Sebenarnya orang yang paling terkejut dalam masalah ini adalah Louis.Selama 2-3 tahun bergabung di Asosiasi Peracik Aroma, boleh dikatakan bahwa Louis memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Yansen. Mereka berdua juga sering berinteraksi. Hanya saja, kenapa Louis tidak menyadari kalau Yansen sudah kehilangan indra penciumannya?Semua ini hanyalah rumor yang ingin menjatuhkan Yansen atau …..Louis berdiri untuk menyeduh teh, lalu meletakkan cangkir di depan komputer sambil merenung. Sekarang Louis sudah tidak sepanik tadi lagi, dia berusaha untuk berpikir dengan kepala dingin.Beberapa tahun ini, ketika Louis bersama Yansen menghadiri acara, seminar, dan lain sebagainya ….Biasanya Louis tidak merasa ada yang janggal. Setelah dipikir-pikir, Louis kepikiran sesuatu.Misalnya setiap kali menjadi juri dalam kompetisi, Yansen selalu mempersilakan Louis untuk menganalisis duluan. Awalnya Louis juga tidak merasa ada yang aneh, dia mengira Yansen hanya ingin mengujinya. Setiap kali Yansen m
“Halo?”“Ini aku, Louis,” ucap Louis dengan langsung.“Tuan Louis.” Suara Yuna terdengar sangat datar. “Ada masalah apa?”“Kamu pasti sudah mengetahui maksudku? Apa semua postingan itu adalah ulahmu?” Kali ini, Louis tidak bertele-tele lagi, sebab semuanya sudah tidak ada gunanya lagi.Yuna pun tersenyum. “Apa kamu sedang menyalahkanku? Kamu menyalahkanku dengan status apa? Dengan status wakil kepala asosiasi?”“Kamu berani berbuat, tapi nggak berani ngaku?” Louis langsung membuka tombol rekaman di ponselnya.“Sejak kapan aku tidak mengakuinya? Sejak kapan aku bilang semua ini ulahku?” balas Yuna dengan tersenyum ringan. “Aku juga sudah lihat postingan tentang asosiasi kalian. Isinya cukup mengejutkan, ya? Aku juga penasaran ingin bertanya pada Tuan Louis. Isi dari postingan-postingan itu asli, ya? Kamu kan wakil kepala asosiasi, kamu seharusnya jelas, ‘kan?”“Tentu saja palsu!” jawab Louis tanpa berpikir. Mana mungkin Louis akan mengakui masalah ini, apalagi dia sedang merekam pembica
“Kenapa kalian datangnya cepat sekali?” Yuna maju untuk menyambut kedatangan Brandon. Dia melingkari leher Brandon, sedangkan Brandon memeluk pinggang langsingnya.Melihat sikap mesra mereka berdua, Stella spontan tersipu malu. Dia melirik lelaki kaku di sampingnya, sepertinya dia tidak akan bisa merasakan kemesraan seperti itu.“Sudah berapa hari kamu nggak pulang? Kalau aku nggak datang, sepertinya kamu nggak berencana untuk pulang, ‘kan?” Ketika membahas masalah ini, Brandon sungguh menyesal mendirikan studio untuk Yuna. Dia malah terus mengurung diri di dalam studionya.“Kerjaanku sudah hampir selesai, tinggal memadukan minyak esensial saja.” Yuna berkata dengan tersenyum, “Aku sudah beberapa hari nggak tidur. Tentu saja aku akan pulang hari ini.”Kemudian, Yuna memalingkan kepalanya untuk menatap Stella. “Kamu juga, pulang untuk istirahat sana!”“Aku nggak capek. Aku ingin menyusun data dulu,” balas Stella dengan segera.Frans yang berada di samping melirik Stella sekilas. “Nggak,
Tidak ada orang di bangku pengemudi. Yuna tidak tahu ke mana perginya Brandon. Dia pun merasa agak panik.Yuna duduk untuk melihat sekeliling dan tatapannya terhenti pada area di ujung sana. Melihat Brandon sedang menelepon sambil menatap ke sisi mobil, hati Yuna baru mulai terasa tenang.Brandon yang sedang menelepon kelihatan sangat konsentrasi. Lelaki berpostur tubuh tinggi itu membuat Yuna semakin terpikat padanya.Entah sejak kapan, Brandon mulai menguasai hati Yuna. Awalnya Yuna mengira setelah hubungannya dengan Logan berakhir, Yuna tidak mungkin akan jatuh cinta lagi. Meski hati Yuna tergerak, dia juga tidak akan jatuh cinta seperti dulu lagi. Sekarang, Yuna menyadari dirinya salah.Yuna bukan hanya jatuh cinta, dia bahkan sangat mencintai Brandon. Hanya saja, Brandon pantas untuk menerima perasaannya!Sepertinya Brandon menyadari sesuatu, dia langsung melihat ke kaca jendela. Tatapan yang awalnya dingin seketika berubah lembut.Yuna melayangkan senyuman kepada Brandon, lalu me
Yuna melirik layar ponselnya sekilas, langsung mengakhiri panggilannya, lalu lanjut menyantap makanannya.Tak lama kemudian, ponsel Yuna kembali berdering. Yuna kembali mengakhirinya, lalu ponselnya berdering lagi selama beberapa kali.“Siapa? Menyebalkan sekali! Sini biar aku marahi dia!” ucap Brandon ketika melihat wajah kesal Yuna, lalu hendak mengambil ponselnya.Yuna menekan tombol tolak sambil menggeleng. “Kalau begitu, banyak yang mesti kamu marahi.”Brandon mengerutkan keningnya berkata, “Reporter?”Panggilan masuk terdengar terus dan bukan orang yang sama. Sepertinya panggilan itu berasal dari awak media yang sedang berusaha mengorek informasi.Yuna mengangkat-angkat pundaknya. Dia sudah kenyang dan tidak bersemangat untuk melanjutkan makannya lagi. Dia berdiri untuk membereskan peralatan makannya.“Letakkan saja,” ucap Brandon, “Biar aku saja.”Kali ini Yuna tidak menuruti ucapan Brandon. Dia sekalian mengambil peralatan makan Brandon ke dalam dapur untuk mencucinya.Ponsel d
“Kalau kamu merasa sebal, biar aku saja yang hadapi masalah ini,” ucap Brandon dengan serius. Salah satu tangan merangkul pundak Yuna. Sebenarnya Brandon bisa membantu Yuna untuk menyelesaikan masalah ini. Hanya saja, Yuna bersikeras ingin mengatasinya sendiri. Hanya saja, jika Yuna tidak bersikeras ingin mengatasinya sendiri, Brandon juga tidak tahu jika istri kecilnya begitu banyak akal.“Masalah sudah berkembang hingga tahap sekarang. Aku nggak boleh mundur!” Yuna menggeleng, lalu berdiri tegak. “Tapi aku rasa aku seharusnya beli nomor baru.”Yuna tidak mungkin menonaktifkan ponselnya. Bagaimana kalau ada pesan penting? Hanya saja, jika ponselnya diserbu oleh panggilan yang bertubi-tubi, Yuna juga bisa kehilangan kesabarannya.“Bukan masalah, aku akan segera mempersiapkannya,” balas Brandon. Dia bersama Yuna berjalan keluar dapur. Melihat ponsel Yuna masih tak berhenti berdering, Brandon bertanya, “Aku nggak paham dengan satu hal.”“Emm?” Yuna menuangkan dua gelas air hangat, lalu
Masalah Yansen sungguh heboh dan pengaruhnya juga sangat besar.Bagaimanapun, Yansen sangat berotoritas dalam industri wewangian, tidak ada yang berani menantangnya. Sekarang Yansen tiba-tiba diterpa oleh kabar burung, semua orang mulai meragukannya.Sebagai wakil kepala asosiasi, Louis juga berada di bawah banyak tekanan. Dia memegang tanggung jawab yang besar. Jadi, dia wajib melindungi Asosiasi Peracik Aroma. Wajar kalau dia merasa kewalahan.Saat Louis mengemas barang-barangnya hendak kembali ke Kota Kanita untuk menyelesaikan situasi, Cecilia malah datang lagi."Kenapa kamu ke sini lagi? Aku rasa aku sudah menjelaskannya dengan sangat jelas.”Brandon tentu jelas dengan apa yang ingin Cecilia lakukan. Hanya saja, Louis benar-benar tidak ingin terlibat dalam rencananya dan juga tidak tertarik padanya."Iya, aku kira kamu sudah selesai berpikir dalam dua hari ini," balas Cecilia dengan tersenyum. “Oh ya?” Louis mengangkat-angkat alisnya, lalu kembali menyusun berkasnya.“Untuk ap
Ucapan ini terdengar terlalu berlebihan, hanya saja kenyataannya memang seperti ini.Kerumitan hubungan anggota Keluarga Hermawan tidak akan sanggup dibayangkan oleh orang biasa. Keluarga Hermawan memiliki banyak keturunan. Jadi, demi merebut kekuasaan, mereka semua bahkan bisa menggunakan ide-ide licik.Sebenarnya Louis juga tidak begitu menginginkan bisnis keluarganya. Hanya saja, dia tidak rela menyerahkannya kepada orang lain.Louis tidak memedulikan tentangan anggota keluarganya bersikeras mengembangkan industri wewangian. Dia merasa apabila dia bisa mengembangkan bisnis ini dengan baik, bisnis ini akan menjadi bisnis yang sangat menghasilkan baginya. Apalagi industri wewangian di dalam negeri masih belum begitu berkembang sehingga masih banyak ruang untuk mengembangkannya.Sekarang Louis adalah wakil kepala asosiasi. Jika Louis bekerja lebih keras lagi, dia pasti bisa menduduki posisi kepala asosiasi dan bisa jadi akan menjadi pemimpin dalam industri ini. Pada saat itu, Louis aka