Beberapa jam kemudian, ketika Arumi sedang menunggu di depan ruangan UGD, dia terlihat tengah duduk menunggu dengan perasaan cemas dan khawatiir yang saat ini tengah menyelimuti dirinya. Bi Tini yang ikut menunggu Arumi, dia berusaha menenangkan putri dari majikannya itu. "Nona muda, tenanglah. Tuan pasti akan baik-baik saja jangan sampai nona banyak pikiran apa lagi saat hamil seperti ini," imbuh bi Tini sembari memegang erat tangan Arumi. "Iya bi, tapi aku tak tahan dengan perlakukan ibu dan juga Rania yang begitu tega pada ayah. Padahal ayah sangat menyayangi mereka," Arumi kecewa bahkan sekarang dia sangat bingung dengan semua uang ayahnya sudah di pegang oleh Ibu dan adik tirinya membuat Arumi terlihat kebingungan. Namun meskipun Arumi ragu, mengingat Oma Rima yang sangat baik padanya. Membuat ia mencoba untuk meminta bantuan. Tapi baru saja Arumi akan menelpon Dewa yang baru saja tiba di rumah sakit membuat dia sangat kaget "Tuan Dewa!" pekik Arumi dengan kedua bola mata
Setelah mendapatkan laporan dari para pengawalnya, nyonya Rima bernafas lega karena akhirnya cucunya berhasil membawa Arumi untuk pulang kembali ke kediaman Wijaya. Bagi wanita tua itu Arumi tidak cocok jika harus tinggal bersama ibu dan kakak tirinya, yang sewaktu-waktu bisa membahayakan calon pewaris yang sudah dia tunggu dan dia idamkan. "Bagus Dewa, oma bangga pada mu karena kamu paham dengan maksud Oma," gumamnya dengan penuh semangat. Nyonya Rima bahkan menyuruh para pelayan dan kokinya untuk segera menyiapkan beberapa menu makanan kesukaan Dewa dan juga Arumi, dengan sangat jeli dan teliti apa lagi cucu mantunya harus mendapatkan asupan gizi demi cicit yang sudah tidak sabar lagi dia tunggu kelahirannya. Baru saja nyonya Rima akan bergegas menyambut kepulangan Dewa dan Arumi, tiba-tiba saja dia menerima satu pesan Margaretha, wanita yang tak lain adalah ibu kandung Dewangga dan putri kandungnya sendiri. "Retha!" Nyonya Rima terkejut, dia tidak tahu harus sedih atau sen
"Sepertinya tuan Adrian sangat mengenal Arumi ya? sampai segitu ingat masa lalu kalian," sindir Laura menyeringai dia menjeda minumnya sejenak. Adrian yang sudah mulai sedikit mulai mabuk pun hanya menggelengkan kepala, dan mulai terpancing dengan sikap manis Laura."Itu hanya kebetulan ingat saja tidak di sangka, sekarang dia sudah menikah dengan rekan bisnis ku sendiri," balas Adrian tersenyum getir. Melihat sikap Adrian yang begitu bersemangat saat membahas tentang Arumi, membuat Laura semakin memiliki peluang untuk mengajak bekerja sama dengan lelaki yang ada di depannya itu. Tanpa ragu lagi, Laura mengatakan pada Adrian jika dia tidak perlu kecewa, bahkan Laura sengaja mengatakan jika pernikahan kekasihnya dan Arumi hanya karena terpaksa saja. Seketika Adrian tersedak, saat mendengar kabar yang cukup mengejutkan untuknya. "Nona Laura! Apa maksud anda? Kenapa bicara seperti itu? Apa anda tidak bisa menerima Dewa sudah menikah dengan Arumi?" Adrian tidak mengerti dengan maksud
Arumi terlihat sangat kesal, ketika dia tengah berendam air hangat di dalam bathub yang di bantu oleh beberapa pelayan. Ia tidak habis pikir dengan sikap Dewa yang terkadang sulit untuk di pahami. "Dasar pria tidak punya hati, bisa-bisanya dia memaksa ku pulang sementara ayah masih di rumah sakit," Umpat Arumi dalam hati. Ketika Arumi tengah larut dalam pemikirannya, tiba-tiba saja kepala pelayan memberitahukan jika tuannya akan segera masuk ke dalam, sontak Arumi mendengar Dewa yang akan datang membuat ia terkejut, sampai Ia bertanya-tanya ada apa lagi pria itu kembali datang menemuinya. Para pelayan pun segera berdiri dan menyambut tuannya dengan penuh hormat. Dengan raut wajah datar dan muram kini Dewangga pun meminta semua pelayan wanita yang ada di sana segera pergi meninggalkan mereka berdua. Suasana kamar mandi yang hening itu hanya di hiasi suara sahutan para pelayan mereka dengan sigap segera undur diri sesuai perintah. Perasaan Arumi saat ini tak karuan, dengan cep
Disebuah Bar. Cahaya lampu kerlap-kerlip dan music disco menusuk telinga, membuat Laura masih setia menunggu Dewa yang masih dalam perjalanan menuju ke tempat mereka janjian. "Mas Dewa tumben sekali belum datang juga, padahal biasanya dia datang lebih awal," Laura kembali meneguk anggur merah yang sudah dia habiskan beberapa gelas. Baru saja wanita berpakaian sexy itu pun kembali berdiri untuk menari kembali bersama teman-temannya. Namun langkahnya seketika terhenti saat melihat Dewa yang sudah datang. "Mas Dewa, akhirnya kamu datang juga," Laura berlari kecil lalu memeluk Dewa dengan sangat erat. Dewa menghela nafas kasar, lalu perlahan ia melepaskan kedua tangan Laura, lalu memastikan apa yang ingin dia ketahui. "Jawab aku dengan jujur, apakah kamu yang mengirimkan semua foto Arumi dan Adrian?" Tekan Dewa menatap tajam kekasih lamanya itu. Laura memutar kedua bola mata malasnya, saat mendengarkan Dewa yang selalu saja membuat Arumi di depannya. "Iya mas, aku yang men
Beberapa jam kemudian, Oma Rima bernafas lega karena akhirnya Dokter mengatakan jika kondisi kandungan Arumi baik-baik saja. Begitu juga dengan Arumi rasanya ia sangat bersyukur karena dari tadi rasa takut dan cemas terus menyelimuti dirinya mengingat Dewa yang terus memaksanya. "Kondisi kandungan nona Arumi baik-baik saja dan tidak ada yang perlu di cemaskan, hanya perlu menambah vitamin dan di jaga pola makanya yang terpenting jangan banyak pikiran karena itu bisa mempengaruhi kesehatan ibu dan calon baby-nya," imbuh sang Dokter lalu memberikan beberapa resep Vitamin. Nyonya Rima menyuruh pengawal pribadinya untuk segera ke apotik mengambil beberapa vitamin untuk Arumi, wanita tua itu tak lupa juga untuk mengingatkan Arumi untuk menerapkan semua saran Dokter. Malam semakin larut, nyonya Rima menyuruh cucu menantu kesayangannya itu untuk kembali beristirahat, Arumi mengangguk patuh ia membaringkan diri di atas ranjang setelah oma Rima dan Dokter Desy pergi. Pikiran Arumi
Keesokan harinya, pagi hari yang cerah. Arumi bersiap ke kantor seperti biasanya dengan penampilan yang modis dengan dress yang terlihat sangat anggun mengingat usia kandungannya menuju ke empat bulan. Dewa yang baru saja keluar kamar mandi dia terkejut, saat melihat Arumi yang masih saja nekad pergi kerja membuatnya tak habis pikir. "Arumi! kamu mau ke mana pagi-pagi sudah rapih?" cecar Dewa menatap penuh selidik. Arumi sejenak menghentikan aktifitasnya menyisir rambut panjangnya lalu menjawab. "Tentu saja pergi bekerja tuan, kenapa anda malah bertanya?" jawab Arumi berbalik tanya. Tak ingin melihat Adrian yang terus mencoba mendekati Arumi, Dewa menegur Arumi agar berhenti dari pekerjaannya. Sontak hal itu membuat wanita cantik itu kaget karena secara tiba-tiba. "Berhenti! maksud tuan Dewa apa? aku tidak bisa berhenti bekerja sekarang selain Jenuh harus di rumah terus aku juga masih membutuhkan uang untuk biaya perawatan Ayah," Tegas Arumi dengan bibir yang mengerucut.
"Iya benar Oma apa yang di katakan oleh mas Dewa, kami tadi hanya sedang berdiskusi saja," sanggah Arumi yang berusaha mengikuti perintah suami kontraknya itu. Nyonya Rima menghela nafas kasar sembari menggelengkan kepala. Tak ingin memperdebatkan pemikiran negatif yang melintas di kepalanya. Wanita berusia enam puluh tahunan lebih itu pun kini segera mengajak cucu dan cucu mantu kesayangan agar segera sarapan bersama. Dia terlihat sangat bersemangat setelah menyiapkan beberapa menu untuk wanita hami. Arumi tidak tega saat melihat oma Rima yang begitu mengharapkan kehadiran cicitnya, dia berusaha bersikap seolah tidak ada apa-apa terhadap Dewa, padahal jauh dari lubuk hatinya dia merasa tidak nyaman. Tanpa membuang waktu lagi, Dewa mengenggam tangan Arumi dan mengajaknya ke meja makan bersama. Jantung Arumi berdegup sangat kencang saat merasakan tangan besar lelaki yang bergelar suaminya itu yang terasa sangat hangat. Sekilas Arumi sempat terpikat oleh ketampanan Dewa, akan
Dewa memijat kening, sungguh selama ini dirinya merasa sangat bodoh karena telah tertipu oleh wanita yang begitu manipulatif seperti Laura. Nyonya Retha dan Oma Rima bernafas lega, saat melihat Laura dan Adrian telah di bawa oleh orang-orang mereka agar segera di proses. Excel menatap mommy dan Dady, meskipun jagoan kecil yang tidak mengerti tentang urusan orang dewasa tadi tapi ada senyuman bahagia di wajah lucunya lalu ia yang berada di dekat kedua orang tuanya pun bertanya. "Mommy! Apa benal paman tampan ini adalah Dady ku?" Celoteh Excel dengan nada cadel-nya sembari memegang kedua tangan kedua orang tuanya. Seketika wajah Arumi terdiam, dia masih marah pada Dewa. Akan tetapi setelah melihat bukti dan mengetahui kebenarannya membuat hatinya perlahan menjadi luluh. "Jagoan kecil! mulai sekarang jangan panggil lagi paman oke, karena kamu adalah pura Dady nak, maaf jika selama ini Dady tidak menjaga mommy dan kamu dengan baik," sesal Dewa yang perlahan berjongkok lalu memeluk da
Arumi terlihat dilema, setelah dia mengetahui semua kebenarannya tentang malam itu. Yang ternyata ulah Laura. "Jangan kembali lagi pada pria seperti Dewa. Dia hanya mencintai Laura. Dan kamu tidak akan bahagia," Adrian kembali mengingatkan. Tentu saja Dewa semakin marah dengan sikap Adrian yang terlalu ikut campur dalam hubungannya dengan Arumi. Sampai Dewa kehilangan kendali, lalu kembali melayangkan tangannya yang mendarat tepat di wajah lawan bicaranya itu.BLUGH!"Diam kau Adrian! Simpan omong kosong mu itu," Geram Dewa. Sampai membuat Adrian kembali terjatuh tersungkur ke bawah lantai. Semua orang di sana terkejut, tak ingin sampai Dewa semakin murka dengan cepatnya Doni memghampiri dan berusaha mengingatkan bosnya. "Tuan, tenanglah, jaga jangan sampai image anda terlihat buruk oleh semua orang, terutama nyonya Arumi," bisik Doni mengingatkan. Dewa berusaha menahan diri, dan Oma Rima juga menegurnya. "Dewa tenanglah, dan kamu nak Adrian berhentilah berharap pada Arumi. Dia ma
Kata-kata sindiran Dewa seolah menjadi sebuah belati tajam untuk hati Adrian, yang sebenarnya apa yang telah dia lakukan itu memang salah karena rasa cintanya yang begitu besar pada Arumi. Tak ingin mengelak lagi, Kini Adrian pun membalas kata-kata Dewa dengan penuh kepercayaan diri. "Heh! jika aku salah telah membantu Arumi agar jauh dari orang-orang toxic seperti mu," Decih Adrian dengan suara yang santai. Darah Dewa mendidih, saat mendengar kata-kata Adrian yang menyulut emosinya. Hingga membuat lelaki tampan itu menghampiri lalu meraih dan menarik kerah Adrian dengan sangat keras. Membuat Arumi kaget begitu juga dengan Excel. "Lancang sekali kau berbicara seperti itu padaku Adrian? tahu apa kau tentang aku dan istri ku!" Hardik Dewa yang sudah tidak ingin mentolerir sikap rekan bisnisnya itu. Arumi terlihat cemas dan panik, sampai dia berusaha melerai keduanya. Karena tidak ingin ada sesuatu hal yang terjadi apa lagi sampai ada yang terluka. "Cukup mas Dewa! oke, aku
"Apa! kamu bilang suster, tuan Dewa? kalian pergi ke sana?" Arumi tercengang saat baru tahu jika putranya itu entah sebuah kebetulan atau memang sengaja mencari tahu tentang Dady-nya tanpa sepengetahuan dirinya. "Iya nyonya, maaf. saya telah berbohong tadi hanya tidak tega saja melihat den Excel meminta untuk main ke rumah nenek buyut temanya," sesal sang baby sister dengan wajah yang tertunduk. Arumi menghela nafas jengah, saat mendengar kenyataan yang baru saja dia ketahui hari, dia terlihat cemas dan panik katena tidak ingin jika Dewa sampai mengetahui keberadaan mereka terutama Excel. "Arumi! apa kamu tidak apa-apa?" tanya Adrian yang ikut cemas saat melihat wajah Arumi yang terlihat sangat pucat. Arumi tersadar dari lamunannya, lalu menjawab jika dia sangat takut jika sampai Dewa mengetahui tentang Excel, mengingat perjanjian mereka berdua saat menikah. Dewa berhak mengambil hak asuh putra mereka. Tapi sebagai seorang ibu, meskipun Arumi bukan istri yang Dewa ingin
Melihat cucunya begitu bersemangat, Oma Rima menatap penuh harap punggung Dewa yang perlahan semakin menjauh dari pandanganya. Dalam hatinya kembali ada secercah harapan jika rumahnya akan kembali hangat seperti dulu. "Semoga Dewa berhasil meminta maaf dan membujuk Arumi, agar mau pulang lagi," gumam Oma Rima. Mendengar perkataan ibunya, Nyonya Margaretha datang menghampiri lalu dia mengatakan beberapa pendapatnya yang menohok. "Ck, ibu ini kenapa begitu yakin jika anak itu milik Dewa? sekaligus dia hamil pun Belum tentu darah daging Dewa. Siapa tahu Arumi selingkuh," Cibir Nyonya Retha sembari memutar kedua bola mata malasnya. Oma Rima mendelik, saat menerima celaan dari putrinya. Bahkan dia menegur agar putrinya itu menjaga ucapan dan yang penting dia meminta sebagai seorang ibu dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan putranya. "Akh ibu ini aku bosen Mendengarnya, menurut ku tetap Laura yang terbaik untuk Dewa." Ucap Retha yang terkekeh dengan pendiriannya.
Arumi terlihat kebingungan, saat jagoan kecilnya terus menuntut jawaban tentang Dady kandungnya. "Astaga! apa yang harus aku katakan? jika Excel tahu jika mas Dewa tidak menginginkan aku dan dia pasti akan sangat sedih," Lirih Arumi dengan hati yang sangat dilema. Bahkan ia terlihat beberapa kali menghela nafas berat, sampai suster Rhini yang sudah mengikuti cukup lama begitu penasaran dengan sebenarnya apa yang sudah terjadi pada Arumi dan ayahnya Excel, tapi sebagai pengasuh ia tidak berani dan tidak mau lancang untuk bertanya tentang masalah pribadi majikanya. "Momy! kenapa masih tidak menjawab? apa mommy tega melihat aku tidak punya Dady? jika momy dan Dady ada masalah cepat selesaikan, karena aku pingin ketemu Dady," Excel menangis, dia sengaja ingin mencari tahu informasi. Arumi benar-benar tidak tega, saat melihat Excel sangat ingin tahu, tapi baginya ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan dan dia sengaja berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan di antara mer
"Ssttt! jangan bersuara dulu, aku melihat Dewa ada di sini?" Bisik Adrian sembari mendaratkan tangannya di bibir Arumi. Mendengar perkataan Adrian, tentu saja Arumi sangat kaget sampai hampir tak percaya, karena bagaimana bisa lelaki yang pernah dia cintai itu bisa ada di rumah sakit. "Mas Dewa! bagaimana bisa dia ada di sini? apa ada seseorang yang dia temui?" Arumi sangat penasaran saat melihat Dewa yang sudah pergi keluar dari pintu utama. Adrian yang tidak suka saat Arumi membahas tentang Dewa. Dia berusaha mencoba untuk mengalihkan perhatian untuk segera menemui Excel yang sudah ada di ruangan rawat VIP. Arumi yang begitu mencemaskan jagoan kecilnya, tanpa banyak berpikir lagi kini dia pun segera pergi ke ruangan di mana Excel berada. Berharap tidak ada hal yang serius terjadi. Setelah berjalan menyusuri lobi beberapa menit, Arumi akhirnya sampai ke ruangan yang di cari dia sedikit terkejut karena ruang rawat itu biasanya di khususkan untuk para orang kaya. Suster
Suster Rini tersontak kaget, saat mendengar suara majikannya. Sampai nafasnya seolah tercekat di tenggorokannya karena saking bingung harus menjawab apa. "Suster Rini! apa kamu masih mendengar ku?" tanya Arumi yang kedua kalinya untuk memastikan. Suster Rini menghela nafas dalam-dalam lalu mengeluarkanya pelan. Baru saja wanita berseragam serba pink itu akan menjawab. Tiba -tiba saja tak sengaja Arumi mendengar suara khas pria yang begitu familiar di telinganya. "Sus! kenapa kamu tidak bilang kalau Excel ternyata punya alergi seafood?" Dewa melontarkan satu pertanyaan dengan nada tinggi. Kebetulan Arumi yang masih menunggu baby sister kepercayaannya dia sangat terkejut saat mendengar suara yang khas dan sangat familiar, membuatnya seketika mematung. Rhini menelan saliva beberapa kali, bibirnya seolah merasa terkunci saat pria yang ada di depannya menegur. "Ma-maaf tuan, saya juga sebagai pengasuh den Excel benar-benar baru tahu ternyata dia punya alergi dan nyonya tidak p
Oma Rima sangat terkejut, saat mendengar kabar jika ibu dari anak kecil yang begitu mirip dengan Dewa adalah putri dari cucu mantu yang sudah dia cari selama ini. "Rudi! kamu tidak berbohong kan? dari mana kamu dapat info itu?" Oma Rima memastikan karena dia tidak ingin jika sampai salah dengar. ¹ddfd Dan tentu saja Rudi tidak pernah memberikan informasi tanpa menemukan bukti lebih akurat dulu. "Nyonya, ini adalah data anak kecil tadi di dapat dari taman kanak-kanaknya," Jelas Rudi Sembari menyodorkan sebuah map yang berhasil dia dapatkan dari salah satu wali di sekolah bergensi itu. Oma Rima meraih dan membaca kembali isi laporan tentang indentitas Excel, jantungnya berdegup sangat kencang, perasaannya campur aduk antara terharu dan senang. "Jadi anak itu benar-benar putra Arumi? kemungkinan dia bisa jadi putra Dewa, Rudi cepat aku ingin info yang lebih akurat, ambil sampel DNA Excel," Titah Oma Rima dengan nada yang penuh penekanan. "Baik nyonya, saya akan segera menyu