Beberapa hari menjelang pernikahannya, Zara sulit sekali tertidur.Bukan hanya membayangkan akan menjadi seorang menantu Gunadhya dan menghadapi suami berhasrat dan berkepemilikan sama besarnya tapi karena Zara mengingat sang ayah yang telah lebih dulu pergi meninggalkannya.Willy Darmawan yang direnggut paksa darinya belum bisa Zara terima meski ia telah membunuh Baron dengan tangannya sendiri.Zara sampai berkonsultasi ke psikiater agar memberinya obat penenang.Dokter bilang itu adalah syndrom pra pernikahan tapi apapun namanya itu yang pasti Zara butuh bantuan obat untuk bisa membuatnya tertidur.Dan pagi ini Zara tampak segar setelah cukup tidur tadi malam.Penata rias terkenal yang sedang mendandaninya terkagum-kagum dengan kemulusan wajah Zara.Setiap produk yang diaplikasikan ke wajah Zara menempel dengan sempurna.Kebaya putih untuk upacara agama telah terbalut sempurna di tubuh Zara beserta kain samping dengan corak batik berwarna hitam dan coklat.Mahkota bernama siger bert
Usai melakukan upacara agama yang telah mensyahkan Arkana dan Zara menjadi sepasang suami istri, mereka semua bergerak menuju tempat pesta resepsi pernikahan akan berlangsung diiringi oleh ratusan super car.Para pemilik supercar itu tidak lain adalah teman-teman Arkana juga keluarga.Mereka semua mengantar Arkana dan Zara ke sebuah resort yang memberikan pemandangan pantai.Tempat upacara agama dan resepsi pernikahan memang digelar di dua tempat berbeda.Itu semua ide Aura dan Rena karena Zara bingung menentukan pilihan sementara Arkana sama sekali tidak membantu.Iring-iringan super car sontak mengambil alih perhatian warga sekitar, bahkan ada beberapa dari mereka yang berswafoto saat mobil melintas.Sahabat Arkana semasa SMA masuk dalam iring-iringan, Tentunya para Kakak dan adik-adik Arkana berserta suami atau istri mereka tidak ingin ketinggalan mengemudikan super car kebanggaan mereka bahkan King dan Arjuna yang merupakan ipar Arkana sudah mengirim mobil tersebut dari Negaranya
Mata Arkana terus menatap cermin di depannya, menampilkan pantulan sosok Zara.Gadisnya yang nanti malam sudah dipastikan tidak akan menjadi gadis lagi sedang berdiri di sampingnya merapihkan gaun lebar berwarna putih.Setelah Zara membentak Arkana tadi, mereka berdua makan dalam hening karena Arkana mengikuti perintah Zara untuk kembali menyelesaikan pekerjaan.Dan sekarang Arkana sedang memakai kemeja putih beserta rompi yang telah disiapkan untuk pesta nanti.Matanya belum berhenti mengamati gerak gerik Zara, gadis itu tidak menyadari sedang diperhatikan diam-diam oleh suaminya sendiri.Arkana juga belum bicara lagi dengan Zara setelah sang istri membentaknya tadi.“Zara galak kalau lagi marah.” Arkana membatin.Tiba-tiba Zara membungkuk untuk merapihkan bagian bawah gaunnya membuat dua gundukan sintal menggelayut memacu hasrat.Arkana memejamkan mata, menggeram di dalam hati menahan kepemilikannya yang mulai membesar.“Kana!!! Lo sering ngeliat yang begituan, kenapa sekarang lo en
Darius dan Raditya menjemput Zara di meja keluarga, mereka berdua tentu saja ingin berfoto dengan kedua mempelai.Seluruh keluarga terlihat asing dengan Darius dan Raditya, kedua sahabat Arkana itu tidak terlalu diperkenalkan oleh Arkana kepada keluarganya mengingat mereka adalah orang-orang yang membantu Arkana dalam urusan dunia hitamTidak seperti sahabat Arkana semasa sekolah yang sering kali ikut liburan bersama dengan keluarga Gunadhya yang memiliki resort di hampir setiap Negara di Asia Tenggara.“Kalian kok enggak deket sama keluarga Gunadhya?” Zara bertanya seiring langkanya menuju pelaminan.“Ih ogah, serem gue sama babeh Kallandra ... denger-denger ya, pria tua itu bisa membunuh hanya dengan tatapannya aja ... lebih kejam dari si Kana, kan?” celoteh Darius membuat Zara tergelak.“Kita itu sahabat dari sisi kelamnya Arkana ... jadi kita memang enggak bisa deket sama keluarga Gunadhya,” timpal Raditya menambahkan.“Kenapa enggak bisa?” tanya Zara heran.“Kalau banyak orang du
“Oh iya, tadi orang kita kasih info katanya banyak kiriman bunga buat lo ... .” Darius memberitau.Arkana tampak acuh karena pada pesta pernikahannya pasti akan banyak klien atau kolega yang memberikan karangan Bunga.“Lo mau liat enggak?” Darius bertanya terdengar lain nada suaranya, seperti sedang menahan sesuatu membuat Arkana penasaran.“Apaan?” Arkana akhirnya bertanya.Darius memberikan ponselnya kepada Arkana, di layar tersebut terdapat foto karangan bunga yang bertuliskan ‘Selamat Menikah Arkana Gunadhya’ di bagian atasnya.Di tengah karangan bunga itu terdapat tulisan ‘Semoga bahagia dengan kehidupan barumu’ dan di paling bawah dengan huruf kapital dan font yang sama besarnya dengan tulisan yang paling atas berbunyi ‘Yang pernah seranjang denganmu’.“Annnjjj ... .” Arkana menutup mulut dengan kepalan tangan.“Buang karangan bunga itu!” Arkana berseru panik.“Udah donk, tapi sebelum di buang gue foto dulu siapa tau lo mau liat.” Darius memang selalu bisa diandalkan tapi juga s
Darius dan Raditya tidak kuasa menahan tawanya lebih lama lagi, wajah mereka sudah memerah dengan jejak kecil air di mata.Keduanya keluar dari ruang tunggu rumah sakit hanya untuk meledakan tawa.Arkana mengabaikan kedua sahabat bangsulnya itu, saat ini ia lebih mengkhawatirkan Zara yang sedang mendapat perawatan medis di sebuah ruangan di rumah sakit sang grandpa. Narendra, Kama juga Kai menemani Arkana karena saat pada saat Arkana panik meminta seseorang memanggilkan ambulance—sekertaris Kama mendengarnya dan memberitau Kama yang masih berada di tempat acara.Ketiga pria itu kini menatap Arkana penuh tanya, bagaimana bisa Zara pingsan di saat malam pertamanya bersama Arkana.“Ada yang mau diceritain, Bang?” tanya Narendra dengan ekspresi menunggu.“Kana keburu napsu, Yah ...,” akunya jujur. Kana memang sudah tidak bisa menahan dirinya lagi, hasratnya sudah tidak terbendung.Kama dan Kai melipat bibirnya ke dalam. Para pria Gunadhya terkenal memiliki hasrat yang besar tapi membuat
“Ra,” panggil Arkana lembut. Istrinya masih terbaring lemah tapi Arkana tau jika Zara telah sadarkan diri bila dilihat dari bola mata yang bergerak di balik kelopaknya.“Gue tau lo udah sadar, maafin gue ya ...,” sambung Arkana lagi, pria itu memelas.Perlahan Zara membuka mata lalu menatap Arkana dengan sorot mata yang mengandung ribuan rasa jengkel.Dan pria itu malah memberikan senyum menawan penuh pesona.Zara mendelik tajam, tidak ingin lama-lama menatap Arkana karena bisa menyebabkan jantung berdebar juga memicu hasrat.Untuk pertama kalinya Zara mengalami pelepasan dan itu membuatnya ingin merasakan lagi tapi tanpa rasa sakit seperti sebelumnya.“Ra ... .” Arkana bergerak naik ke atas tempat tidur, merebahkan diri di samping Zara.Sang istri merubah posisi menjadi membelakanginya.“Sayaaaaang,” panggil Arkana lagi, selembut sutra.Melingkarkan tangan di pinggang Zara lalu menyelipkan satu kakinya di antara kakinya. Arkana sedang merayunya.Wajah Arkana tenggelam di tengkuk Zar
Zara membulatkan mata saat gerbang besar di depannya terbelah dua untuk memberi jalan pada mobil Arkana agar bisa masuk.Dua security bertubuh kekar berjaga di depan dan langsung melakukan sikap hormat saat mengetahui bila sang bos yang ada di dalam mobil tersebut.Kali ini mulut Zara menganga tatkala melihat bangunan bergaya romawi dengan banyak pilar besar menjulang angkuh di depannya.Arkana membelokan kemudi ke kanan mengitari kolam air mancur yang berada di tengah-tengah taman depan untuk sampai ke bagian depan bangunan itu.“I-ini rumah Kak Ar?” Zara bertanya dengan terbata.“Rumah kita,” balas Arkana menegaskan.Zara tercenung membayangkan bagaimana ia membersihkan rumah ini sendirian bila suatu saat para asisten rumah tangganya harus mudik.Bisa jadi jika Zara mulai menyapu bagian terasnya saat fajar, ia baru selesai menyapu hingga bagian belakang di saat petang.“Kenapa? Kok mukanya pucet gitu?” Arkana mengusap pipi Zara lembut setelah menghentikan kendaraannya di depan pintu
Mata Zara menatap tajam pada seorang wanita dengan rok span pendek dan jas dokter yang membalut tubuh bagian atasnya.Dalaman blouse dengan tali panjang di leher memberi aksen manis pada tampilannya.Wanita dengan rambut panjang yang tengah berjalan berlawanan arah dengan Zara itu tersenyum tipis sorot matanya terlihat melecehkan Zara dibalik kacamata berbingkai besar.Demi apapun Zara ingin merobek mulut bergincu merah yang sedang tersenyum itu.Wanita itu bernama Saskia, merupakan anak dari pabrik obat merk ternama yang menjadi dokter di rumah sakit milik Edward-sang kakek mertua.Mereka berpapasan di depan pintu darurat, dengan kecepatan tangan karena latihan beladiri yang tidak pernah Zara tinggalkan meski telah memiliki banyak anak—ia bisa menarik Saskia sambil membuka pintu darurat dalam satu kali gerakan.Zara mendorong Saskia ke tembok seraya menodongkan pistol yang ia sembunyikan di balik punggungnya.“A ... apa-apa ... an kamu, Zara?” Senyum sinis Saskia luntur berganti raut
“Mommyyy ... juuu ... juuu.” Reyzio mengerucutkan bibir ketika mengatakannya.Ghaza, Nawa dan Reyzio begitu antusias bermain salju meski harus memakai mantel berlapis tiga ditambah syal, hoodie dan penutup telinga tidak lupa celana berlapis-lapis, kaos kaki khusus musim dingin dan sepatu water proof beserta sarung tangan membuat mereka seperti pinguin ketika berjalan tapi tidak menghentikan ketiganya bergerak aktif.“Iya sayang, itu salju ... jangan dimakan ya,” kata Ayara memperingati.Namun, apa yang dilakukan Reyzio selanjutnya?Batita itu malah memasukan salju ke mulut lalu tersenyum menatap sang mama.“Zioooo!!!” jerit Zara, berhamburan memburu Reyzio disusul Arkana dan bocah kecil itu semakin banyak memakan salju.“Adik, No!” Ghaza berseru melarang Reyzio, tangannya menahan tangan Reyzio yang hendak memasukan salju ke mulut.Tapi Reyzio terlalu keras kepala untuk menurut.Arkana menggendong Reyzio lantas tergelak sambil membersihkan mulut bocah nakal itu.“Ay, ini mah kamu bange
Zara merasakan sesuatu merangkak naik dari perut ke kerongkongan, bergegas lari—pergi dari ruang makan sebelum seluruh keluarga besar Arkana menyadari apa yang tengah ia rasakan dan tidak bernapsu lagi untuk makan malam.Seluruh Gunadhya sedang berkumpul tanpa terkecuali di rumah Kallandra Arion Gunadhya sang kepala suku Gunadhya untuk merayakan hari ulang tahun Shareena Azmi Zaina-istrinya.“Zara kenapa Bang?” tanya Aura cemas.“Biasa, hamil lagi.” Arkana membalas santai.Mengulum senyum antara bahagia dan malu karena istrinya sudah berbadan dua lagi, menyalip sang Kakak Kalila yang baru memiliki tiga anak.“Seriusan?” Dan semua kompak bertanya demikian.Arkana mengangguk dengan senyum lebar. “Hebat gue ya, tokcer ...,” ujar pria itu pongah.Para adik dan kakak beserta iparnya segera merotasi mata malas.“Lo nyalip gue.” Mata Kalila memicing tidak suka.“Nanti kita buat, honey.” King, suami Kalila mengusap pundak istrinya sensual dengan sorot mata penuh napsu.“No! Bukan itu maksudku
“Kamu kangen anak-anak?” bisik Arkana di telinga istrinya.“Banget.” Zara tidak perlu berpikir untuk menjawabnya.“Kalau punya anak keempat gimana?” cetus Arkana bukan meminta pendapat tapi meminta persetujuan.“Siapa takut?” Zara menantang lalu membalikan badan duduk di atas pangkuan Arkana dengan posisi berhadapan.Zara menaikan bokongnya sedikit untuk memudahkan milik Arkana yang sedari tadi telah menegang itu masuk ke dalamnya.“Tunggu, Yang ... aku enggak mau di sini, biar kamu nyaman kita pindah ke ranjang.”Arkana mengangkat tubuhnya keluar dari jacuzy membawa Zara ikut serta.Mulai melangkah pelan masuk ke dalam kamar sambil memagut bibir ranum istrinya.Kedua tangan dan kaki Zara melingkar posesif di tubuh Arkana.Sangat perlahan—penuh kehati-hatian—tanpa mengurai pagutan—Arkana merebahkan Zara di atas ranjang.Menggulirkan kecupannya ke sepanjang rahang dan berakhir di leher.Kedua tangannya sibuk meremat dan memainkan puncak di dada Zara.Zara melenguh merasakan sentuhan ta
Malam harinya pihak resort menyediakan barbeque atas permintaan Darius.Di masa lalu, acara barbeque pasti akan dilakukan di rumah Angga dan Bunga di Bandung setiap sebulan sekali.Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan bertambahnya kesibukan mereka dalam mengurus anak, kegiatan tersebut hanya bisa setahun sekali atau paling sering setahun dua kali mereka bisa berkumpul seperti ini.“Jadi, kapan nambah anak lagi? Biasanya lo setahun sekali produksi.” Raditya bertanya setengah menyindir.“Sorry ya ... produksi mah setiap hari.” Arkana menjawab pongah.Mereka melingkari sebuah api unggun di pinggir pantai sambil menunggu koki menyajikan barbeque.Setidaknya acara barbeque sekarang mengalami suatu peningkatan karena Darius, Arkana, Angga dan Raditya tidak perlu repot memanggang hingga membuat pakaian mereka bau asap.Malah ketiga pria yang telah beristri itu, kini bisa duduk santai sambil memeluk istri mereka di atas day bed.Malang bagi Darius yang akan menjadi Jones alias Jomblo Nge
“Demi apa gue kangen sama kalian, sumpah!!” seru Darius yang tampak bahagia karena akhirnya bisa berlibur bersama para sahabat.Tapi antusias pria itu tidak ditanggapin oleh satu pun sahabatnya.“Elo mah kaya yang enggak happy liburan sama gue.” Darius menendang kaki Arkana yang tampak malas-malasan melihatnya.“Elo yang bikin acara liburan ini tapi elo juga yang dateng telat, padahal gue udah bela-belain ninggalin tiga anak gue buat dateng ke sini.” Arkana bersungut-sungut.“Sekarang Arkana jadi family man, geli gue.” Bunga mencibir.Yang bersangkutan mengerutkan kening sambil menurunkan kaca mata hitamnya agar bisa memperlihatkan tatapan tajam kepada Bunga.“Pake lagi kacamata kamu Arkana, kamu dilarang memandang sembarangan istri saya.” Angga mengatakannya dengan nada dingin penuh ancaman sebagai bentuk keposesifan.Darius tergelak hingga pundaknya berguncang lalu duduk di daybed di samping Arkana.“Kalian enggak pernah berubah,” kata Darius geleng-geleng kepala.“Kalau ketemu kaya
“Mommy,” bisik Ghaza membuat Zara buru-buru menghapus air matanya.“Jangan menangis, Mommy ... maafkan Ghaza ya.” Ghaza menegakan tubuhnya lantas mengangkat tangan mengusap air mata di pipi Zara.Bayi tiga tahun yang sudah pandai bicara sejak usia dua tahun itu kemudian memberikan pelukan untuk sang Mommy.Matanya tampak sayu mengantuk tapi Ghaza masih memaksakan diri terjaga dari tidurnya hanya untuk meminta maaf kepada Zara.“Ghaza maafin Mommy juga, kan?” Zara bertanya dengan suara parau.“Tentu saja Mommy, Ghaza sayang Mommy.”“Mommy juga sayang Ghaza.” Zara memeluk erat si sulung, memberikan banyak kecupan di wajah mungil anak tampannya.“Ghaza tidur lagi ya, udah malem ... besok Mommy anter Ghaza ke sekolah dulu sebelum ke kampus.”Ghaza mengangguk, menarik pipi Zara untuk memberikan kecupan di sana.Zara balas dengan memberikan kecupan di kening Ghaza lalu menyelimuti hingga dada dan membenarkan selimut Nawa yang tidak terusik dari mimpinya.Zara menyalakan lampu tidur dan mema
“Kenapa anak-anak nangis?” Arkana bertanya kepada dua Nanny yang bertugas menjaga Ghaza dan Nawa.“Enggak tau, Pak ... enggak biasanya, mungkin lagi mau tumbuh gigi.” Nannynya Ghaza yang lebih senior memberi alasan tapi Arkana bisa melihat kilat kebohongan dari pendar matanya.Arkana lantas meraih Ghaza dan Nawa, menggendong keduanya sekaligus di kiri dan kanan.Ghaza yang berumur tiga tahun dan Nawa berumur dua tahun lantas melingkarkan kedua tangan dan kakinya di tubuh sang daddy.“Abang sama Mas kenapa nangis?” Akhirnya Arkana bertanya langsung kepada kedua anaknya sambil membawa mereka ke kamar Ghaza.“Mommy ... tadi marah trus teriak ... Abang takut, Dad.”Ghaza yang sudah pintar bicara di usianya yang baru menginjak tiga tahun mengadu kepada Arkana.“Mommy nanis ... Sayang Mommynya cama Daddy.” Disela tangisnya yang seperti sedang merasa bersalah, Nawa juga berusaha menjelaskan apa yang baru saja terjadi.Langkah Arkana berhenti di depan kamar Ghaza, ia memutar tubuh menghadap
“Aaay, Ghaza nangis.” Zara bergumam dengan mata terpejam erat masih sangat mengantuk karena baru saja beberapa menit lalu selesai menyusui si bungsu Arnawarma Byakta Gunadhya.“Heeem.” Arkana membalas dengan gumaman, ia juga baru saja terlelap beberapa jam lalu sepulang pulang lembur.“Aaaay, cepetan.” Zara menendang kaki suaminya pelan mendengar tangis Ghaza yang kian kencang.Ghaza yang baru berumur satu tahun lebih masih suka bangun malam, perutnya tidak pernah kenyang meski sebelum tidur menghabiskan satu botol besar susu formula.Arkana mengembuskan napas berat tapi tak urung menegakan tubuhnya lalu turun dari ranjang.Rasanya begadang ini tidak pernah selesai karena dari Ghaza terus bersambung pada Nawa.Hanya empat bulan kosongnya rahim Zara dan langsung hamil kembali anak kedua.Arkana keluar dari kamar menuju kamar Ghaza, tangis bayi gempal itu kian kencang mengetahui sosok sang Daddy muncul seakan sedang mengadu jika dirinya lapar.“Bentar sayang, Daddy buat susunya dulu.”S