Share

Bab 440

Penulis: Awan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-08 19:00:01
Kamarnya sangat besar dan dilengkapi dengan karpet sehingga membuat seisi kamar terasa sangat sunyi dan tenang. Gideon sedang duduk di depan jendela melihat hujan yang sedang turun. Tatapan matanya memandang jauh ke depan. Pemandangan kakeknya yang sedang menikmati pemandangan di luar sungguh membuat hati sejuk, hanya saja … kursi yang Gideon duduki bukan kursi biasa, melainkan kursi roda.

“Kakek?!” seru Yuna dengan suara gemetar.

Apa yang terjadi pada kakeknya?

“Ah, Yuna, kamu sudah pulang!” sahut Gideon dengan mata masih menatap lurus ke depan.

Yuna melangkahkan kakinya ke depan, tapi entah mengapa dia terhenti ketika berada di depan kakeknya. Dia masih ingin terus mendekat, tapi di satu sisi dia merasa sedikit takut. Di kala itu barulah kursi roda yang Gideon duduki berputar menatap Yuna. Sosok Gideon masih sama seperti yang tersisa dalam ingatan Yuna, hanya terlihat lebih tua saja. Rambutnya sudah banyak yang memutih, dan keriputnya juga bertambah banyak, tapi tatapan matanya masih
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 441

    Sosok sang kakek dalam ingatan Yuna adalah seorang yang disiplin dan tidak pantang menyerah. Setiap hari kakeknya bangun pukul lima lewat untuk berlatih. Tubuhnya masih sangat kuat terlepas dari usianya yang sudah uzur. Posturnya ketika berdiri pun masih tegap dan langkah kakinya masih lincah seperti semasa mudanya.Akan tetapi, sekarang dia harus menghabiskan sisa hidupnya di kursi roda. Gideon mengaku dia baik-baik saja, tapi kalau memang benar begitu, kenapa dia harus terus duduk dan tidak lagi melakukan rutinitasnya. Dari sini jelas sekali terlihat kalau dia sangat menderita.“Sudah, nggak usah bahas soal Kakek lagi!” ujarnya. Mungkin Gideon menyadari cucunya merasa sedih, jadi dia menutupi lututnya dengan selimut dan mengalihkan topik, “Sudah berapa lama kamu pergi dari rumah?”“Tujuh … atau delapan tahun mungkin?” jawab Yuna.“Lebih tepatnya, tujuh tahun tiga bulan,” tutur Gideon menambahi.Yuna, “….”“Kayaknya kamu lumayan betah di luar. Tapi baguslah.”Apa yang Gideon katakan i

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-08
  • Istri Kesayangan CEO   Bab 442

    Suara Gideon terdengar begitu serius, tapi raut wajahnya justru terlihat sangat damai. Brandon yang kaget dengan reaksi Gideon pun spontan melirik ke arah Yuna dan seketika itu pula dia mengerti apa yang terjadi.“Ah, benar juga.” Dia pun menarik kembali tangannya dan berkata dengan penuh hormat, “Aku sebagai cucu menantu mengucapkan selamat ulang tahun buat Kakek.”“Cu-cucu … menantu?!”Bahkan Gideon juga ikut tercengang dan matanya terbelalak. Apa anak muda zaman sekarang sevulgar ini? Beberapa detik yang lalu dia masih memanggilnya dengan sebutan “Pak”, tapi sedetik kemudian dia langsung menyebut dirinya sendiri sebagai cucu menantu.“Segenap keluarga Tanoto masih belum mengakui kamu,” sahut Clinton yang saat itu mulai risih.Gideon sebagai orang lebih tua yang punya lebih banyak pengalaman berusaha untuk menenangkan Clinton, lalu dia berdeham, “Brandon, aku nggak keberatan kamu panggil kakek, tapi kalau cucu menantu … kayaknya masih terlalu awal.”Singkat kata, sebenarnya keluarga

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-08
  • Istri Kesayangan CEO   Bab 443

    “Kek, acaranya sebentar lagi sudah mau dimulai,” kata Clinton mengingatkan.“Oke,” angguk Gideon perlahan, tapi matanya masih menatap Yuna seolah masih ingin mengobrol dengannya.“Aku nggak ikut, ya, Kek. Kakek tahu sendiri aku nggak suka keramaian,” kata Yuna.“Iya,” sahut Gideon tanpa banyak bicara lagi.Brandon juga menaruh tangannya di bahu Yuna dan menambahkan, “Aku juga, aku mau menemani Yuna.”“Kalau begitu menginap saja di sini! Nanti aku suruh Dodi siapin dua kamar buat kalian nginap dua hari, gimana?”Kata-kata terakhir Gideon jelas mengindikasikan kalau dia meminta pendapat dari Yuna. Ketika ditanya seperti itu oleh kakeknya, Yuna pun merasa tersanjung dan mengangguk, “Oke, ikut apa kata Kakek saja.”Gideon senang mendengar jawaban itu dan spontan senyum di wajahnya melebar, “Clinton, ayo jalan.”Clinton lantas mendorong kursi roda kakeknya dan berpesan kepada Yuna, “Nanti Pak Dodi bakal antar kalian berdua ke kamar masing-masing.”“Oke.” Yuna pun keluar kamar dan melihat C

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • Istri Kesayangan CEO   Bab 444

    “Iya, aku nggak mau pisah sama kamu. Kenapa, nggak boleh?” kata Yuna sambil merangkul lengannya di leher Brandon.“Setiap masalah pasti punya solusi!” jawab Brandon seraya mencium bibir Yuna, “Coba kita lihat kamar kamu dulu.”Kamar yang Yuna tempati adalah kamar yang dulu dia gunakan sewaktu masih tinggal di sana. Betapa terharunya Yuna seketika dia membuka pintu. Susunan kamarnya masih sama persis seperti saat dia pergi. Segala macam barang yang ada di dalam tidak dipindahkan sedikit pun, tapi masih tetap terjaga kebersihannya. Yang berbeda hanyalah seprai yang sudah diganti baru. Sepertinya seprainya pun baru saja dijemur karena masih terasa hangat. Satu-satunya yang janggal adalah tidak adanya AC di kamar.“Kamar kamu nggak ada AC?” tanya Brandon.“Oh iya, aku lupa kasih tahu. Semua kamar yang ada di rumah ini nggak pakai AC. Jadi … nanti malam kamu bertahan, ya.”“Serius nggak ada AC?”Hal itu sangat sulit dipercaya oleh Brandon. Di era modern seperti sekarang, alat elektronik sud

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • Istri Kesayangan CEO   Bab 445

    “Kamar tamu juga nggak pakai AC? Tamu yang nginap di sini masa juga harus ikut latihan?”Bagaimanapun juga banyak orang yang datang untuk merayakan acara ulang tahun dan tidak langsung pulang di hari itu juga. Beberapa dari tamu yang datang juga akan menginap, dan apakah mereka juga harus menjalani pengalaman yang sama?“Gedung yang depan memang buat cara kayak pesta dan semacamnya, jadi kamar yang ada di gedung depan ada AC. Tapi karena gedung belakang tempat kita berada di sekarang khusus buat anggota keluarga Tanoto, semua kamarnya nggak ada AC.”Intinya, orang luar boleh pakai AC, tapi keluarga sendiri tidak.“Jadi, aku sudah dianggap jadi bagian dari keluarga Tanoto?” tanya Brandon.Apakah benar karena alasan itu Brandon ditempatkan di kamar yang ada di gedung belakang? Kalau memang demikian, Brandon tidak tahu apakah dia harus senang atau sedih sekarang.“Iya, seharusnya begitu. Berarti kamu harusnya merasa terhormat!”Mereka berdua masih sempat mengobrol santai untuk beberapa sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • Istri Kesayangan CEO   Bab 446

    Akan tetapi, hujan yang lebat menutupi semua itu, dan dengan adanya Brandon sekarang, Yuna akhirnya memiliki sandaran. Halaman ini seakan bukan lagi halaman yang ada di dalam masa lalunya Yuna.“Dingin, nggak? Mau balik ke dalam saja?” tanya Brandon.“Balik juga masih tetap dingin. Mending kita lari-lari saja di sini biar nggak kedinginan!”“Kalau kamu ngerasa nggak enak badan, malam ini kita langsung pulang saja?” usul Brandon.Brandon masih tidak bisa membayangkan betapa kerasnya hidup Yuna selama dia tinggal di rumah ini. Sebelumnya, dia pernah datang dua kali ke sini, tapi dia tidak tahu kalau ternyata keluarga Tanoto memiliki pemikiran yang begitu kuno.“Dari dulu aku sudah terbiasa hidup kayak begini, jadi nggak masalah. Justru aku takut kamu yang masih nggak terbiasa.”Sebenarnya, bukannya Yuna tidak terbiasa, tapi dia sudah lama tidak pulang dan butuh sedikit adaptasi kembali. Bagaimanapun juga Yuna sudah terlalu lama hidup nyaman, dan dia pastinya tidak ingin merasakan hari-ha

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • Istri Kesayangan CEO   Bab 447

    Yuna sungguh tidak menyangka bisa menemukan pemuda itu di halaman rumahnya sendiri setelah mencarinya ke mana-mana begitu lama. Pemuda itu masih terlihat sama seperti sebelumnya, hanya saja tatapan matanya tidak secerah dulu.“Semua orang yang datang ke sini hari ini pasti punya tujuan yang sama,” kata Yohanes.“Terus kenapa kamu malah ada di sini?” tanya Yuna.“Kamu sendiri juga.”“Kamu masih belum kasih aku penjelasan kenapa kamu tiba-tiba menghilang. Waktu itu kita sudah sepakat, tapi kamu nggak angkat telepon dari aku. Bahkan chat juga nggak dibalas.”Akan tetapi, tatapan mata Yohanes terlihat memuram ketika Yuna mengangkat topik itu lagi. Tanpa memberikan penjelasan apa-apa, dia hanya menjawab dengan gumaman yang tidak jelas, “Aku punya alasan sendiri. Lagian barangnya juga sudah aku kirim tanpa aku pungut biaya. Harusnya kita sudah impas.”“Impas apanya! Mana kayu yang aku minta?” tanya Yuna sambil mengulurkan tangannya.Saat itu mereka sudah sepakat Yuna akan mendapatkan sepoton

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-10
  • Istri Kesayangan CEO   Bab 448

    Kedua matanya seolah sedang menembakkan laser yang menyapu Yuna dari ujung kepala sampai ujung kaki. Hawa dingin juga terasa sangat pekat menandakan ketidaksukaannya terhadap tingkah laku Yuna.Jujur saja, Yuna merinding seketika pria itu menoleh ke arahnya, tapi Yuna merasa tidak perlu takut dengannya karena toh dia tidak ada hubungan apa-apa dengan orang itu. Bermodal pemikiran itu, kepercayaan diri Yuna pun meningkat dan tidak takut lagi untuk menatap lurus ke mata pria tersebut.Mungkin karena tidak mengira bahwa seorang perempuan bisa begitu berani menghadapinya, pria itu pun tampak sedikit terkejut dan alisnya mengerut. Di saat pria itu hendak berbicara, tiba-tiba Brandon yang sejak tadi hanya diam saja berjalan ke samping Yuna dan berkata, “Om Beny.”Pria yang dipanggil dengan sebutan “Om Beny” itu kaget, “Brandon?”“Tadi aku nggak ngelihat ternyata Om juga datang. Aku pikir tahun ini Om suruh anak buah yang datang. Aku nggak ngira bisa ketemu Om di sini.”“Iya, karena hujan jad

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-10

Bab terbaru

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 2286

    “Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 2285

    Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 2284

    Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 2283

    Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 2282

    Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 2281

    “Hus! Amit-amit! Siapa yang ajarin kamu ngomong begitu! Yuna yang aku kenal nggak begini, sejak kapan kamu jadi sentimental!”“Kamu sendiri juga biasanya nggak pernah percaya sama yang begituan. Jadi, kenapa kamu mau datang ke sini?”“Aku … cuma mau lihat saja apa yang terjadi di sini!”Yuna tidak membalas sanggahan Juan dan hanya tersenyum, sampai-sampai membuat Juan panik dan menyangkal, “Oke, oke. Aku datang untuk lihat keadaan kamu, puas?! Kamu nggak tahunya pasti punya tenaga untuk bikin aku marah. Kayaknya kamu sudah sehat, ya.”“Iya, aku sudah mendingan!” kata Yuna, dia lalu hendak mencabut jarum-jarum yang masih tertancap di badannya.”“Eh, jangan bergerak!” seru Juan, emudian dia mencabut jarumnya satu per satu sesuai dengan urutan dia menusuk sambil menggerutu, “Aku dengar kamu tiba-tiba koma. Bikin aku takut saja. Aku juga dengar dia bilang detak jantung kamu hampir berhenti. Biar kutebak, kamu …. Ah, biarlah. Kamu ini, nggak pernah peduli sama badan sendiri. Bisa-bisanya ka

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 2280

    “Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 2279

    Namun Yuna masih sangat lemah meski jantungnya sudah kembali berdenyut. Dia kelihatan sangat lesu seperti orang yang sedang mengalami depresi berat. Fred pun menyadari itu, dan dia langsung memberi perintah kepada para dokternya, “Hey, cepat periksa dia!”Para dokter itu pun berbondong-bondong datang dan melakukan berbagai macam pemeriksaan, lalu mereka menyimpulkan, “Pak Fred, untuk saat ini dia baik-baik saja. Nggak ada kondisi yang membahayakan, tapi dia masih sangat lemah dan butuh waktu istirahat.”“Perlu berapa lama? Apa dia masih bisa pulih seperti semula?”“Itu … kurang lebih minimal setengah bulan.”“Setengah bulan? Lama banget!”Setengah bulan terlalu lama dan malah mengganggu pekerjaannya. Fred tidak punya cukup kesabaran untuk menunggu selama itu. Namun sekarang tidak ada jalan lain yang lebih baik, mau tidak mau dia harus bersabar. Dia lantas berbalik dan melihat ke arah Juan. Dia mendekatinya dan menarik kerah bajunya seraya berkata, “Hey, tua banga, aku menganggap kamu s

  • Istri Kesayangan CEO   Bab 2278

    Anak buahnya yang berjaga di luar ruangan juga langsung masuk dan menghentikan Juan begitu mereka mendapat arahan dari Fred. Fred sendiri juga langsung berlari ke kamar itu secepat mungkin, tetapi sayang dia terlambat.Monitor ICU mengeluarkan bunyi nyaring dan garis detak jantung Yuna juga sudah menjadi garis lurus.“Nggak, nggak!” Fred langsung berlari memegang bahu Yuna dan menggoyangkan tubuhnya.“Kamu belum boleh mati! Kamu nggak boleh mati tanpa perintah dariku!”Fred berteriak-teriak seperti orang gila, dan tim medisnya juga masuk melakukan resusitasi jantung, tetapi garis horizontal di monitor ICU tetap tidak berubah, yang berarti Yuna sudah mati.“Nggak mungkin ….”Fred berbalik menatap Juan yang sudah ditahan oleh pengawal dan membentaknya, “Kenapa? Kenapa?! Dia itu muridmu, murid kesayanganmu! Kamu datang ke sini untuk menolong dia, bukan membunuh dia!”Di tengah gempuran emosi yang dahsyat, Fred melayangkan pukulan telak di wajah Juan sampai Juan mengeluarkan darah segar da

DMCA.com Protection Status