“Syaaaaah!!!” Satu kata sakti itu berkumandang disusul tepuk tangan dan siulan dari Darius yang sangat heboh karena akhirnya sang sahabat menemukan tambatan hatinya dan kini telah melepas masa lajang.Langit Bali yang telah menjingga ikut menjadi saksi tercetusnya janji suci pernikahan antara Raditya dengan Gita.Berkat cinta Raditya yang besar, Gita mendapatkan pernikahan impiannya di pinggir pantai.Dan tentu saja Raditya menepati janjinya dengan menggelar pesta pernikahan mewah hingga mendatangkan boyband ternama dunia yang merupakan boyband favorite Gita.Setelah upacara adat, para tamu undangan dipersilahkan menikmati hidangan yang telah disediakan sementara kedua mempelai pengantin mengganti pakaian untuk acara selanjutnya.Banyak stand mulai dari kuliner lokal hingga mancanegara berjajar di setiap penjuru wedding area.Arkana dan Zara tidak beranjak dari kursi, sibuk menikmati santap malam mereka sambil bersenda gurau dengan sepasang pengantin baru Angga dan Bunga juga Darius
Hal yang dinanti Raditya saat ini adalah berakhirnya pesta.Waktu tiga jam rasanya tiga tahun bagi Raditya apalagi saat para tamu tidak enyah juga dari pestanya.Bagaimana mau pergi bila mereka semua menginap di resort itu.Usai MC menutup acara, para tamu malah meminta homeband melanjutkan pertunjukan yang tadi sempat diselingi boyband ternama dunia.Para pria tampan yang tergabung dalam sebuah boyband itu langsung pergi setelah menyanyikan beberapa lagu, mereka terbang menggunakan privat jet Arkana karena sesungguhnya Raditya telah menyabotase jadwal manggung mereka.Sehingga Raditya harus menyediakan akomodasi pulang pergi.Dikawal voorigder dari dan ke Bandara hingga difasilitasi segala keinginannya, memang sangat menyusahkan tapi semua Raditya lakukan demi Gita.Dan mungkin itu adalah alasan Gita mau mengikuti keinginan mesumm suaminya tadi sehingga menahan mereka cukup lama di kamar.Katakanlah saat ini Gita wanita paling beruntung sejagad raya.“Jangan cemberut gitu, biarkan Gi
“Morning beautiful,” suara berat Angga memaksa Bunga membuka matanya.Pria itu membuka tirai jendela membiarkan sinar matahari membelai punggung Bunga yang polos.“Pagi ganteng,” sahut Bunga dengan suara parau khas bangun tidur.“Sarapa yuk!” Angga mengulurkan tangan, dagunya mengendik ke arah pintu yang telah terbuka di mana di luar sana adalah area privat pool.Bunga menegakan tubuh dengan mengapit selimut di kettak untuk menutupi tubuh polosnya sehabis pergulatan panas mereka tadi malam.Matanya menangkap floating breakfast di privat pool.“Nanti aku masuk angin kalau sarapan sambil berenang, sayang.” Bunga tertawa kecil.Bukan maksud menolak perlakuan romantis suaminya tapi floating breakfast itu sepertinya hanya cocok untuk keperluan pencitraan di media sosial saja.“Kalau gitu kita sarapannya di pinggir kolam aja gimana?” Angga menawarkan ide lain seraya memungut pakaian istrinya.“Oke.” Bunga setuju, bergegas memakai pakaiannya yang diberikan dikumpulkan Angga.Hanya beberapa l
“Yang ... kamu enggak kuliah?” Arkana membelai pipi istrinya lembut.Menghentikan kegiatannya mengancingkan kemeja untuk mengecup kening Zara sebentar.Kening sang istri tidak panas berarti Zara tidak sedang demam tapi tumben pagi ini Zaraterlihat malas-malasan.Biasanya Zara bangun pagi, tidak selalu membuatkannya sarapan pagi tapi membantunya memakai pakaian atau mereka mandi bersama untuk menghemat waktu jika Zara kuliah pagi kemudian walk in closet akan menjadi tempat untuk berbagi cerita.Tidak seperti pagi ini, Arkana lah yang mematikan alarm pada ponsel Zara.“Yaaang,” panggil Arkana lagi karena Zara tidak bergerak.“Kamu sakit, Yang? Yuk ke dokter yuk!” ajak Arkana kemudian.Zara mengembuskan napas pelan, perlahan membuka matanya lantas tersenyum lemah.“Aku lemes Kak, lima menit lagi ya.” Zara menyahut dengan suara serak.“Lemes kenapa? Tadi malem ‘kan kita enggak ML, Yang!” Arkana setengah mengeluh.Senyum Zara kian lebar tapi matanya tertutup. “Kak Ar yang gendong aku dari
“Pak Andri, boleh saya minta tolong?” Gita yang baru saja menghampirinya tampak gelisah.“Ada apa?” tanya Andri kemudian.“Istrinya Pak Arkana dilarikan ke rumah sakit ... gimana ya, Pak ... rapatnya masih lama enggak ya kira-kira?” Andri adalah sekertaris dari Pak Ghani yang merupakan klien perusahaan AG Group yang dipimpin oleh Arkana.Pria itu seketika menengok ke arah pintu ruangan Pak Ghani yang sedikit terbuka untuk mencari tau keadaan di dalam.“Kayanya sih udah selesai, mereka lagi ketawa-ketawa ... biar saya yang menyela mereka nanti kamu langsung sampaikan berita itu kepada Pak Arkana,” Andri memberi ide.Gita mengangguk patuh lantas keduanya memasuki ruangan Pak Ghani.“Maaf mengganggu, Pak ... ada yang mau disampaikan sama Bu Gita,” ujar pria itu setelah mengetuk pintu.“Ada apa?” Pak Ghani bertanya dan Arkana menoleh ke belakang.“Bu Zara dilarikan ke rumah sakit, Pak.” Gita langsung bicara agar Pak Ghani pun mendengar dan bisa mengijinkan Arkana pergi sekarang juga.Pri
“Sayang,” panggil Arkana pelan. Menjadi egois membangunkan Zara yang sedang terlelap tidak sabar ingin berbagi kebahagiaan.Sampai detik ini Arkana masih belum percaya jika Zara tengah mengandung.Tapi para kakek dan neneknya tidak mungkin berbohong, kan?Raut wajah Neil pun tampak bahagia, saking bahagianya pria itu belum sempat memberikan selamat.Diusapnya pelan perut Zara dari luar baju dan sang istri masih enggan meninggalkan alam mimpi.Arkana mengembuskan napas pelan. “Kenapa kamu jadi seneng tidur gini sih, Yaaaang.” Arkana melesakan wajah di dada Zara, sengaja membuka kancing piyama istrinya agar bisa mengakses gundukan sintal di dalam sana sebelum si jabang bayi lahir dan menguasainya selama dua tahun.“Emmmh.” Zara melenguh tatkala Arkana mengulum puncak di dadanya.Membuka mata dan terkejut mendapati Arkana sedang tekun mengisap dadanya.“Kaaaak,” rengek Zara agar Arkana berhenti mencummbu.“Ya sayaaang,” balas Arkana melepaskan apa yang ada di dalam mulutnya kemudian ber
Keesokan harinya Zara dan Arkana dihujani banyak ucapan selamat.Kamar Zara penuh dengan sanak saudara yang bergantian menengoknya.Pagi sekali Arshavina dan Kama sudah datang bersama ketiga anaknya dan para Nanny.Mereka ingin menjadi yang pertama mengucapkan selamat terutama Arshavina yang ikut merasakan bahagia dengan kabar kehamilan Zara.Sahabat Zara itu mengatakan bila penantian panjangnya berakhir juga.Ternyata bukan hanya Zara dan Arkana tapi Arshavina dan banyak anggota keluarga lainnya juga menantikan anak dari Arkana dan Zara.Keluarga yang berada di belahan bumi lainnya pun tidak ketinggalan ingin memberikan selamat melalui video call.“Congratulation, Bro!” ujar King-kakak ipar Arkana.“Thanks.” Arkana menjawab singkat.“Akhirnya Kana mau punya baby juga, selamat ya Zara ... welcome to the club,” timpal Kalila-sang kakak, ternyata kakak ipar Zara yang jarang tersenyum itu bisa berkelakar juga.“Makasih Kak.” Zara menjawab singkat karena canggung.Zara jarang berkomunikas
“De, jangan nakal ... kasian Mommy,” bisik Arkana pada janin yang berada dalam perut Zara.Memberikan kecupan sebanyak tiga kali, Arkana lantas menegakan tubuhnya.Keduanya berada di atas ranjang mereka setelah tadi Arkana menembus kemacetan menggunakan motor sport karena Neil mengabarkan Zara tidak berhenti mengalami morning sick.Seketika itu juga Arkana pulang untuk mengecek kondisi istrinya.“Masih sakit, Yang?” tanyanya kemudian.Zara mengangguk dengan mata terpejam erat. “Kepala aku pusing banget, Kak.” Zara juga mengeluh.Arkana mengulurkan tangan untuk memijat kepala istrinya dengan lembut.Kehamilan Zara yang pertama ini sungguh merepotkan dan berdampak pada semua hal dalam hidup mereka berdua.Zara harus bedrest dan tidak bisa sering-sering ke kampus, mual juga muntah setiap hari melandanya tak kenal waktu.Semua itu tentu membuat Arkana tidak tenang selama di kantor, pekerjaannya keteteran apalagi saat ini Gita juga tengah hamil muda dan tidak bisa selalu ia andalkan.Arkan