, dan juga tak punya uang untuk menyewa kosan untuk dia tinggali. Untung saja ibu panti asuhan berhasil membujuk seseorang untuk membawa Isabel untuk menjadi pelayan di sebuah rumah orang kaya.Pagi- pagi benar Isabel di bawa ke sebuah bukan rumah melainkan kastil. Dikatakan kalau mereka memang mencari gadis- gadis polos untuk dijadikan pelayan. Sebenarnya agak konyol permintaannya, gadis harus polos, tapi harus sudah berpengalaman. Tapi untungnya Isabel tetap boleh datang, k
Jacob mendengar penjelasan Ed dengan seksama. Ada saat dia rasanya ingin mencekik asistennya itu. Pria itu tak tahu diri, setelah berbagai hal yang Jacob lakukan untuknya, bisa- bisanya Ed melakukan semua hal menjijikkan itu padanya. Seharusnya dia membunuh Ed saat ini juga. Tapi entah kenapa penjelasan yang Ed katakan padanya seakan mengingatkan Jacob akan semua kesalahannya dulu pada Naftalie. Mungkin dia juga memperlakukan Ed seenaknya seperti dulu dia memperlakukan Naftalie. Bukan … bukan kemungkinan, ini bahkan suatu kepastian. Melihat wajah Ed menceritakan sakit hatinya, Jacob merasa seperti ditampar sekarang. Dia memang keterlaluan. Dia kini heran kenapa Ed bisa berbalik dan mengakui ini semua, padahal dengan semua yang dia miliki, dia bisa saja bersama Victoria untuk menghancurkan Jacob sepenuhnya.“Lalu … kenapa kamu mengakui ini semua sekarang?” tanya Jacob dengan sangsi. Pria itu kembali mencurigai Ed hanya berlakon dan ada skema lain lagi di belakang ini.“Karena Isabel.”
“Dokumen apa Ed?” tanya Jacob mengabaikan perawat yang datang dengan wajah khawatir.“Semua dokumen yang tuan terima … itu sudah direkayasa oleh nyonya Victoria.” Jawaban yang diberikan Ed mulai masuk akal di pikiran Jacob.“Dimanipulasi … jadi …” Jacob merasakan dirinya bodoh sekali bisa diperdaya oleh nenek sihir itu.“Maaf … tapi saya harus memastikan, mengenai pembayaran …” perawat yang masuk ke kamar Ed kembali memotong pembicaraan mereka.“Pembayaran apa sih,” tanya Jacob dengan kesal karena perawat itu berani- beraninya menyalahkan pertanyaannya yang penting.“Ada seorang wanita mudah ditemukan di seorang rumah sakit yang diserang seakan mau dirampok, mengaku ada hubungan dengan bapak Ed,” ucap perawat itu segera menjelaskan dengan takut-takut. Hati Ed segera mencelos begitu mendengar kata wanita muda. Pria itu segera menyesal memberikan dokumen penting itu kepada Isabel.Tadi dia pikir hanya dia yang akan diserang, tapi ternyata sampai semua yang berhubungan dengan dirinya ju