***Anne duduk di kamarnya dengan perasaan gelisah yang memenuhi hatinya. Pikirannya melayang ke masa lalu, terutama saat-saat indah yang pernah dia lewati bersama Ludwig. Kenangan itu terlukis begitu jelas dalam ingatannya, membuatnya merasa seperti waktu berputar kembali.Namun, keributan di rumah menarik perhatiannya. Sebuah kabar beredar bahwa Ludwig, mantan suaminya, akan segera tiba di Jerman bersama istri barunya. Anne merasa dadanya terasa sesak, pertanyaan-pertanyaan kacau mulai memenuhi pikirannya."Dia masih memiliki wajah yang buruk? Apakah wajahnya sudah kembali seperti sediakala sampai dia berani kembali ke sini?" gumam Anne pada dirinya sendiri, merujuk pada bekas luka di wajah Ludwig yang selalu menghantuinya dalam kenangan.Rasa kesal juga menyelinap masuk dalam pikirannya. Dia merasa marah pada dirinya sendiri karena meninggalkan Ludwig di masa lalu dan kembali ke Jerman untuk menikahi pria lain. Semua orang menyalahkannya, menganggapnya sebagai penyebab perpisahan m
***"Ludwig," ucap Kinan perlahan, matanya mencari-cari tatapan suaminya. "Aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu yang..."Namun, sebelum Kinan bisa melanjutkan, ada dering ponsel yang menggema di kamar, dan Ludwig langsung mengambil ponsel itu di atas meja. Dan di antara kebingungan dan kejutan, Kinan dibiarkan dalam ketidakpastian yang merayap dalam pikirannya, bertanya-tanya apa yang akan terjadi saat Ludwig mengetahui bahwa ia mendapatkan ancaman pesan dari nomor asing.Sedangkan, Ludwig segera mendekatinya, mengambil ponselnya dengan ekspresi khawatir yang terpancar jelas di wajahnya.Setelah berbicara sebentar dengan Rangga, Ludwig meletakkan telepon dengan wajah yang tegang. "Ada masalah besar di perusahaan tambang," ucapnya dengan suara yang tegang.Namun, ketika dia melihat ke arah Kinan, yang duduk tenang di sofa, dia menyadari bahwa istrinya memiliki sesuatu yang ingin dia sampaikan padanya."Apa yang ingin kamu bicarakan, Kinan?" tanya Ludwig, mencoba membaca ekspres
***Langit senja memancarkan cahaya emas yang lembut saat Ludwig akhirnya kembali ke rumah setelah berurusan dengan urusannya. Namun, ketika dia melihat Kinan duduk di ruang keluarga dengan wajah murung, kekhawatiran langsung menyelimuti pikirannya. Tanpa berkata sepatah kata pun, dia mendekati istrinya dengan langkah-langkah hati-hati.Tanpa menunggu izin, Ludwig meraih ponsel Kinan dari tangannya, membuat Kinan terkejut dengan gerakan tiba-tiba suaminya. "Apa yang terjadi, Kinan?" tanyanya dengan nada yang penuh kekhawatiran.Dalam ketegangan dan kebingungan, Kinan memandang suaminya dengan matanya yang berbinar-binar. Dia tahu dia harus memperlihatkan apa yang mengganggunya, meskipun itu sangat menyakitkan untuk diungkapkan.Ludwig melihat layar ponsel dengan ekspresi yang serius, dan saat dia melihat apa yang membuat Kinan muram, dia merasa seperti dunia di sekelilingnya runtuh. Sejumlah foto mesra dari masa lalunya bersama Anne memenuhi layar, diikuti dengan pesan-pesan ancaman y
***Waktu menunjukkan jam dua dini hari, Kinan bangun dalam tidurnya dan ia melihat ke sampingnya, melihat pria yang saat ini telah menjadi suaminya tidur terlelap dengan tenang. Kinan tersenyum menatap teduhnya wajah suaminya itu. Bahkan sampai detik ini, ia tidak menyangka kalau Allah memberinya takdir seperti ini, awalnya ia menikah karena dipaksakan, tapi pada akhirnya saat ia ikhlas dan menerima semua itu, kebahagiaan yang ia pikir mustahil berada dalam genggamannya. Kinan tidak akan melepaskannya, bahkan untuk masa lalu sang suami nanti tidak akan bisa mengalahkannya.Kinan membelai lembut wajah Ludwig, setiap fitur pria itu sempurna. Siapapun akan jatuh hati dengan paras yang rupawan seperti suaminya dan ia mendaratkan ciuman lembut di kening Ludwig.“Aku mencintaimu karena Allah, Ludwig von Schlossberg. Aku telah menjaga segala kehormatanku, menjaga pandanganku dan tak pernah tersentuh oleh pria manapun dan semua itu kujaga untukmu, suami yang telah Allah pilihkan,” bisik Kin
***Leonardo tertawa puas dan ia menatap tajam ke arah Anne, “Kenapa? Apa kau mau mengelaknya?” tanyanya sengaja.Anne terus berkelit, mengulangi bahwa dia tidak bersalah dan tidak takut pada ancaman Leonardo. "Aku tidak pernah melakukan kesalahan," katanya dengan tegas, mencoba meyakinkan dirinya sendiri sebanyak yang dia lakukan pada Leonardo. "Dan aku tidak takut dengan ancamanmu."Leonardo tersenyum licik, seolah menikmati momen ketika dia bisa menguasai situasi. Dengan langkah berani, dia membuka ponselnya dan memutar rekaman suara yang menampilkan Anne, mengungkapkan penyesalannya yang mendalam karena meninggalkan Ludwig di masa lalu. Dan dalam rekaman suara itu Anne mengatakan menikahi Kendrick itu karena terpaksa dan tidak ada perasaan cinta sedikitpun pada suaminya.Mendengar rekaman itu, Anne terdiam, matanya memperlihatkan ketidakpercayaan dan kepanikan yang dalam. Dia tahu bahwa rahasia yang dia sembunyikan telah terbongkar, dan itu bisa menghancurkan segalanya yang dia ba
***Di dalam ruangannya yang mewah, Leonardo duduk di kursi kulitnya yang empuk, menatap ponselnya dengan serius. Saat telepon berdering, dia segera mengangkatnya."Halo, kau sudah mengikutinya dan apa yang kau temukan?" tanya Leonardo, suaranya penuh dengan otoritas dan ketegasan."Saya sudah mengikutinya sesuai dengan perintah anda. Dia sudah tiba di Jerman, Tuan," suara di ujung telepon melaporkan dengan cepat.Leonardo mengernyitkan keningnya. "Lakukan apa yang saya perintahkan. Saya ingin setiap langkahnya diamati. Jangan lewatkan apa pun. Saya ingin tahu segalanya tentang keberadaannya, siapa yang dia temui, apa yang dia lakukan. Paham?""Paham, Tuan. Kami akan terus memantau dan memberi Anda laporan rutin," jawab orang tersebut."Bagus," kata Leonardo, sebelum mengakhiri panggilan.Dengan mata yang berkilat, Leonardo memperhatikan layar ponselnya, memikirkan langkah-langkah selanjutnya dalam rencananya. Dia tidak akan membiarkan Ludwig mengambil alih warisan keluarganya
***Langkah Kinan dan Ludwig melintasi pintu masuk mansion mewah milik keluarga Schlossberg menghasilkan ketukan yang bergema di dalam hati mereka. Mereka berdua menatap kediaman megah itu dengan perasaan campur aduk. Bagi Ludwig, ini adalah kembali ke dunia lama yang pernah ditinggalkannya belasan tahun yang lalu, sementara bagi Kinan, ini adalah pertemuan dengan keluarga besar suaminya yang mungkin tak akan pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia bahkan tidak menyangka akan terlibat dalam urusan keluarga bangsawan yang rumit.Semua orang menatap kedatangan mereka. Ludwig memancarkan karisma yang luar biasa, pesona seorang bangsawan benar-benar terpancar dari dirinya. Bahkan sebagian besar anggota keluarga Schlossberg tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Mereka terkesima melihat perubahan besar yang dialami Ludwig, dari sosok yang mereka kira pecundang yang pernah meninggalkan negara Jerman lebih dari sebelas tahun yang lalu, kini menjadi pria yang begitu kuat dan dominan. Ya, Ludwig yan
***Dalam sorot mata Anne, terpancar campuran antara kegembiraan dan kekhawatiran yang tak terucap. Pesan dari asistennya menimbulkan gejolak di dalam hatinya. Setelah bertahun-tahun berlalu, akhirnya Ludwig telah kembali, dan dengan cepat, kenangan tentang masa lalu kembali menghampirinya. Ia tak sabar untuk melihat pria itu dan menyapanya.“Ia sudah tiba di Jerman? Ludwig...” gumam Anne, matanya menerawang ke dalam jauh, mencoba memahami perasaannya yang rumit. “Apakah dia benar-benar datang kemari?”Asistennya tidak melebih-lebihkan. Anne tahu, ketika Ludwig kembali, dia pasti akan menjadi pusat perhatian, bukan hanya bagi dirinya, tapi bagi semua orang yang pernah mengenalnya. Dan kehadiran Ludwig di kediaman keluarga Schlossberg pasti menjadi sorotan utama. Apalagi sang asisten mengatakan wajah Ludwig sudah seperti semula lagi, mulus tanpa ada cacat lagi.“Aku harus melihatnya,” ucapnya, suara hatinya terdengar rag
***Lima bulan berlalu...Kinan sedang memangku bayi mungil di depan rumahnya. Rumah yang beberapa bulan ini ia tempati bersama suaminya, Arthur. Dan tentu saja Tony, ayahnya menemaninya. Ia merasa bahagia karena ayahnya Tony saat ini selalu ada bersamanya dan selalu membantunya mengurus sang buah hati.“Ayah,” ucap Kinan lembut, ia tidak melihat Tony setelah sholat subuh. “Apa Ayah ketiduran, ya?” gumammya.Kinan berjalan pelan menuju kamar ayahnya, pintu sedikit terbuka. Ia melihat Tony sedang dalam posisi sujud. Ia mengernyitkan kening dan tersenyum, melihat betapa khusyuk ayahnya dalam sholat. Tony memang dikenal sebagai sosok yang sangat taat beribadah beberapa bulan terakhir ini, dan Tony mengatakan selalu menemukan ketenangan dalam setiap doanya.Kinan memutuskan untuk duduk di dekat pintu, menunggu ayahnya selesai sholat. Ia membuka ponselnya, mengecek beberapa pesan, lalu memandang kembali ke arah Tony. Setengah jam berlalu, namun posisi Tony tidak berubah sedikit pun."Ayah,
***Waktu cepat berlalu dan sudah empat bulan usia kehamilan Kinan saat ini, dan kebahagiaan yang ia rasakan semakin bertambah saat dokter menyatakan bahwa ia sudah bisa bepergian dengan pesawat udara. Pagi itu, Kinan dengan semangat memberitahukannya pada adik iparnya, Vincent agar membantunya untuk membeli tiket pesawat ke Madinah esok hari, pria itu sangat senang dan ia langsung memesan dua tiket untuk kakak iparnya dan juga Tony. Lalu, Kinan juga mengabarkan berita baik ini kepada ayahnya, Tony."Ayah, dokter bilang aku sudah bisa bepergian dengan pesawat!" seru Kinan penuh antusias saat memasuki kamar ayahnya.Tony yang sedang sibuk membaca laporan kerja dari salah satu karyawannya di gerai mengangkat kepalanya dan tersenyum melihat putrinya yang berseri-seri. "Benarkah, sayang? Itu berita yang luar biasa, Nak!" jawabnya sambil berdiri dan memeluk Kinan."Aku ingin menyusul Ludwig ke Madinah, Ayah. Aku ingin memberinya kejutan. Dia tidak akan tahu bahwa aku akan datang, aku suda
***Ludwig dan Kinan duduk berdampingan di sofa, wajah mereka berseri-seri memandangi layar ponsel yang menampilkan wajah Patricia yang kelelahan namun bahagia. Di pelukannya, tampak seorang bayi perempuan yang mungil dan menggemaskan, masih dengan selimut rumah sakit membungkus tubuh kecilnya. Patricia tersenyum lebar, jelas bangga dan penuh kasih sayang terhadap putrinya yang baru lahir."Patricia, dia sangat cantik!" seru Kinan dengan suara penuh haru. "Selamat, kamu sudah menjadi ibu dua anak sekarang."Patricia tertawa lembut. "Terima kasih, Kinan. Aku merasa seperti hidupku baru saja dimulai. Lihatlah betapa mungilnya dia. Apalagi aku selalu mengharapkan menggendong bayi perempuan."Ludwig menatap bayi itu dengan mata berbinar. "Dia benar-benar anugerah, Patricia. Selamat sekali lagi. Kami sangat bahagia untukmu."Patricia mengangguk dengan wajah penuh kebahagiaan. "Terima kasih, Ludwig. Kami tidak sabar untuk kalian bertemu dengannya langsung."“Dan kami ada berita bagus untukm
***Ludwig berdiri di depan cermin besar, merapikan dasi hitamnya. Dia melirik jam di pergelangan tangannya, memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. Malam ini adalah malam istimewa yang telah ia rencanakan dengan seksama. Ia telah menyewa sebuah restoran mahal dan mewah secara privat hanya untuk makan malam romantis bersama sang istri, Kinan. Semuanya telah disiapkan, dari makanan terbaik hingga dekorasi yang indah, semua dirancang untuk membuat Kinan merasa sangat istimewa. Apalagi Kinan yang memintanya dan sang istri akhir-akhir berubah jadi istri yang manja dan mudah cemburuan, perubahan itu membuatnya terkejut, tapi ia sangat menyukainya karena Kinan semakin menggemaskan di matanya.Pintu kamar terbuka, dan Kinan muncul dengan gamis indah berwarna merah yang anggun. Mata Ludwig berbinar melihat kecantikan istrinya. "Sayangku, kamu terlihat menakjubkan," katanya dengan penuh kagum.Kinan tersenyum malu-malu. "Terima kasih, sayang. Suamiku juga terlihat sangat tampan. Apakah ka
***“Sayang, bagaimana sekarang? Kamu sudah tidak pusing lagi?” tanya Ludwig.Kinan menggelengkan kepalanya dan tersenyum, ia menatap suaminya dengan tatapan tak terbaca.Ludwig mengernyitkan keningnya karena merasa ada yang tidak biasa dari diri Kinan, “Ada apa, sayang? Mau bicara sesuatu?” tanyanya.Kinan langsung memeluk suaminya dan hal itu tentu saja membuat Ludwig terkejut karena dari kemarin istrinya itu sangat manja, terlebih lagi Kinan bisa marah saat ia lupa memberi kabar karena kemarin sangat sibuk mengurus segala hal di keluarga Schlossberg.“Sayang, kalau ada salah aku minta maaf. Lebih baik kamu marah saja sama aku daripada mendiamkanku seperti ini. Aku nggak bisa kalau kamu mendiamkanku,” ucap Ludwig.Kinan melepaskan pelukannya dan tersenyum menatap suaminya, “Mana bisa aku marah sama suamiku, kalau sebal ya paling dikit,” balasnya.“Ada apa?” tanya Ludwig.“Bagaimana urusan kamu dengan Leo? Terus ke depannya, semua yang dimiliki keluarga Schlossberg bena-benar kamu le
***Leonardo duduk sendirian di dalam sel tahanan, tatapan kosongnya terpaku pada dinding dingin yang menyelimutinya. Wajahnya pucat dan lesu, air mata tak terbendung meluncur turun membasahi pipinya. Hati dan pikirannya dipenuhi oleh kesedihan yang tak terperi."Dulu, segala sesuatunya begitu indah," gumam Leonardo dalam diam, suaranya serak oleh rintihan tangisnya yang terdengar. "Keluarga, cinta, kebahagiaan. Semuanya hancur oleh rasa iri dan kebencianku."Ingatan akan masa lalu datang menghantamnya seperti gelombang yang ganas. Dia mengingat senyum kedua orang tua dan juga saudara-saudaranya, kehangatan keluarga yang pernah dirasakannya. Namun, kebencian dan niat jahatnya terhadap Ludwig telah mengubah segalanya."Dosaku terlalu besar," bisik Leonardo dengan suara tercekik oleh air mata. "Aku telah merusak segalanya dengan tangan sendiri. Bagaimana aku bisa begitu buta dan bodoh? Dia kakakku, tapi aku ingin menghancurkannya karena aku terlalu iri dan cemburu padanya."Vincent, adi
***“Kau memintaku meminta maaf padanya? Apa kau juga akan pergi meninggalkanku?” tanya Lenardo.“Aku sangat mencintai kalian dan juga menghormati kalian sebagai kakakku dan panutanku. Tapi, jika kau melakukan kejahatan, aku tidak bisa diam saja. Aku membencinya, aku tidak suka kalau kita menyakiti satu sama lainnya,” balas Vincent.Leonardo terdiam sejenak, pria itu masih terus memikirkan kegagalan rencananya. Dia merasa marah pada dirinya sendiri karena telah membiarkan Ludwig menghancurkan segalanya.“Aku tidak peduli, Vincent. Meski akua da ikatan darah dengannya, aku tidak akan membiarkan dia menghancurkanku,” tukas Leonardo."Apa yang kamu lakukan, Leo?" tanya Vincent agak khawatir.Leonardo menatap Vincent dengan sedikit ketegangan. "Aku hanya berusaha untuk melindungi apa yang milikku, Vincent. Kamu tidak akan mengerti. Selama ini, selama belasan tahun aku yang berjuang untuk keluarga ini, aku tidak mau dia mengambilnya dengan mudah!"Vincent menggeleng, ekspresinya penuh den
***Anne duduk di kursi dengan tubuh yang gemetar, tangisannya tak kunjung reda. Kendrick, suaminya, berdiri di hadapannya dengan ekspresi kecewa yang sulit untuk disembunyikan."Aku minta maaf, Kendrick," bisik Anne di antara tangisannya. "Aku tidak bermaksud melukaimu. Kejadian ini buka mauku, kamu harus percaya padauk."Kendrick hanya mengangguk, wajahnya tetap keras. "Apakah semua ini benar-benar karena ancaman dari Leonardo?" tanyanya, suaranya terdengar rapuh.Anne terkejut saat suaminya mengetahui semuanya, ia menundukkan kepala, "Ya, Kendrick. Aku tidak punya pilihan. Dia mengancam akan menghancurkan segalanya jika aku tidak melakukan apa yang dia katakan."Kendrick menghela napas panjang, mencoba meredakan kekecewaannya. "Jadi, semua ini karena ancaman dari pria itu?"Anne mengangguk, mencoba menatap mata suaminya, tapi ia tidak mampu. "Aku tahu aku telah membuat kesalahan besar, Kendrick. Aku berharap kau bisa memaafkanku."Kendrick tetap diam, merenungkan semua yang telah t
***Ludwig menatap Kinan dengan perasaan bersalah, “Sayang, ,maafkan aku… ““Kenapa kamu meminta maaf?” Kinan bertanya balik.Ludwig duduk di tepi tempat tidur, matanya menatap hampa ke luar jendela, mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan penyesalannya. Kinan berdiri di dekatnya, menatap pria itu dengan tatapan lembut.“Masalah tadi,” balas pria itu, namun ia bingung bagaimana untuk memulainya, ia hanya takut membuat istrinya terluka."Ludwig," panggil Kinan, suaranya lembut dan penuh dengan kehangatan.Ludwig menoleh, ekspresinya terlihat tegang. "Aku benar-benar minta maaf, Kinan. Aku tidak sengaja melihat apa yang seharusnya tidak aku lihat. Aku tidak bermaksud..."Kinan segera mengangkat tangannya untuk membuat Ludwig diam. "Tidak perlu banyak bicara, Ludwig," ujarnya dengan lembut. "Aku mengerti bahwa itu adalah situasi yang sulit."Ludwig menarik napas lega, tetapi rasa bersalah masih menghantuinya. "Aku akan selalu menyesalinya. Aku tidak ingin menyakitimu, Anne… aku