“Su- subur?” gagap Naftalie sambil segera menutup kembali sup yang tadi sudah membuat air liurnya muncul.“Menurut artikel 4.3 tuan dan nyonya harus rutin minum sup kesuburan ini sampai kelahiran bayi setelah melakukan malam pertama,” jawab Ed dengan kening dipenuhi keringat. Wajah bulatnya terlihat takut.Namun kata-kata Ed seketika membuat wajah Naftalie memerah.“Haish, Bagaimana bisa dia tau kalau kami … sudah melakukan malam pertama?” ujar Naftalie dalam hati segera menatap Jacob. Pandangan mereka bertemu dan seketika segera saling buang pandangan. Naftalie sangat malu. Ingatan atas apa yang dia lakukan tadi malam membuat dirinya mau masuk ke dalam tanah saja. Kini, malah satu kasti seperti tahu apa yang terjadi. “Apa ada kamera di kamar mereka?” tanya Naftalie tapi segera menggelengkan kepalanya tanpa sadar. “Ah … nggak mungkin Jacob mau, bisa di sate semua orang kalau ada kamera,” desah Naftalie menjawab sendiri pertanyaan dalam pikirannya. “Sial, kakek tua itu menyusahka
Air mata yang dari tadi Naftalie tahan akhirnya tertumpah karena dia terkejut.Baru saja pria itu kembali merendahkan dan mengingatkan kembali kalau mereka hanya menikah kontrak, tapi kini tiba-tiba saja dia mendekat.Jantung Naftalie berdebar kencang saat dia menoleh untuk menatap Jacob. Tatapan mereka bertemu, dan tiba- tiba ada bunyi clik yang menyadarkan Naftalie.“Sabuk pengaman.” Naftalie seakan mencair setelah pria itu menjauh dan mulai menjalankan mobil dalam diam.Napasnya terasa sesak. Pria itu tentu saja hanya memasang sabuk pengaman.“Emang dia mau ngapain lagi?” erang Naftalie dalam hati dengan kesal dan merasa kecewa.Pria itu diam saja dan tak berkata apa-apa lagi. Wajahnya kembali keras dan segera Naftalie merasa asing dan kesepian.“Kenapa dia menangis?” tanya Jacob dalam hati. “Aku hanya mau pasang sabuk pengamannya? Apa dia tak suka pakai sabuk pengaman?” Jacob bertanya dalam hati.Walau berusaha tak mempedulikan air mata yang menetes di pipi Naftalie, nyatanya beg
Naftalie menelan ludahnya. Membaca apa yang ada di dalam daftar itu membuat dirinya merasa semakin tak berdaya terhadap suaminya. Persis seperti yang pria itu katakan berulang kali. Naftalie memang sudah dibeli dengan lunas oleh Jacob. “Tapi nggak usah diomongin gini juga sih, apa dia mau aku bayar balik? Kemarin di kontrak nggak ada tulisan begitu kan?” tanya Naftalie dengan was-was. Kini wanita itu merasa sangat menyesal karena tak membaca isi kontrak mereka itu, bahkan salinannya saja sampai sekarang Naftalie tak pernah lihat.“Aku akan bayar, nanti pelan-pelan, kamu tenang aja. Aku pasti akan bayar,” ujar Naftalie sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.Jacob segera mendengus sambil menatap istrinya. “Bayar pakai apa kamu?” tanya Jacob segera tertawa mengejek.Naftalie menghela napas panjang karena tak bisa menjawab. Namun tiba-tiba tangannya ditarik agar dia semakin mendekat ke layar laptop.“Lihat kan jumlahnya? Aku tunggu kamu bayar kalau gitu.” Pria itu tertawa namun seger
“Argh … Jake … ooh aku ngga bisa …” Rintihan Naftalie bagaikan musik di telinga Jacob. Pria itu mengabaikan rintihan istrinya dan semakin memainkan lidahnya dengan semangat. Naftalie sudah mencapai puncaknya lagi, sedangkan Jacob masih ingin merasakan kelembutan kulit wanita itu. Jemarinya membelai untuk merasakan puncak gunung Naftalie.Wanita itu kembali mengerang dan kepalanya jatuh di pundak suaminya dengan pasrah.Jacob kini tak mau lagi berlama-lama, lupa kalau mereka masih di kantor, pria itu menyusupkan tangannya ke dalam celana panjang Naftalie.“Kamu sudah siap,” desisnya lalu segera menarik turun celana wanita itu.“Jake, kita di kantor,” erang Naftalie menahan tangan suaminya. Dia adalah wanita terhormat, tak pantas melakukan semua ini di dalam kantor.Pria itu menggeram.“Aku tidak lupa, aku tau kita di mana.” Pria itu tiba-tiba melepaskan pelukannya dan berdiri sehingga Naftalie terlepas dari pangkuannya.Wanita itu terhuyung dan segera berpegangan di meja. Bola mata h
Naftalie memeluk suaminya dengan erat. Dia tampak berantakan. Rambut merahnya kusut dan wajahnya memerah dipenuhi gairah.Dengan hanya mengenakan tanktop putih dan cangkangnya yang tersibak dan bagian bawah yang polos, sebenarnya Naftalie seharusnya merasa malu.Tapi, di ruangan bekas kantor papanya itu. Naftalie duduk menghadap suaminya sambil menerima ciuman yang sangat panas, wanita itu melupakan dia berada di mana dan merasa menjadi wanita paling seksi di dunia. Jacob memandangnya dengan penuh kekaguman. Tatapan mata pria itu hanya tertuju pada Naftalie dan senyuman tipis yang jarang muncul itu membuat Naftalie tergila-gila. Dia ingin melihat senyuman itu lebih sering. Pria itu terus bermain dengan bagian bawah Naftalie. Wanita itu mendesis nikmat sambil memeluk pria itu saat Jacob masih saja belum menyatu dengannya.“Jake …” erangnya memohon. Pria itu mendengus senang akan permohonan Naftalie. Kini wanita itu benar-benar dalam kuasanya. Tubuh Naftalie yang seksi meliuk setiap
Sambil mendengus Jacob segera membanting pintu kantor dari papanya Naftalie dengan kesal. Apa- apaan itu tadi? Bagaimana bisa dia kini bahkan membuat janji untuk bersama dengan wanita itu nanti malam?Ini sudah keterlaluan! Jacob benar-benar tak bisa mengendalikan dirinya tadi. Dia hanya bermaksud untuk mengejek Naftalie tadi. Membuatnya pasrah di kantor bekas papanya. Menunjukkan kalau tak ada yang bisa membantu Naftalie selain Jacob.Tapi, kenapa setiap menyentuh wanita itu Jacob seakan menjadi pria berkepribadian ganda?Dia seakan lupa dengan kondisi dan situasi dan melakukan semua itu dengan Naftalie tadi. Jacob bukan pemuda 17 tahunan, tapi kenapa tadi kelakuannya sampai segila itu?“Vrengsek!” maki Jacob dalam hatinya dengan napas memburu. Kakinya melangkah cepat dan tersadar kalau banyak pasang mata memandang ke arahnya.Ed segera berlari mendekatinya. “Silahkan pak, mobil sudah siap. Nyo—nyonya gimana?” tanya pria itu sambil melirik ke arah ruangan kantor papanya Naftalie itu.
Hidup Naftalie hanyalah bekisar antara rumah, dan latihan piano. Dia tak pernah ambil pusing dengan pelajaran sekolah lainnya, bahkan cenderung nilainya jelek selain kesenian. Sangat mirip dengan Jason. Pria itu hampir tidak pernah serius dalam pelajarannya. Satu-satunya yang gak pedulikan adalah fotografi. Jason tidak pandai seperti kakaknya yang hampir bisa di semua mata pelajaran tetapi untuk berada di belakang kamera di situlah bakat Jason berada.Karena itu juga mereka bisa bertemu. Di saat Naftalie sedang melakukan konser piano, Jason sedang mencari objek baru untuk fotografinya.Yang awalnya hanya kagum akhirnya jadi saling suka. Dari pertama Jason menatap Naftalie, wajah pucat dengan rambut merahnya segera membuatnya jatuh hati.Terlebih saat melihat Naftalie memainkan pianonya. Wanita itu bagaikan ada di dunianya sendiri yang membuat Jason benar-benar tergila-gila pada wanita itu.Jason selalu membicarakan Naftalie ke semua orang, termasuk Jacob kakaknya. Naftalie yang cant
Dengan napas memburu Jacob segera menaiki tangga dari marmer putih itu dan masuk ke dalam ruang lobi restoran masa dia masih kecil itu. Entah kenapa dia tadi malah memperhatikan Naftalie tertidur, lagi- lagi dia lengah dan terbawa perasaannya lagi.Sebenarnya sebagian saham dari restoran itu milik keluarga Jacob, tapi semenjak kematian Jason, pria itu tak pernah menginjakkan kakinya lagi. Jason yang paling anti dengan kekayaan keluarganya, paling suka ke restoran mewah ini. Hanya restoran ini yang pria itu mau datang kalau diundang. Karena itu, setiap pojokan dari restoran ini seakan meneriakkan kenangan Jacob terhadap mendiang adiknya.“Nanti jika istri saya datang, suruh dia langsung ke ruangan, oke,” perintah Jacob kepada pelayan sambil melihat ke sekeliling restoran penuh kenangan itu.Wanita itu segera menunduk hormat.“Wanita cantik berambut merah kemeja putih,” tambah Jacob tiba-tiba seakan harus memperkenalkan istrinya kepada semua orang. “Siapa wanita cantik berambut merah