Sebagai seorang anak haram, kehidupan Edward selama ini tidak begitu baik. Ibunya juga tidak berhenti memberitahunya untuk harus masuk ke Grup Kusumo dan mewarisi industri Keluarga Kusumo.Edward sudah belajar banyak mengenai pengetahuan teori dalam bisnis. Namun, dia belum pernah menerapkan apa yang dipelajarinya. Sekarang, dia baru mengambil alih sebuah proyek baru. Jadi, dia tentu saja sangat ingin mencapai prestasi.Cecilia tentu saja memahami pemikirannya. Dia pun berkata, “Aku rasa yang kamu bilang itu lumayan juga. Tapi Pak Logan juga punya pertimbangannya sendiri. Lagian, dia juga punya pengalaman dalam bidang ini. Mungkin saja dia sudah mempertimbangkan sesuatu yang kita lewatkan.”Setelah mendengar ucapan Cecilia, Edward pun makin marah. “Apanya yang mempertimbangkan sesuatu yang kita lewatkan! Kurasa dia memang sengaja mau bermusuhan sama aku. Dia sama sekali nggak terima aku jadi manajer!”Edward menggebrak meja, lalu melanjutkan, “Kak, aku benar-benar nggak ngerti. Kenapa
Tidak lama kemudian, pintu kantor Cecilia terbuka lagi. Kali ini, yang datang adalah Logan. Begitu masuk dan melihat dua gelas yang ada di meja, dia langsung tertawa dan bertanya, “Adikmu datang mengadu lagi?”“Kalau nggak datang ngadu, mungkin dia sudah mati!” Setelah berhenti sejenak, Cecilia melirik Logan dan melanjutkan, “Atau mungkin kamu yang sudah mati.”“Hahaha ....” Logan langsung tertawa terbahak-bahak dan berkata, “Dia nggak mungkin mati. Ayahmu begitu menyayanginya dan hampir menyuruh semua orang untuk melindunginya! Aku lebih nggak mungkin mati lagi .... Apa kamu nggak pernah dengar kalau orang jahat selalu berumur panjang?”“Sudahlah. Ayo ngomong yang serius dulu! Aku sudah setuju untuk membiarkannya mengundang peracik aroma internasional papan atas dan melakukan apa pun yang dia inginkan,” ujar Cecilia dengan serius dan langsung ke topik utama mereka.“Apa kamu nggak takut dia benar-benar bisa mengundang orang terkenal untuk menghasilkan parfum kelas atas, lalu mendapatk
“Semuanya masih belum pasti, jangan langsung patah semangat dong.” Logan menggeleng, lalu menjentikkan abu rokoknya dan berkata, “Jangan lupa kalau Dylan nggak pulang sendirian buat merebut kembali semuanya.”“Maksudmu, orang dari keluarga seni bela diri kuno yang dia bawa? Cecilia mengangkat alisnya, lalu berkata dengan tidak setuju, “Bukannya aku mau memadamkan harapanmu, tapi kehebatan keluarga seni bela diri kuno cuma tinggal rumor saja. Sudah lewat bertahun-tahun, tapi nggak ada seorang pun yang pernah melihat mereka bertindak ataupun kehebatan mereka. Jangan bilang aku cerewet, tapi kamu sudah bersama Yuna begitu lama, memangnya kamu pernah melihatnya bertindak?”Logan hanya terdiam.“Jadi, keluarga seni bela diri kuno mungkin memang benar-benar hebat di masa lalu. Tapi, jangan lupa sudah zaman apa sekarang. Memangnya tubuh mereka bisa lebih kuat dari senapan atau bom? Lagian, kalau mereka memang sehebat yang dirumorkan, kenapa Dylan masih nggak bertindak dan harus menunggu sampa
Setelah membawa pulang USB itu, Logan mendengarnya berulang kali dengan teliti. Biarpun hanya rekaman suara, dia tahu bahwa pertemuannya dengan Dylan hari itu sudah diketahui oleh Yuna. Selain itu, apa yang mereka lakukan juga berada dalam pengawasan Yuna tanpa disadarinya. Setelah dipikir-pikir, Logan pun bergidik. Dia selalu mengira dirinya selangkah lebih maju daripada Yuna. Tak disangka, Yuna malah tidak begitu polos dan lebih mirip dengan predator yang mengamatinya. Ternyata dia memang harus lebih berhati-hati lagi dalam bertindak.Namun, satu hal yang membuatnya lebih tenang adalah Yuna jelas tidak tahu banyak mengenai transaksi yang sudah dia lakukan dengan Dylan. Sampai sekarang, penyebab kematian Gideon juga masih belum bisa dipastikan.Setelah mendengar rekaman itu berulang kali, hal yang membuat Logan tertarik dan terkejut adalah bagaimana cara Yuna membuat Dylan “keracunan”? Berhubung hanya ada rekaman suara tanpa gambar, Logan bisa menebak dari reaksi Dylan bahwa Dylan me
Meskipun jawabannya terdengar santai, Clinton sebenarnya memerlukan upaya yang cukup besar untuk menyelesaikan masalah kali ini. Jika tidak, dia tidak akan terlambat begitu lama.“Dengan lapor polisi, reputasi Keluarga Tanoto pasti bakal terpengaruh,” ucap Yuna sambil perlahan-lahan memandang ke luar jendela.“Semua itu nggak lebih penting dari Kakek,” jawab Clinton dengan tegas.Meskipun membesar-besarkan masalah ini akan berpengaruh besar terhadap Grup Tanoto, mereka berdua masih sependapat soal hal ini.Berhubung Clinton sangat pendiam dan tidak pandai berbicara, Yuna juga tidak begitu bisa mengobrol dengannya. Akhirnya, mereka pun kembali terdiam.Tidak lama kemudian, mereka sudah sampai di kediaman Keluarga Tanoto. Setelah melewati segala sesuatu yang terjadi selama beberapa hari ini, seluruh kediaman Keluarga Tanoto terlihat seperti diselimuti oleh kesuraman.“Ada yang nggak beres!” Yuna tiba-tiba merasa ada yang tidak beres. Dia mendengarkan dengan saksama dan merasa ada yang an
Begitu Dylan melambaikan tangannya, Yuna merasa ada orang yang langsung menyerang mereka dari segala sisi. Sangat jelas bahwa mereka sudah dikepung.Yuna langsung menghindar secara refleks dan melayangkan tendangan ke orang yang menyerangnya dari samping. Setelah itu, dia juga meninju orang yang menyerangnya dari belakang. Saat dia berhenti, sudah ada sekitar 3-4 orang yang tergeletak di sekitarnya. Yuna melirik ke arah Clinton dan melihat Clinton juga sudah bertarung dengan orang-orang yang menyerangnya. Namun, Yuna tidak sempat mengamati terlalu lama. Sebab, sudah ada lebih banyak orang yang menyerangnya lagi.Meskipun orang-orang ini tidak sehebat Yuna, keterampilan mereka juga lebih hebat daripada murid Keluarga Tanoto. Bukan karena mereka memiliki kemampuan seni bela diri yang lebih hebat, melainkan karena serangan mereka lebih kejam.Keluarga Tanoto adalah keluarga seni bela diri kuno. Dalam belajar seni bela diri, mereka harus mempraktikkan moralitas terlebih dahulu. Baik dalam
Dalam momen itu, Clinton merasa seperti tidak mengenal Yuna.“Kamu ....” Dylan juga sangat terkejut karena tidak menyangka keterampilan Yuna begitu hebat. Dia pun segera maju dan memberi perintah dengan lantang, “Maju! Serang!”Sebelum sempat maju, Yuna merasakan aura yang dingin dan tajam menyerang ke arahnya.“Hati-hati!” teriak Clinton. Yuna pun langsung bergerak ke samping untuk menghindari serangan itu. Dia menggerakkan kakinya dan berputar dengan cepat, tetapi gerakan lawan juga sangat cepat. Dalam sekejap, kedua sosok itu sudah mulai bertarung.“Dylan, ternyata kamu berkolusi dengan ....” Sebelum sempat menyelesaikan kata-katanya, ada orang yang sudah menyerang Clinton. Dia pun tidak sempat berbicara lagi dan langsung menyambut serangan itu.Pertarungan mereka kali ini sangat sengit. Kedua lawan mereka saat ini juga jauh lebih kuat daripada orang-orang sebelumnya.Yuna memusatkan perhatiannya dalam menghadapi serangan lawan. Setelah bertarung beberapa saat, dia baru menyadari ba
Begitu mendengar seruan Dylan, gerakan Pembunuh Ganda itu pun bertambah cepat dan sengit.Clinton sama sekali tidak menyangka kedua orang ini akan muncul. Meskipun terkejut, dia hanya bisa melawan dengan sekuat tenaga. Namun, setelah bertarung untuk beberapa saat, masih belum ada juga pemenangnya. Saat Dylan berteriak, perhatian Clinton terbagi sejenak untuk meliriknya. Saat mengembalikan perhatiannya, lawannya sudah melayangkan tendangan ke arah Clinton. Clinton buru-buru menghindar, tetapi terlambat selangkah. Tendangan itu pun mengenai dadanya dan menyebabkannya langsung memuntahkan darah.“Pfft ....” Clinton pun terluka dan terpental akibat tendangan itu.Saat melihat Clinton yang terluka, Dylan akhirnya menjadi sedikit lega. Dia berkata dengan lantang, “Jangan sampai mereka terbunuh! Aku mau mereka hidup-hidup!”Tujuan utamanya kembali hanya untuk mengambil kembali kendali atas Keluarga Tanoto dan semua yang diinginkannya. Dia juga tidak ingin memuat masalahnya menjadi terlalu be
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S