Arkana belum pernah mendapatkan kepuasan seluarbiasa ini dalam melampiaskan hasrat.Biasanya ia akan melakukan sekali atau paling banyak tiga kali dengan satu wanita dalam satu malam tapi setelah itu ia tidak pernah menginginkannya lagi.Kecuali pada Bunga, itu pun kerena Bunga yang menawarkan diri dan Arkana tidak mau rugi karena telah mengeluarkan banyak uang setiap bulannya untuk Bunga. Tapi setelah ia merasakan bagaimana nikmatnya bercinta dengan Zara, Arkana ingin terus melakukannya.Terus dan terus tidak pernah merasa bosan karena setiap kali melakukannya ia selalu mendapatkan kepuasaan yang membuatnya ketagihan.Apa mungkin karena Arkana melakukannya dengan Zara atas dasar cinta yang tulus dan bukan hanya sekedar napsu semata. Arkana memeluk istrinya yang terbujur kaku tapi masih bernapas di sampingnya.Ia tau Zara sedang merajuk karena dirinya meminta jatah lebih mengingat masa bulan madu mereka telah usai dan hari ini mereka harus pulang ke Indonesia.Bisa dibilang kalau ta
“Bunga!” panggil Angga.Yang bersangkutan menghentikan langkah tanpa berniat membalikan tubuh mencari sosok yang memanggilnya.Bunga hapal suara itu, memejamkan mata sambil melipat bibir ke dalam menyiapkan mental untuk bertemu Angga.Beberapa hari ini Bunga menghindari Angga, berusaha melupakan pria itu karena ia yakin hubungan mereka tidak akan berhasil.Bunga sadar dirinya brengsek karena hanya mementingkan harta dan kemewahan yang tidak bisa Angga berikan.Bagi Bunga cinta saja tidak cukup. Ia menginginkan lebih dari cinta.Angga menyentuh pundak Bunga membuat perempuan itu menoleh dan mengumpat dalam hati.Pria bertubuh atletis itu selalu rapih dan tampan, bibir tebalnya juga seolah mengundang Bunga untuk membenamkan bibirnya di sana.Terlebih Bunga tau bagaimana cara Angga ketika melumat bibirnya, begitu lembut, tidak tergesa-gesa dan mendamba.Juga sorot mata Angga yang teduh seperti menawarkan perlindungan dan kasih sayang.“Bisa kita bicara?” Angga meminta waktu.Bunga menger
“Selamat pagi, Pak Arkana.” Pagi ini Arkana disambut oleh sapaan formal, seorang gadis berdiri di depan pintu ruangannya yang terbuka.“Kamu Gita?” tanya Arkana memastikan.“Betul, Pak!” Gita menjawab dengan lugas.“Ikut ke ruangan saya,” titah Arkana sambil berjalan masuk ke ruangannya. Arkana duduk di kursi besar di balik meja, membaca berkas yang sudah disiapkan oleh Gita.“Apa jadwal saya hari ini?” Arkana bertanya sambil membaca setiap lembar berkas tersebut.Gita mulai membacakan jadwal Arkana dan semuanya adalah meeting dengan klien.Hari pertama usai honeymoon Arkana dihadapkan pada rentetan meeting dengan klien, belum mulai saja kepalanya sudah pening.Arkana bukan tipe yang suka berbasa-basi dengan formal dan kadang lidahnya keseleo menggunakan bahasa anak gaul Jakarta.Napasnya tembus berat. “Kasih saya waktu dua jam untuk menandatangani semua laporan ini baru setelah itu kita mulai meeting pertama dengan klien.” “Baik, Pak! Mau minum apa, Pak?” “Enggak usah, saya udah
“Seorang wanita lagi,” batin Zara bersuara, mata bulat Zara menatap pelatih bela dirinya dari atas sampai bawah.Sepertinya Arkana memang menjauhkan Zara dari pria manapun.“Kenapa? Kamu meragukan bela diri saya karena saya memakai pakaian serba pink?” Sang pelatih bertanya karena terganggu dengan tatapan penilaian dari Zara.Zara tersenyum lalu menggelengkan kepala. “Aku lagi mikir, apa kamu salah satu wanita yang pernah tidur dengan suami saya?” ucap Zara terang-terangan.Istri dari Arkana itu mengendikan kepala, meminta pelatihnya mengikuti ke ruang latihan.Sang pelatih bela diri begitu takjub dengan karakter Zara yang tidak menahan diri, cocok menjadi istri Arkana yang terkenal kejam dalam dunia hitam.Ia merasa bila Zara sedang mengancamnya untuk tidak menggoda Arkana.“By the way, kita belum kenalan ... panggil saya Pink.” “Zara.” Zara tersenyum seraya menjabat tangan Pink.Seperti yang Pink pikirkan tadi, Zara tidak menahan dirinya ketika melakukan pukulan atau menendang.Kek
“Kita mampir ke Infinity Corp sebentar, ada yang mau saya diskusikan sama CEOnya.” Mata Arkana terpejam dengan kepala menengadah bersandar pada sandaran kepala kursi.Hari ini sungguh melelahkan dan ia sangat merindukan Zara.Apalagi setelah tadi melihat sesi latihan Zara yang dikirimkan Neil dalam bentuk video ke ponselnya.Seketika hasrat Arkana memuncak dan sulit dibendung. “Baik Pak!” Baik Gita dan sang driver kompak menjawab demikian.Dan beberapa saat kemudian ....“Pak, kita sudah sampai.” Arkana langsung terjaga mendengar suara Gita, gadis itu berdiri di ambang pintu mobil yang sudah terbuka.Arkana kelelahan hingga ketiduran, ia hanya tidur beberapa jam saja karena harus membaca berbagai laporan untuk dibahas pada meeting hari ini.Arkana menegakan tubuhnya sebentar kemudian turun setelah kesadarannya ia raih.Jasnya sudah ia tanggalkan di dalam mobil begitu juga dengan dasi, lengan kemejanya terlipat hingga sikut.Beberapa security dan karyawan menyapanya dengan hormat,
Masih di gedung Infinity Corp.“Dit, sebelum lanjut ngomongin kerjaan ... selfie dulu,” kata Arkana setelah puas meledek sahabatnya.“Apaan sih!” Raditya yang tidak pernah memiliki kekasih dalam hidupnya tentu tidak mengerti dengan hal-hal remeh seperti ini yang bisa membuat langgeng suatu hubungan.Arkana mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana, memutar pinggangnya menghadap belakang kemudian mengangkat ponsel tersebut bersiap mengambil gambar dirinya dan radit beserta sebagian ruangan ini.Walau bingung dengan apa yang dilakukan Arkana tapi Raditya tersenyum juga ketika Arkana berhenti pada hitungan ketiga. “Buat apaan sih itu? Tumben,” kata Raditya bertanya.“Buat dikirim ke Zara sebagai bukti kalau gue lagi meeting sama lo,” jawab Arkana mengatakan yang sebenarnya sambil mengotak-ngatik ponselnya mengirim foto tadi kepada Zara.Gelak tawa Raditya menggelegar, membalas Arkana yang tadi menertawainya hingga ia juga memegangi perut saking geli dengan tingkah sang sahabat.Bukan
Bunga menatap gedung pencakar langit di depannya.Beberapa bulan lalu ia sering datang ke sini untuk meminta uang kepada Arkana bila sedang ingin menginginkan sesuatu dan mereka akan bercinta di atas meja kerja pria itu.Tapi sekarang tidak lagi setelah Arkana bertemu Zara sehingga Bunga pun tidak berani meminta uang di luar jatah bulanan yang Arkana berikan.Bunga melangkahkan kakinya memasuki loby, seorang security menyambutnya ramah.Pria itu menanyakan apa tujuan Bunga ke sini, sebetulnya security itu mengenal Bunga karena seringnya Bunga datang kemari tapi semenjak Arkana menikah—security ditugaskan untuk menahan para wanita yang dulu menjadi kekasih Arkana termasuk Bunga.Bunga menatap security kesal lalu mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada pria itu.“Gue udah janjian sama dia,” kata Bunga menjelaskan isi pesan singkatnya dengan Arkana.“Baik, silahkan ...,” kata security loby mempersilahkan.Bunga tau ini akan terjadi, itu kenapa ia menghubungi Arkana terlebih dahulu,
“Aku tau apa yang Kak Ar lakuin selama ini!” Arkana yang baru saja masuk ke dalam kamar seketika menghentikan langkahnya menatap Zara bingung.Sang istri berdiri di tengah-tengah kamar sambil melipat tangan di dada dan sorot matanya penuh kebencian.“Maksudnya apa sayang?” Arkana bertanya sambil melangkah mendekat, tampang polosnya tidak akan bisa membuat Zara luluh.“Berenti di situ!” seru Zara ketus.Arkana berhenti melangkah sambil mengangkat kedua tangan di depan dada, ia merasa sedang ditodong senjata api oleh Zara melihat bagaimana berangnya sang istri.“Kenapa sih sayang? Aku salah apa?” Arkana benar-benar bingung.“Selama ini Kak Ar transfer uang untuk Bunga, kan? Iya?” Zara bertanya galak.Arkana tampak berpikir, istrinya tau dari mana masalah ini?“Iya enggak? Jawab!” bentak Zara kesal karena keterdiaman Arkana secara tidak langsung menjawab pertanyaannya.Arkana mengembuskan napas. “Antara iya dan enggak, boleh aku jelasin?” “Aku tunggu di meja makan, ganti baju dulu sana