Sejujurnya, walau Ed tadi bergaya seperti sudah lelah di atas tempat tidur, tapi sebenarnya dia sudah tak bisa tidur lagi. Mungkin karena tadi sudah sempat pingsan, atau memang karena Isabel. Selalu Isabel.Awal menerima gadis itu sebagai helper chef di dapur, sebenarnya gadis itu tak cocok kualifikasinya. Dia anak yatim piatu yang hanya pernah bekerja di restoran kecil. Dia sama sekali tak sesuai dengan syarat untuk bekerja di kediaman Jacob. Namun, entah kenapa saat itu Ed menerima gadis itu, dan bahkan hatinya cukup bergetar karena gadis itu terlihat begitu senang. Ed berpikir dia iba karena gadis itu sebatang kara.Tapi saat gadis itu dengan berani mengoceh macam-macam dengan akrab pada tuan Jacob, semua karyawan lain segera mendesak Ed untuk memarahi Isabel, dan bahkan seharusnya segera memecat Isabel.Tapi, lagi- lagi, ada sesuatu yang mengganjal hati Ed saat memanggil Isabel dan wanita itu segera meminta maaf sebelum dia sempat berkata-kata. Selalu Isabel. Yang lebih parahny
Ed mendengus saat membaca pesan yang dikirimkan oleh Isabel. Dia belum bisa benar- benar menjelaskan apa yang terjadi baru saja. Dia dengan seenaknya telah mencium bibir anak buahnya. Itu bahkan dapat dikategorikan sebagai pelecehan seksual. Dia sudah gila melakukan semua itu tadi. Namun hatinya tak bisa berbohong, hati Ed sempat terlonjak saat melihat nama Isabel yang muncul di handphonenya. Walau dia berada di samping supir, seharusnya Ed tak membuka handphonenya saat bersama Jacob. Kecuali ada hal penting, dan kali ini Isabel adalah hal yang penting bagi Ed. Tapi ternyata apa yang wanita itu tulis sama sekali tidak ada hubungannya dengan ‘pelecehan seksual’ yang dia lakukan tadi. Wanita itu hanya mengirim masalah pekerjaan. Ed menggertakkan giginya dengan kesal lalu segera tersadar. Dia harus profesional. Ada apa dengan dirinya? Seharusnya Ed kini memikirkan tuannya. Jacob yang dari tadi diam saja duduk di kursi penumpang sambil menatap keluar. Seharusnya dia lega karena Naftal
Pagi itu kepala Jacob terasa seperti makhluk asing yang menempel di badannya. Dia separuh melayang, ada bagian di kepalanya terasa berdenyut yang semakin lama membuatnya merasa mual. Jacob benci wanita itu, tapi di suatu saat dia sangat merindukannya. Terbangun di samping wanita itu tadi suatu dilema. Otaknya segera menyuruhnya pergi tapi dirinya, seluruh hati Jacob ingin memeluk dan melupakan semua yang terjadi. Tapi, bagaimana kata dunia? Kalau seorang Jacob Owen, menerima perselingkuhan istrinya dan menerima anak haram itu … menjadi anaknya sendiri? Konyol sekali. Habis semua harga dirinya. Dampak pada perusahaan yang dipegang Jacob pasti juga akan hancur kredibilitasnya. Tidak, Jacob tak bisa menghancurkan perusahaan yang dibangun puluhan tahun ini, dari generasi ke generasi hanya untuk bersama Naftalie? Jacob tak bisa seegois itu. Jacob tak boleh mengambil resiko ribuan karyawannya mengalami resesi. Jacob bertanggungjawab atas berapa keluarga, dan memikirkan itu semua membuat p
Cecilia menatap Jacob yang terlihat begitu berbeda dari biasanya. Cecil biasa melihat pria itu ketika menjemput Naftalie selesai latihan. Dari tatapan dan senyumannya, Cecilia dapat melihat dan juga merasakan betapa cintanya pria itu terhadap istrinya. Kali ini tatapan pria itu kosong, dan Cecilia tak mengerti kenapa. Namun saat foto itu muncul Cecil mengerti. Ini hanya salah paham konyol saja.“Selingkuh? Sama siapa? Aku nggak ada hubungan sama siapa- siapa, sumpah Cecil!” pekik William sambil menatap Cecil yang sedang menyeruput kopinya.Cecil terkekeh. “Aku nggak bilang kamu selingkuh, gimana bisa aku menempel dan mengawasimu sepanjang hari.” Jacob mengerutkan keningnya dengan heran dan menatap wajah William yang panik menatap Cecil. Pria itu duduk lagi dan memperhatikan foto yang sudah remuk. Wanita yang bernama Cecil itu pun juga ada di foto. Baru kali ini foto itu Jacob perhatikan dengan seksama. Selama ini pandangannya hanya tertuju istrinya yang memeluk William dengan ter
Jantung Jacob berdebar kencang saat menyuruh supir untuk membawanya kembali ke rumah kecil tempat istrinya berada. Pria itu bahkan hampir memecat supir karena berhenti di lampu merah. Jacob harus segera sampai ke Naftalie secepatnya. Dia harus bertanya, dia harus tau, semua ini tidak mungkin, mungkinkah?Pria itu hampir melayang saat berlari di halaman rumah kecil itu, dia tak mengetuk pintu dia segera membuka pintu dan memaki saat harus memasukkan kode. Tanggal ulang tahun pernikahan mereka, konyol kan? Pintu itu terbuka dan Jacob masuk dengan napas terengah- engah. Pandangannya segera memutar mencari bayangan rambut merah yang sudah sangat dia hafal. Namun kali ini indra penglihatannya dikalahkan oleh indra pendengarannya. Terdengar suara denting yang amat Jacob rindukan. Pria itu segera berlari mendekati asal suara itu. Dia tak ingat memerintahkan Ed untuk memberikan piano untuk Naftalie, namun sepertinya asistennya itu sudah tahu dan memberikan piano baru di rumah kecil ini. Jac
“Pergi kamu Jacob!” pekik Naftalie saat menyadari pria itu mengikutinya masuk ke dalam kamarnya. Kamar yang baru saja tadi pagi mereka menghabiskan waktu dengan panas di atas tempat tidur. Kini, Jacob bahkan telah menanamkan kenangan akan dirinya di rumah ini, padahal Naftalie baru saja berpikir dia akan bisa lebih mudah melupakan pria itu jika jauh- jauh dari semua yang membuat Naftalie kembali mengingat Jacob. Tapi pria itu kembali dengan penuh amarah, memaksanya untuk kembali menyatu di dalam semua cemooh dan makiannya. Jacob mencekik, menampar dan memukul Naftalie dengan seenaknya, dan sekarang seenaknya datang mengatakan kalau mereka belum bercerai? “Nat, kita harus ngomong!” geram pria itu lalu menarik tangan Naftalie dengan paksa.“Apa? Apalagi yang harus diomongin!” pekik Naftalie dengan penuh amarah. “Semua yang kamu mau udah aku turutin, Jake!” omel wanita itu sambil memukul dada Jacob. Pria itu menerimanya tanpa mengelak kali ini.“Aku sudah melakukan semuanya untuk kam
Isabel mencoba mendekati pintu kamar nyonyanya dengan perlahan karena tadinya terdengar teriakan dan omelan nyonyanya, kini sama sekali hening.Jantungnya ke depan keras karena takut mendengar suara yang meresahkan seperti tadi pagi. Tapi, kali ini hening. Sebenarnya hening lebih mengerikan daripada teriakan atau bahkan lenguhan seperti tadi pagi tetap lebih baik daripada harus berdebar takut karena tak ada suara sama sekali di dalam. “Apa yang terjadi?” tanya Isabel sambil menempelkan telinganya ke pintu kamar Naftalie. Tapi tetap saja tak ada suara apa- apa.“Duh … bagaimana ini, aku harus memeriksa Ed. Bagaimana kalau dia parah? Pasti parah, kalau nggak parah nggak mungkin dia di IGD!” erang Isabel pada diri sendiri.Wanita itu kembali menempelkan telinganya dan akhirnya dia mendengar sesuatu. Untungnya bukan lenguhan tapi malah berupa dengkuran.“Mereka tidur?” tanya Isabel sambil mengepalkan jarinya. Wanita itu mendesah lalu melihat ke sekelilingnya sampai akhirnya melihat sesu
Dokumen penting itu di tangannya tapi perhatian Isabel hanya tertuju pada Ed yang tiba-tiba tak sadarkan diri. Karena panik dokumen itu hanya Isabel lipat dan masukkan begitu saja dalam tasnya. Wanita itu sibuk dengan kepanikannya sendiri dan segera memanggil dokter. Dengan jantung berdebar bak kereta cepat, Isabel memperhatikan dokter melakukan segala sesuatu untuk menyelamatkan Ed. Jika tadi Isabel tidak melihat secara langsung bagaimana mengerikannya menunggu akan mati hidupnya seseorang, kini wanita muda itu melihatnya sendiri.Sepanjang waktu Isabel merasa tidak berdaya. Wanita itu hanya bisa memanjatkan doa dan berharap Yang Di atas mau mendengarkan doanya. Isabel tak pernah setakut itu di dalam hidupnya.Pada akhirnya satu demi satu dokter dan suster yang mengerubungi Ed meninggalkan tempat tidur sehingga Isabel dapat melihat Ed tersenyum kepadanya.Wanita itu segera kembali mendekat ke arah Ed dengan terisak.“Jangan pernah lakukan itu lagi!” ucap Isabel sambil mengusap air
Walau semuanya sudah jelas, mereka sudah bebas kembali ke rumah kastilnya, tetapi entah kenapa Jacob lebih senang berada di rumah kecil ini dengan Naftalie. Rumah itu lebih nyaman dan hangat, mungkin karena keberadaan Naftalie yang selalu mengantarnya pergi kerja, atau menyambutnya ketika dia pulang.Tentu saja dia sudah menyuruh Ed untuk membuat paviliun terpisah sendiri untuk Isabel karena kamar yang mereka gunakan sekarang hendak Jacob gunakan sebagai kamar bayinya. Paviliun itu sudah berdiri di bagian belakang rumah dekat kolam renang. Karena, walau kata Jacob rumah itu rumah yang mungil, tetap ada tanah dibelakang untuk paviliun studio, lalu ada taman bunga beserta pergolanya, dan tentu saja kandang kuda. Naftalie sempat mengejeknya tentang kandang kuda itu, tak ada rumah mungil yang memiliki kandang kuda. Tapi, bagi Jacob, rumah yang tak memiliki 16 kamar termasuk kecil. Mereka dapat dikatakan sungguh berbahagia sekarang karena Victoria akhirnya mati kutu karena semua yang di
Sejujurnya grafolog itu sudah mendapatkan hasil pada hari surat itu diserahkan kepadanya. Namun karena itu adalah surat terakhir dari mendiang Jason Owen wanita itu mengulang- ulang pemeriksaannya berkali -kali.Bahkan saat dia sudah mau menyerahkannya kepada asisten dari Jacob Owen, pria itu tetap malah menyuruhnya untuk sekali lagi memeriksa ulang hasilnya agar benar-benar teliti.Kali ini wanita itu duduk dengan gugup sama menunggu dari billionaire itu keluar dari kamar. Karena hasil dari pemeriksaannya sungguh buruk dan bahkan bisa menjadi bukti sebagai pembunuhan berencana. Dengan masih berperban walaupun tipis, asisten dari Jacob Owen menyuruh grafolog itu duduk. Wanita itu terkesiap saat melihat Jacob dan istrinya keluar. Mereka bagaikan model di majalah yang keluar dalam dunia nyata. “Jadi bagaimana hasilnya? Apakah ini asli tulisan Jason?” tanya Jacob sambil duduk di sofa. Pria itu menatap grafolog dengan tatapan tajam sehingga wanita itu merasa sedang diinterogasi.“Oh … “
Naftalie merasa sangat lelah, akhirnya hari- hari selama perang dingin dengan Jacob berakhir. Pria itu kemungkinan akan kembali ke kastilnya, sedangkan Nat sendiri akan kembali tinggal di rumah ini. Selama Ed dan Isabel di rumah sakit, Jacob tidur di kamar Isabel, sedangkan dirinya tidur di kamarnya sendiri. Pria itu kembali ke kebiasaan lamanya. Perlakukan Naftalie bagai mereka hanyalah teman sekamar yang tidak terlalu akrab.Anehnya pria itu tetap keluar saat jam makan malam, dan mereka makan malam dalam keheningan yang menyakitkan hati Naftalie. Bagaimana bisa, mereka yang dulu begitu akrab, kini begitu jauh padahal mereka tidur bersebelahan kamar?Tapi semua itu akan segera berakhir. Karena Ed dan Isabel sudah pulang, Jacob juga akan segera kembali ke rumahnya. Naftalie akan terbebas dari segala perasaannya yang tak menentu.Wanita itu sangat marah, karena lagi- lagi suaminya tak percaya padanya. Naftalie pikir setelah kasus kehamilannya, Jacob akan mempercayai Nat sepenuhnya..
“Jake …” Naftalie memandang wajah suaminya yang mengeras. “Aku … nggak nyangka!” desah pria itu sambil tak mengalihkan pandangannya dari kertas di tangan.“Apa … apa itu?” tanya Naftalie dengan suara bergetar.“Tangkap dia!” ujar Jacob memberikan perintah kepada para detektif. Victoria tersenyum senang karena pada akhirnya Jacob kembali ke dalam genggamannya. Polisi dengan heran mendekati wanita cantik berambut merah itu. Tapi Jacob segera menggeram dengan mengerikan.“Ibuku lah! Dia tetap pembunuh pria tadi!” geram Jacob dengan suara mengerikan.Para detektif itu, walau sedikit kesal karena kena bentakan Jacob, tetap mengerjakan apa yang pria itu perintahkan.Victoria yang merasa tadi di atas awan kini segera terjun bebas karena tangannya tiba-tiba dipegang oleh kepala detektif itu untuk ditahan. Minta itu kembali menggeliat seperti belut mencoba melepaskan diri. “Lepasin nggak!” jerit wanita itu dengan sekuat tenaga. Wanita itu menendang ke segala arah sambil menjerit- jerit sepe
Dengan napas memburu Jacob segera kembali ke rumah sakit di mana Ed dan Isabel dirawat. Namun yang lebih penting istrinya, jangan sampai Naftalie kenapa- kenapa karena perbuatan ibu tirinya itu. Tapi Jacob tak menyesal pergi, karena dia berhasil menemukan bukti di mobil dan kini dia tinggal menyeret wanita tua tak tahu diri itu ke penjara dan memastikan wanita itu tinggal di sana!Langkah kakinya bergaung di lorong rumah sakit dengan masih tetap diikuti para detektif di belakangnya. Begitu pintu lift terbuka tadi, Jacob bisa mendengar jeritan ibu tirinya bergaung di lorong rumah sakit. Seharusnya pihak keamanan sudah menyumpal mulutnya dengan kaus kaki, kalau Jacob ada di situ. Suaranya yang melengking membuat Jacob malu. Bagaimanapun dia tetap pemilik saham dari rumah sakit itu. Pandangan para perawat dan dokter yang segera pura- pura mengalihkan perhatian dari suara Victoria benar- benar memalukan. Tapi mungkin karena Jacob pemilik saham rumah sakit ini juga yang membuat Victoria
Dengan geram pria berwajah tampan itu segera menuju ke tempat di mana ibu tirinya berada. Wanita itu memang benar-benar sudah keterlaluan dia tidak bisa lagi didiamkan. Check up akan memastikan wanita itu masuk ke dalam penjara karena semua perbuatannya ini. Sudah ada beberapa dokumen dan data -data yang dia kumpulkan untuk memastikan wanita itu bisa dipidanakan, tapi yang ini benar -benar akan langsung menyeret wanita itu ke penjara.“Benar ini adalah mobilnya!” ujar salah satu petugas yang mengikuti Jacob setelah mereka sampai ke kastil tua Owen yang ditinggali oleh mama tiri dan papanya saat pria itu masih hidup. Jacob mendengus dengan jijik begitu melihat pergola di taman sudah menghilang. Pergola itu adalah hadiah dari papanya Jacob untuk mama kandung Jacob. Sejak kedatangan ibu tirinya, wanita itu tidak pernah menyukai pergola di taman itu, karena mengingatkan ayahnya Jacob kepada mendiang istrinya. Pada akhirnya Victoria sudah berhasil menghancurkan semua pergola itu dan mem
Hari itu adalah hari pertama kali Isabel keluar dari panti asuhan, beberapa bulan yang lalu pekerjaannya di kafe akhirnya berakhir karena atasannya memutuskan akan mengakhiri kontrak kerja sebelum selesai jangka waktu kontrak Isabel berakhir. Semua karena Isabel menolak ciumannya kemarin. Isabel bersyukur bisa menghindar pria kurus yang sudah beristri itu dari awal memang sudah seringkali menyentuh Isabel di daerah -daerah yang berbahaya. Tapi akibatnya, Isabel kini sudah habis waktunya tinggal di panti asuhan, dan juga tak punya uang untuk menyewa kosan untuk dia tinggali. Untung saja ibu panti asuhan berhasil membujuk seseorang untuk membawa Isabel untuk menjadi pelayan di sebuah rumah orang kaya.Pagi- pagi benar Isabel di bawa ke sebuah bukan rumah melainkan kastil. Dikatakan kalau mereka memang mencari gadis- gadis polos untuk dijadikan pelayan. Sebenarnya agak konyol permintaannya, gadis harus polos, tapi harus sudah berpengalaman. Tapi untungnya Isabel tetap boleh datang, k
Jacob mendengar penjelasan Ed dengan seksama. Ada saat dia rasanya ingin mencekik asistennya itu. Pria itu tak tahu diri, setelah berbagai hal yang Jacob lakukan untuknya, bisa- bisanya Ed melakukan semua hal menjijikkan itu padanya. Seharusnya dia membunuh Ed saat ini juga. Tapi entah kenapa penjelasan yang Ed katakan padanya seakan mengingatkan Jacob akan semua kesalahannya dulu pada Naftalie. Mungkin dia juga memperlakukan Ed seenaknya seperti dulu dia memperlakukan Naftalie. Bukan … bukan kemungkinan, ini bahkan suatu kepastian. Melihat wajah Ed menceritakan sakit hatinya, Jacob merasa seperti ditampar sekarang. Dia memang keterlaluan. Dia kini heran kenapa Ed bisa berbalik dan mengakui ini semua, padahal dengan semua yang dia miliki, dia bisa saja bersama Victoria untuk menghancurkan Jacob sepenuhnya.“Lalu … kenapa kamu mengakui ini semua sekarang?” tanya Jacob dengan sangsi. Pria itu kembali mencurigai Ed hanya berlakon dan ada skema lain lagi di belakang ini.“Karena Isabel.”
“Dokumen apa Ed?” tanya Jacob mengabaikan perawat yang datang dengan wajah khawatir.“Semua dokumen yang tuan terima … itu sudah direkayasa oleh nyonya Victoria.” Jawaban yang diberikan Ed mulai masuk akal di pikiran Jacob.“Dimanipulasi … jadi …” Jacob merasakan dirinya bodoh sekali bisa diperdaya oleh nenek sihir itu.“Maaf … tapi saya harus memastikan, mengenai pembayaran …” perawat yang masuk ke kamar Ed kembali memotong pembicaraan mereka.“Pembayaran apa sih,” tanya Jacob dengan kesal karena perawat itu berani- beraninya menyalahkan pertanyaannya yang penting.“Ada seorang wanita mudah ditemukan di seorang rumah sakit yang diserang seakan mau dirampok, mengaku ada hubungan dengan bapak Ed,” ucap perawat itu segera menjelaskan dengan takut-takut. Hati Ed segera mencelos begitu mendengar kata wanita muda. Pria itu segera menyesal memberikan dokumen penting itu kepada Isabel.Tadi dia pikir hanya dia yang akan diserang, tapi ternyata sampai semua yang berhubungan dengan dirinya ju