Setelah berjalan menaiki tangga, Dewa akhirnya sampai di ruang VIP kafe yang berada di lantai atas. Dia merasa sedikit aneh karena untuk apa Radit mengajak bertemu di ruangan khusus. "Tuan, seseorang yang menunggu anda sudah ada di dalam. Saya undur diri dan jika ada yang anda butuhkan hubungi saja saya," ujar pelayan wanita itu. Dewa yang tidak suka banyak bicara, dia hanya berdehem sebagai jawaban jika dia sudah tahu, lalu perlahan membuka pintu ruangan makan VIP itu dan.. Pintu terbuka, terlihat ruangan itu temaram, hanya ada seorang wanita yang berdiri membelakangi dengan balutan dress di atas lutut yang terlihat begitu seksi dan menggoda. Membuat Dewa menyergitkan dahi penuh keheranan sembari bertanya siapa wanita yang ada di depannya itu, melihat bentuk tubuh wanita itu yang terlihat tidak asing baginya. "Radit! sepertinya kau mengerjai ku, benar benar-benar keterlaluan." Geram Dewa lalu ia memutar badan. Barus aja lelaki tampan itu berjalan beberapa langkah untuk kelu
"Memangnya kenapa mas Dewa? kita ini pacaran biasanya juga seperti ini kenapa sekarang tidak boleh?" protes Laura dengan bibir yang mengerucut. Dewa sangat dilema ketika dia ingin memberitahu kan tentang jati dirinya yang sebenarnya. Tetapi jika tidak segera di bicarakan nantinya masalah ini akan semakin besar. "Mas Dewa! kamu ini kenapa sih dari tadi cuma bengong aja? biasanya kamu sangat senang kalau kita ke sin Lihat ada beberapa kado lagi dari ku, kamu buka lagi ya," Bujuk Laura yang bersandar manja di bahu kekar Dewa. Dewa menghela nafas berat, dia sedikit bingung harus menjelaskan dari mana dulu pada Laura, meskipun dia ragu dan takut Laura marah. Tapi lelaki tampan itu pun berusaha keras untuk mencobanya. "Laura, aku sangat senang sekali menerima kado dari mu semua sangat bagus. Tapi aku sekarang tidak bisa lama-lama berada di luar dengan mu," Celetuk Dewa memulai topik pembicaraan. "Kenapa kamu bilang begitu mas? kita ini baru Bertemu ko terburu-buru pergi sih?"
Di kediaman keluarga Wijaya. Arumi masih menemani nyonya Rima di meja makan, wanita cantik yang tengah memakai baju piyama tidurnya itu terlihat tidak bersemangat saat mencoba beberapa menu makanan yang cukup banyak tersedia di meja. "Arumi! kenapa tidak di makan nak? ini sayuran dan beberapa lauk sangat bagus dan sehat untuk masa pertumbuhan janin mu nak," Perintah Nyonya Rima yang tidak ingin Jika sampai calon cicitnya kekurangan asupan gizi. Perkataan nyonya Rima membuat Arumi tersadar dari lamunannya, lalu ia segera menyahut. "I-iya nek, Arumi akan mencoba untuk mencicipinya." Melihat senyum terpaksa yang tersirat jelas di wajah cantik Arumi, menjadi pertanyaan besar bagi hati seorang nyonya Rima. Yang begitu mengharapkan seorang cicit. "Katakan pada nenek, kenapa dari tadi hanya bengong saja? apa karena Dewa belum pulang kamu jadi tidak semangat makan?" tanya nyonya Rima menatap penuh selidik. Arumi terkejut, dengan pertanyaan nyonya Rima, jauh dari lubuk hatinya y
"Tidak mudah gimana mas? jangan bilang kamu takut sama nenek mu, ini bukan jaman kuno nurut kalau di jodohin orang tua. Yang mau menikah itu kamu mas, seharusnya kamu yang nentuin siapa pasangan mu!" Bentak Laura yang sengaja memprovokasi Dewa. Dewa terdiam, saat mendengar perkataan Laura di sisi lain dia tidak bermaksud untuk menyakiti Laura, tapi dia juga tidak ingin membuat neneknya kecewa. "Aku tidak ingin berdebat Laura, beri aku waktu untuk membereskan semua. Sekarang aku harus pulang jaga dirimu baik-baik," Dewa pamit. Laura yang masih berdiri mematung pun terlihat sangat kesal dan marah, setelah Dewa pergi dari apartemennya. Tidak terima dengan status Revan yang sudah beristri wanita itu pun meraih beberapa barang yang ada di dekatnya lalu melemparkannya ke sembarang arah. "Aaakkh!" kurang ajar berani sekali dia mas Dewa mengkhianati aku, tidak aku tidak akan membiarkan ja-lang itu memiliki mas Dewa," teriak Laura membuat Rini yang sedang ada di dapur pun kaget. P
Rini akhirnya menemukan identitas Arumi sesuai keinginan Laura, setelah dia mencari beberapa album prewedding di akun media sosial Dewa. "Nona Laura, lihatlah aku sudah menemukan wanita itu," teriak Rini yang terlihat begitu antusias. Laura yang sedang duduk merias dirinya pun sejenak dia menghentikan aktifitasnya, setelah asisten pribadinya itu menemukan wanita yang sudah membuatnya marah dan kesal. "Bawa ke sini, aku ingin melihatnya!" perintah Laura. Rini beranjak dari sofa, lalu dia membawa laptop lalu memperlihatkan foto pernikahan Dewa dan Arumi yang menjadi trending topik beberapa waktu lalu. Laura menatap tajam penuh kebencian saat melihat Arumi yang berdiri di samping lelaki yang sangat dia cintai. "Dasar wanita penggoda, berani sekali dia mengambil posisi yang seharusnya menjadi milik ku," Geram Laura mengepalkan kedua tangan sembari menggertakkan gigi menahan emosi yang sudah membakar dirinya, rasanya ingin sekali dia menjambak rambut Arumi jika ada di depannya.
Keesokan harinya, Hera sangat terkejut saat mendengar perkataan sang Dokter setelah mengetahui hasil medis yang lebih baru jika pak Harun terserang struk ringan juga membuat wanita paruh baya itu kecewa. "Dok! sampai kapan suami saya mengalami struk seperti ini?" Hera memastikan, karena ia sangat lelah saat membayangkan bagaimana mengurusnya juga. "Kami tidak bisa memastikan kapan pasien bisa sembuh total, dan sangat disarankan sekali harus sering cek up, dan di bantu dengan dukungan keluarga juga agar pasien memiliki semangat yang tinggi untuk membantu rasa ingin sembuhnya," imbuh sang Dokter. Hera mengerucutkan bibirnya, dia sangat kesal karena harus banyak menghabiskan banyak waktu dan banyak uang yang harus di keluarka Meskipun ragu, Hera memberanikan diri untuk bertanya apakah pak Harun sudah bisa di bawa pulang. Tentu saja Dokter tidak setuju dan perlu beberapa hari lagi untuk pak Harun di rawat. . "Baiklah Dokter, saya akan mendiskusikan dulu dengan anak-anak saya
Hera terkejut, saat melihat ada beberapa pria berjas hitam tengah berada ruang resepsionis, dia begitu penasaran hingga perlahan menghampiri. Baru saja akan bertanya, salah satu dari pria berjas hitam itu menghampirinya, lalu menjelaskan jika bos mereka telah membayar lunas semua biaya pengobatan. Membuatnya sangat kecewa karena tidak bisa mencurangi-nya. "Nyonya, biaya pengobatan pak Harun sudah di lunasi tuan Dewa berpesan agar anda tidak lagi menelpon dan mengirim pesan pada nona Arumi, jika ada hal lain lagi anda bisa menghubungi kami," peringat salah satu dari ke empat pengawal Dewa. Hera menggangguk dan mengiyakan semua perintah pria itu, bahkan dia juga mengucapkan terima kasihnya pada pria kepercayaan Dewa. Setelah perintah sang tuan di laksanakan, para pengawal itu pergi. Hera yang masih mematung terlihat sangat kecewa karena tidak bisa menyelipkan uang biaya rumah sakitnya. "Sial, kenapa tidak Arumi yang datang ke sini, setidaknya aku bisa berbohong dan meminta
Suara dering ponsel Dewa membuat Arumi yang sedang membereskan beberapa dokumen project baru merasa terganggu, karena dari tadi tidak berhenti-berhenti. Membuat wanita cantik itu memberanikan diri untuk mengingatkan. "Tuan, itu kenapa tidak di angkat teleponnya?" tanya Arumi terheran. Dewa menelan ludah setelah tadi mengintip nama id yang ada di ponselnya dari Laura, agar tidak membuat Arumi sedih Dewa berusaha mencari alasan yang tepat. "Ini dari teman ku, nanti saja tidak terlalu penting juga, sekarang apa kamu sudah siapkan semua kontrak kerja sama dengan Adrian?" jelas Dewa yang sengaja berbalik tanya. Dengan sikap disiplin dan penuh tangung jawab, Arumi pun mengatakan jika semuanya sudah beres, tinggal kedua belah pihak menandatanganinya. "Bagus, ternyata kamu juga lumayan berpengalaman pekerjaan." Sanjung Dewa, ia juga bertanya dari mana Arumi memiliki pengalaman kerja. Arumi terdiam, saat mendengar pertanyaan Dewa. Sekilas ia Dejavu saat bekerja dengan Daniel
Dewa memijat kening, sungguh selama ini dirinya merasa sangat bodoh karena telah tertipu oleh wanita yang begitu manipulatif seperti Laura. Nyonya Retha dan Oma Rima bernafas lega, saat melihat Laura dan Adrian telah di bawa oleh orang-orang mereka agar segera di proses. Excel menatap mommy dan Dady, meskipun jagoan kecil yang tidak mengerti tentang urusan orang dewasa tadi tapi ada senyuman bahagia di wajah lucunya lalu ia yang berada di dekat kedua orang tuanya pun bertanya. "Mommy! Apa benal paman tampan ini adalah Dady ku?" Celoteh Excel dengan nada cadel-nya sembari memegang kedua tangan kedua orang tuanya. Seketika wajah Arumi terdiam, dia masih marah pada Dewa. Akan tetapi setelah melihat bukti dan mengetahui kebenarannya membuat hatinya perlahan menjadi luluh. "Jagoan kecil! mulai sekarang jangan panggil lagi paman oke, karena kamu adalah pura Dady nak, maaf jika selama ini Dady tidak menjaga mommy dan kamu dengan baik," sesal Dewa yang perlahan berjongkok lalu memeluk da
Arumi terlihat dilema, setelah dia mengetahui semua kebenarannya tentang malam itu. Yang ternyata ulah Laura. "Jangan kembali lagi pada pria seperti Dewa. Dia hanya mencintai Laura. Dan kamu tidak akan bahagia," Adrian kembali mengingatkan. Tentu saja Dewa semakin marah dengan sikap Adrian yang terlalu ikut campur dalam hubungannya dengan Arumi. Sampai Dewa kehilangan kendali, lalu kembali melayangkan tangannya yang mendarat tepat di wajah lawan bicaranya itu.BLUGH!"Diam kau Adrian! Simpan omong kosong mu itu," Geram Dewa. Sampai membuat Adrian kembali terjatuh tersungkur ke bawah lantai. Semua orang di sana terkejut, tak ingin sampai Dewa semakin murka dengan cepatnya Doni memghampiri dan berusaha mengingatkan bosnya. "Tuan, tenanglah, jaga jangan sampai image anda terlihat buruk oleh semua orang, terutama nyonya Arumi," bisik Doni mengingatkan. Dewa berusaha menahan diri, dan Oma Rima juga menegurnya. "Dewa tenanglah, dan kamu nak Adrian berhentilah berharap pada Arumi. Dia ma
Kata-kata sindiran Dewa seolah menjadi sebuah belati tajam untuk hati Adrian, yang sebenarnya apa yang telah dia lakukan itu memang salah karena rasa cintanya yang begitu besar pada Arumi. Tak ingin mengelak lagi, Kini Adrian pun membalas kata-kata Dewa dengan penuh kepercayaan diri. "Heh! jika aku salah telah membantu Arumi agar jauh dari orang-orang toxic seperti mu," Decih Adrian dengan suara yang santai. Darah Dewa mendidih, saat mendengar kata-kata Adrian yang menyulut emosinya. Hingga membuat lelaki tampan itu menghampiri lalu meraih dan menarik kerah Adrian dengan sangat keras. Membuat Arumi kaget begitu juga dengan Excel. "Lancang sekali kau berbicara seperti itu padaku Adrian? tahu apa kau tentang aku dan istri ku!" Hardik Dewa yang sudah tidak ingin mentolerir sikap rekan bisnisnya itu. Arumi terlihat cemas dan panik, sampai dia berusaha melerai keduanya. Karena tidak ingin ada sesuatu hal yang terjadi apa lagi sampai ada yang terluka. "Cukup mas Dewa! oke, aku
"Apa! kamu bilang suster, tuan Dewa? kalian pergi ke sana?" Arumi tercengang saat baru tahu jika putranya itu entah sebuah kebetulan atau memang sengaja mencari tahu tentang Dady-nya tanpa sepengetahuan dirinya. "Iya nyonya, maaf. saya telah berbohong tadi hanya tidak tega saja melihat den Excel meminta untuk main ke rumah nenek buyut temanya," sesal sang baby sister dengan wajah yang tertunduk. Arumi menghela nafas jengah, saat mendengar kenyataan yang baru saja dia ketahui hari, dia terlihat cemas dan panik katena tidak ingin jika Dewa sampai mengetahui keberadaan mereka terutama Excel. "Arumi! apa kamu tidak apa-apa?" tanya Adrian yang ikut cemas saat melihat wajah Arumi yang terlihat sangat pucat. Arumi tersadar dari lamunannya, lalu menjawab jika dia sangat takut jika sampai Dewa mengetahui tentang Excel, mengingat perjanjian mereka berdua saat menikah. Dewa berhak mengambil hak asuh putra mereka. Tapi sebagai seorang ibu, meskipun Arumi bukan istri yang Dewa ingin
Melihat cucunya begitu bersemangat, Oma Rima menatap penuh harap punggung Dewa yang perlahan semakin menjauh dari pandanganya. Dalam hatinya kembali ada secercah harapan jika rumahnya akan kembali hangat seperti dulu. "Semoga Dewa berhasil meminta maaf dan membujuk Arumi, agar mau pulang lagi," gumam Oma Rima. Mendengar perkataan ibunya, Nyonya Margaretha datang menghampiri lalu dia mengatakan beberapa pendapatnya yang menohok. "Ck, ibu ini kenapa begitu yakin jika anak itu milik Dewa? sekaligus dia hamil pun Belum tentu darah daging Dewa. Siapa tahu Arumi selingkuh," Cibir Nyonya Retha sembari memutar kedua bola mata malasnya. Oma Rima mendelik, saat menerima celaan dari putrinya. Bahkan dia menegur agar putrinya itu menjaga ucapan dan yang penting dia meminta sebagai seorang ibu dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaan putranya. "Akh ibu ini aku bosen Mendengarnya, menurut ku tetap Laura yang terbaik untuk Dewa." Ucap Retha yang terkekeh dengan pendiriannya.
Arumi terlihat kebingungan, saat jagoan kecilnya terus menuntut jawaban tentang Dady kandungnya. "Astaga! apa yang harus aku katakan? jika Excel tahu jika mas Dewa tidak menginginkan aku dan dia pasti akan sangat sedih," Lirih Arumi dengan hati yang sangat dilema. Bahkan ia terlihat beberapa kali menghela nafas berat, sampai suster Rhini yang sudah mengikuti cukup lama begitu penasaran dengan sebenarnya apa yang sudah terjadi pada Arumi dan ayahnya Excel, tapi sebagai pengasuh ia tidak berani dan tidak mau lancang untuk bertanya tentang masalah pribadi majikanya. "Momy! kenapa masih tidak menjawab? apa mommy tega melihat aku tidak punya Dady? jika momy dan Dady ada masalah cepat selesaikan, karena aku pingin ketemu Dady," Excel menangis, dia sengaja ingin mencari tahu informasi. Arumi benar-benar tidak tega, saat melihat Excel sangat ingin tahu, tapi baginya ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan dan dia sengaja berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan di antara mer
"Ssttt! jangan bersuara dulu, aku melihat Dewa ada di sini?" Bisik Adrian sembari mendaratkan tangannya di bibir Arumi. Mendengar perkataan Adrian, tentu saja Arumi sangat kaget sampai hampir tak percaya, karena bagaimana bisa lelaki yang pernah dia cintai itu bisa ada di rumah sakit. "Mas Dewa! bagaimana bisa dia ada di sini? apa ada seseorang yang dia temui?" Arumi sangat penasaran saat melihat Dewa yang sudah pergi keluar dari pintu utama. Adrian yang tidak suka saat Arumi membahas tentang Dewa. Dia berusaha mencoba untuk mengalihkan perhatian untuk segera menemui Excel yang sudah ada di ruangan rawat VIP. Arumi yang begitu mencemaskan jagoan kecilnya, tanpa banyak berpikir lagi kini dia pun segera pergi ke ruangan di mana Excel berada. Berharap tidak ada hal yang serius terjadi. Setelah berjalan menyusuri lobi beberapa menit, Arumi akhirnya sampai ke ruangan yang di cari dia sedikit terkejut karena ruang rawat itu biasanya di khususkan untuk para orang kaya. Suster
Suster Rini tersontak kaget, saat mendengar suara majikannya. Sampai nafasnya seolah tercekat di tenggorokannya karena saking bingung harus menjawab apa. "Suster Rini! apa kamu masih mendengar ku?" tanya Arumi yang kedua kalinya untuk memastikan. Suster Rini menghela nafas dalam-dalam lalu mengeluarkanya pelan. Baru saja wanita berseragam serba pink itu akan menjawab. Tiba -tiba saja tak sengaja Arumi mendengar suara khas pria yang begitu familiar di telinganya. "Sus! kenapa kamu tidak bilang kalau Excel ternyata punya alergi seafood?" Dewa melontarkan satu pertanyaan dengan nada tinggi. Kebetulan Arumi yang masih menunggu baby sister kepercayaannya dia sangat terkejut saat mendengar suara yang khas dan sangat familiar, membuatnya seketika mematung. Rhini menelan saliva beberapa kali, bibirnya seolah merasa terkunci saat pria yang ada di depannya menegur. "Ma-maaf tuan, saya juga sebagai pengasuh den Excel benar-benar baru tahu ternyata dia punya alergi dan nyonya tidak p
Oma Rima sangat terkejut, saat mendengar kabar jika ibu dari anak kecil yang begitu mirip dengan Dewa adalah putri dari cucu mantu yang sudah dia cari selama ini. "Rudi! kamu tidak berbohong kan? dari mana kamu dapat info itu?" Oma Rima memastikan karena dia tidak ingin jika sampai salah dengar. ¹ddfd Dan tentu saja Rudi tidak pernah memberikan informasi tanpa menemukan bukti lebih akurat dulu. "Nyonya, ini adalah data anak kecil tadi di dapat dari taman kanak-kanaknya," Jelas Rudi Sembari menyodorkan sebuah map yang berhasil dia dapatkan dari salah satu wali di sekolah bergensi itu. Oma Rima meraih dan membaca kembali isi laporan tentang indentitas Excel, jantungnya berdegup sangat kencang, perasaannya campur aduk antara terharu dan senang. "Jadi anak itu benar-benar putra Arumi? kemungkinan dia bisa jadi putra Dewa, Rudi cepat aku ingin info yang lebih akurat, ambil sampel DNA Excel," Titah Oma Rima dengan nada yang penuh penekanan. "Baik nyonya, saya akan segera menyu