Setelah berlama-lama duduk di dalam mobil, menimbang banyak hal akhirnya Raditya turun dari mobil sport kesayangannya.Langkahnya gontai, bahkan kaki Raditya terasa lemas menyebrangi pekarangan rumah Gita.Raditya seringkali mengantar Gita pulang tapi belum pernah menginjakan kakinya di sini.Jantungnya menaikan tempo debaran seiring langkahnya mendekati pintu utama.Tangan Raditya bergetar saat terangkat untuk menekan bel.Dada Raditya sesak seakan banyak batu menghimpit paru-parunya.Raditya berusaha menenangkan diri, tekadnya sudah bulat dan ia harus menjalankan keputusan yang sudah ia ambil melalui pertimbangan matang.Apalagi ia telah mendengar dari Darius bila Angga akan mengajak Bunga untuk bertemu ibunya dan itu berarti mereka akan segera menikah.Raditya harus selangkah di depan, bila Angga baru mengajak Bunga menemui ibunya maka hari ini ia harus sudah bertemu Abi untuk meminang Gita.Raditya yang berjiwa kompetitif tidak ingin kalah meski dalam urusan membangun rumah tangga
“Kamu jangan terlalu memaksakan, Kana! Kamu harus pulih dulu baru pergi ke kantor.” “Kana udah sehat kok Grandpa, banyak yang harus Kana kerjain ... orang-orang juga pasti curiga kalau Kana pergi terlalu lama.” “Oke, tapi kamu enggak boleh kunjungan lapangan sampai seminggu ke depan ... jadwalkan bertemu klien di kantor kamu, pokoknya kamu enggak boleh terlalu capek, Kana! Obat penahan sakit yang Grandpa berikan itu morfin dan kakek enggak bisa terus-terusan kasih sama kamu.” “Iya, Grandpa ... obat penahan sakit yang Grandpa kasih cukup kok.” Edward mengembuskan napas. “Berjanjilah untuk menyayangi tubuh kamu! Jangan memaksakan diri, istirahatlah bila kamu merasa sudah tidak mampu ... tolong anggap serius keadaan kamu itu, Kana!” “Iya, Grandpa ... makasih ya!” Baru kali ini Edward keras pada Arkana, Edward tidak ingin terjadi sesuatu dengan cucunya.Arkana adalah satu-satunya cucu paling badung, semasa kecil—Arkana sering kali terluka, mulai dari kakinya tergerus jari-jari seped
“Malam, Bu!” sapa security kantor Arkana saat Zara baru saja turun dari mobil yang dikemudikan Pak Doddy driver. “Malam, Pak! Udah ngopi?” tanya Zara pada security tersebut.“Belum, Bu!” balas security bingung, kenapa istrinya bertanya tentang itu?“Nanti saya pesen kopi ya buat security di sini.” “Makasih, Bu! Makasih ... jangan repot-repot.” Zara mengibaskan tangan sambil melangkah menuju lift, semua karyawan Arkana tentu sudah mengenali Zara.Wanita cantik dan humble itu selalu ramah pada karyawan pria jauh berbeda perlakuannya kepada karyawan wanita apalagi yang menggunakan pakaian seksi.Tatapan mata Zara selalu mampu membuat mereka bergidig ngeri dan lari terbirit-birit menghindari berpapasan dengannya.Zara melangkah ringan keluar dari lift di lantai di mana ruangan suaminya berada.Lantai itu telah sepi karena memang jam kantor sudah berakhir beberapa jam yang lalu. Menurut informasi yang Zara dapat dari Gita, Arkana masih berkutat dengan pekerjaannya jadi sepulang dari ka
“Hallo sayang-sayangnya Aunty!” seru Zara saat mendapati ketiga keponakannya berada di ruang tamu rumah sang bunda.“Tadi Nak Kama sama Caca ke sini, katanya mau nungguin kamu sama Nak Kana tapi Bunda bilang pergi aja ... Bunda khawatir mereka ketinggalan pesawat,” ujar sang bunda memberitau.“Enggak mungkin lah mereka ketinggalan pesawat, yang ada ada pesawat yang nungguin mereka, Bun ... abang Kama ‘kan punya privat jet sendiri,” balas Zara seraya menggendong Kaluna-si bungsu.“Oh iya, Bunda lupa kalau besanan sama Sultan.” Maya menepuk jidatnya dan diikuti oleh Davanka.Mereka semua lantas tergelak melihat tingkah lucu Davanka.“Bun ... kemarin bunda Aura telepon Zara lama banget.” “Oh ya?” Maya melepaskan Davanka yang kini sibuk memainkan lego berukuran besar sementara dirinya menggendong Kayana yang sedari tadi duduk di bouncer.Kayana dan Kaluna adalah anak kembar Arshavina dengan Kama, sekarang umurnya sudah menginjak sebelas bulan.Kelahiran bayi kembar itu nyaris berbarengan
Para Nanny belum pulang juga padahal Arkana sudah meminta driver untuk menjemput.Arkana tidak enak hati jika harus menghubungi Zara dan memintanya pulang karena akan menunda kegiatan belanjanya bersama Maya.Dan dua bangsul pun belum datang juga, Arka bingung harus bagaimana.Pria itu panik menepuk-nepuk pelan bokong bayi-bayi itu.Davanka merangkak ke pangkuannya minta digendong, wajahnya telah basah dengan air mata tanpa sedikitpun bayi itu berniat menghentikan tangis.Arkana mencari tissue kemudian ia lap wajah Davanka tapi air matanya terus saja mengalir.Beralih pada Kayana dan Kaluna yang menendang-nendangkan kakinya ke udara.“Duh, berenti nangisnya donk sayang ... yuk, kita beli ice cream yuk? Davanka mau apa? Mobil sport? Motor sport? Apa cewek cantik? Uncle cariin deh ... jangan nangis ya sayang ... cup cup cup,” bujuk Arkana.“Kayana ... Kaluna ... cup cup cup ... berenti nangis sayang, mau apa? Sebut aja ... tas mahal? Liburan mewah? Kartu kredit unlimited? Nanti Uncle ka
Arkana dan Zara saat ini sedang berada di sebuah resort yang berada tidak jauh dari kota Jakarta. Setiap kali ada kesempatan, Arkana selalu membawa Zara liburan.Setiap tempat indah dan unik mereka sambangi, menginap satu atau dua malam dan bercinta tidak kenal lelah dan waktu.Karena akhir-akhir ini kesibukan Arkana begitu padat begitu juga dengan Zara yang tengah fokus menuntut ilmu.Di hari kerja mereka jarang mengobrol bahkan membuat bayi pun mereka lakukan dengan terburu-buru, terkadang tidak menikmatinya karena ngantuk, lelah atau stress.Maka dari itu akhir minggu adalah waktu yang tepat untuk mengganti waktu yang hilang selama hari kerja.Tapi kali ini liburan mereka tidak hanya berdua saja. Arkana mengajak Darius, Raditya, Bunga, Angga dan Gita.Arkana dan Zara yang tiba lebih dulu di resort tersebut di susul Darius lalu kemudian Angga dan Bunga, Raditya dan Gita masih dalam perjalanan.Sekarang mereka sedang menikmati senja di pinggir pantai sambil memeluk pasangan masing-
“Kaaaak, emph!” Protes Zara yang berupa desahan itu semakin membuat hasrat Arkana melambung tinggi.Kedua tangan Arka menggerakan pinggang Zara yang sedang menungging membelakanginya.Miliknya keluar masuk di dalam lubang kenikmatan milik Zara tanpa jeda dengan tempo cepat sementara Zara harus menahan ngilu bercampur nikmat.“Yaaaang,” erang Arkana seraya membalikan posisi Zara hingga sang istri terlentang di bawahnya.“Kaaaak, pelan ....” Zara memohon, wajahnya sudah basah dengan jejak air mata dan keringat juga rambut berantakan.“Sorry sayang.” Arkana baru tersadar bila tadi telah berlaku kasar, raut wajah pria itu tampak penuh penyesalan.Zara tersenyum, mengangkat satu tangan membingkai pipi Arkana.“Nikmatin aja ... enggak usah keburu-buru,” bisik Zara dengan suara seksi dan senyum seduktif.Arkana lantas memasuki Luna lagi kemudian bergerak pelan, mengayun seringan bulu.Zara melingkarkan kedua kakinya di pinggang Arkana dan pria itu sibuk memberikan banyak kecupan di leher hi
“Syaaaaah!!!” Satu kata sakti itu berkumandang disusul tepuk tangan dan siulan dari Darius yang sangat heboh karena akhirnya sang sahabat menemukan tambatan hatinya dan kini telah melepas masa lajang.Langit Bali yang telah menjingga ikut menjadi saksi tercetusnya janji suci pernikahan antara Raditya dengan Gita.Berkat cinta Raditya yang besar, Gita mendapatkan pernikahan impiannya di pinggir pantai.Dan tentu saja Raditya menepati janjinya dengan menggelar pesta pernikahan mewah hingga mendatangkan boyband ternama dunia yang merupakan boyband favorite Gita.Setelah upacara adat, para tamu undangan dipersilahkan menikmati hidangan yang telah disediakan sementara kedua mempelai pengantin mengganti pakaian untuk acara selanjutnya.Banyak stand mulai dari kuliner lokal hingga mancanegara berjajar di setiap penjuru wedding area.Arkana dan Zara tidak beranjak dari kursi, sibuk menikmati santap malam mereka sambil bersenda gurau dengan sepasang pengantin baru Angga dan Bunga juga Darius