Setelah kepergian Ed, Isabel kembali menuju dapur dan terkejut saat melihat nyonyanya sedang di dapur menunduk di depan lemari pendingin.Wanita itu menoleh dan seketika itu hati Isabel merosot melihat betapa pucat wanita itu.“Maaf, tadi aku muntah lagi, dekat tempat tidur. Aku sudah coba bersihkan pakai tisu, tapi habis. Aku butuh sesuatu yang asam,” erang wanita itu dengan lemah. Wanita itu menatap sayu ke arah Isabel.“Nggak apa-apa kok, nanti aku beresin. Nyonyo mau makan sup ayam?” tanya Isabel sambil membantu wanita itu untuk duduk. “Mual, perutku rasanya penuh, aku nggak mau makan,” erang Naftalie segera menolak.“Tapi nyonya belum makan sama sekali, kasian bayinya, bagaimana dia makan?” ucap Isabel kembali membujuk.“Bayi … Jacob bahkan tak mau bayi ini,” isak wanita itu kembali menangis sejadi-jadinya. Kali ini Naftalie tak lagi menahan perasaannya, buat apa dia sudah hancur sehancur-hancurnya.“Tuan hanya salah paham,” ujar Isabel sambil lahan mulai mengeluarkan bahan-baha
Walau berusaha tenang tetapi jika Cecil dalam dekapan William, jantungnya selalu segera berdebar sangat kencang, dan kali ini, sialnya pria itu benar- benar segera mengetahui jantungnya berdebar kencang karena sedang memegangnya.“Jika kamu tidak punya perasaan apa- apa padaku, kenapa jantungmu berdebar kencang seperti ini?” tanya pria itu sambil terus berbisik di telinga Cecilia. Sekujur tubuh wanita muda itu kini mulai merinding, desahan napas William menggelitik tengkuknya. Wanita itu segera mencoba melepaskan diri tanpa menjawab nafasnya terasa sesak karena dia begitu gugup dan kaget. Kali ini salah dia sendiri karena dia yang mendatangi kamar William. Atau sebenarnya dia sendiri memang tidak sanggup bertengkar dengan pria itu apalagi melihat wajahnya yang begitu sedih, jadi tanpa sadar dirinya segera mendekati pria itu lagi. “William,” desah Cecil sambil memegang tangan besar pria itu yang masih memegang pinggang dan juga salah satu dari puncaknya yang kenyal.Sebenarnya Willia
Pria bertubuh gempal itu dengan gusar memasuki pekarangan rumah yang kecil itu. Bagaimana tidak dikatakan kecil, kalau rumah itu hanya memiliki dua kamar. Hal itu juga yang membuatnya merasa sangat kesal kepada tuannya. Karena masih juga belum percaya keadaan istri yang akan dia ceraikan yang dalam keadaan baik, akhirnya tuannya itu menyuruh Ed untuk kembali ke rumah Naftalie dan tidur di rumah itu sampai waktu Jacob akan memanggilnya kembali, yang berarti masih belum dapat ditentukan. Maksud dari keluhan Ed adalah, jika memang dia ingin menceraikan wanita itu, kenapa juga harus ada Ed yang tetap memperhatikan tetap wanita itu?Sebenarnya, bukan ini definisi pekerjaan Ed pada saat dia melamar pekerjaan ini dulu. Dia adalah lulusan universitas internasional. Dan, bukan hanya itu saja, dia juga termasuk yang mendapatkan beasiswa karena nilainya selalu yang paling tinggi di angkatannya. Tapi memang sudah sejak lama, pekerjaannya berubah menjadi tukang suruh-suruh. Kelihatannya meman
William menatap wajah pasrah yang berada di bawahnya itu. Jemari wanita itu masih memegang keperkasaannya segera menundukkan dirinya di atas tubuh seksi wanita muda itu. Wajahnya yang cantik memerah karena sudah terbakar gairah. William segera mencium bibirnya yang terbuka. Wanita itu sudah menerima dirinya seutuhnya, namun ucapan wanita tadi membuatnya terus berpikir, dan tiba- tiba dalam dirinya seakan ada yang mengatakan kalau dia harus berhenti. Wanita itu terkejut ketika William berhenti. Bola mata biru mudanya memandang William dengan tatapan protes. “Kenapa?” Suara wanita itu tercekik karena serak. William mengusap seluruh wajahnya dengan kedua tangannya. “Kenapa Will?” tanya Cecil dengan resah. Wanita itu menatap tubuhnya dan seketika merasa malu. Dia menarik selimut untuk menutupi dirinya. “Aku … tidak seperti bayanganmu ya? Tubuhku ini … tidak seperti yang kamu bayangkan?” tanya Cecil dengan penuh malu. William segera menatap kekasih hatinya itu. “Nggak … nggak ada sam
Jacob pasti sudah gila, tanpa sadar pria itu menyuruh supirnya untuk mengantar dia ke rumah Naftalie. Dia harus melihat wanita itu dengan mata kepalanya sendiri. Enak saja dia tidur dengan pulas sedangkan dia harus tersiksa memandangnya dari CCTV.Begitu sampai ke rumah itu, Jacob segera masuk dan menuju tempat di mana Naftalie tidur. Wanita itu tetap tidur meringkuk sambil menghadap ke pintu. Persis sama seperti yang Jacob lihat dari tadi. Jacob segera naik ke atas tempat tidur dengan maksud untuk marah, berteriak dan melakukan apapun untuk menyakiti Naftalie seperti wanita itu telah menyakiti dirinya. Tapi begitu mendengar suara napas Naftalie yang konstan dan aroma tubuhnya yang manis seperti caramel, membuat Jacob terdiam menahan semua emosinya yang memburu. Walau membenci wanita itu setengah mati, dia tetap mencintainya. Jacob memaki dirinya karena sampai tertidur di samping wanita itu, apalagi ketika wanita itu tersenyum memandangnya seakan dia tak melakukan suatu kesalahan ap
Begitu suara kunci pintu depan rumah berbunyi, Isabel segera terbangun. Wanita itu memang jadi tak bisa tidur karena kelakuan Ed tadi. Seenaknya saja dia malah mengusir Isabel keluar dari kamarnya. Walau sebenarnya itu memang belum resmi kamarnya sih, tapi bukannya seharusnya pria mengalah pada wanita. Seharusnya pria yang tidur di sofa, wanita di kamar. Tapi lagi- lagi, itu kalau mereka sejajar, bukan atasan dan bawahan, dan Ed bukan sembarang atasan. Dia atasan di atas atasan, dia orang kepercayaan tuan Jacob, jadi memang dia jauh lebih penting tidur enak daripada Isabel. Namun tetap saja wanita itu kesal.Begitu mendengar pintu itu terbuka, Isabel segera berdiri dan mengambil apapun yang bisa dia ambil untuk menghalangi maling itu masuk. Tuan Ed sudah datang, jadi tak ada lagi yang bisa mungkin masuk ke dalam rumah mereka kalau bukan tuan Jacob yang akan tau kode pintu, tapi tuan Jacob tak akan mungkin datang. Dia yang mengusir istrinya keluar dari kastil mereka, jadi buat apa dia
“Apakah ini lamaran?” Cecil bertanya dalam hati dengan bola matanya tertuju pada bibir William. Pria itu memegang kedua tangan lalu mengecupnya dengan penuh perasaan.“Menikahlah denganku, Cecilia Hart,” ucap pria itu lagi sambil memandang Cecil dengan penuh harap.“Kamu gila?” tanya Cecil dengan suara tercekik.“Kenapa gila?” tanya William sambil tersenyum lebar seakan begitu bahagia karena baru saja terpikir dengan hal itu. Cecil menahan senyumannya setengah mati karena bukan saja karena senyuman William itu menular tapi karena hatinya melompat mendengar lamaran pria itu.“Ya gila, karena nggak mungkin kamu menikah denganku,” ujar Cecil sambil menggertakkan rahangnya agar menahan senyumannya yang hampir merekah.“Loh kenapa bisa, terakhir aku cek, aku belum nikah, dan kamu juga belum menikah kan? Jangan bilang sama aku kalau kamu ternyata sudah menikah di kampungmu itu,” tanya William dengan bola mata membulat.“Kampung apaan?” tanya Cecil kesal dengan gaya William yang merendahkan
Sejujurnya, walau Ed tadi bergaya seperti sudah lelah di atas tempat tidur, tapi sebenarnya dia sudah tak bisa tidur lagi. Mungkin karena tadi sudah sempat pingsan, atau memang karena Isabel. Selalu Isabel.Awal menerima gadis itu sebagai helper chef di dapur, sebenarnya gadis itu tak cocok kualifikasinya. Dia anak yatim piatu yang hanya pernah bekerja di restoran kecil. Dia sama sekali tak sesuai dengan syarat untuk bekerja di kediaman Jacob. Namun, entah kenapa saat itu Ed menerima gadis itu, dan bahkan hatinya cukup bergetar karena gadis itu terlihat begitu senang. Ed berpikir dia iba karena gadis itu sebatang kara.Tapi saat gadis itu dengan berani mengoceh macam-macam dengan akrab pada tuan Jacob, semua karyawan lain segera mendesak Ed untuk memarahi Isabel, dan bahkan seharusnya segera memecat Isabel.Tapi, lagi- lagi, ada sesuatu yang mengganjal hati Ed saat memanggil Isabel dan wanita itu segera meminta maaf sebelum dia sempat berkata-kata. Selalu Isabel. Yang lebih parahny