Hampir di waktu yang bersamaan terdengar suara teriakan lelaki brewok. Lelaki berkacamata yang berada tidak jauhnya melihat tangan lelaki brewok yang tertusuk hingga tembus dan membuat pistol di tangannya terjatuh. Wajahnya mendadak langsung berubah pucat pasi.Bukan hanya karena melihat kondisi mengenaskan bos nya, tetapi karena pisau tadi melintas tepat di samping telinganya. Dia bahkan bisa merasakan sedikit perih dari kulit telinganya yang tergores pisau itu. Perasaan tersebut seperti baru saja selamat dari kematian.Awalnya lelaki brewok menggunakan tangannya yang tidak terluka untuk menembak. Sekarang kedua tangannya sudah terluka dan membuatnya kesakitan hingga berteriak histeris dan semakin menggila, “Aku mau bunuh kamu!”Lelaki itu berteriak dengan kedua tangan yang sudah tidak berfungsi dan juga pistol yang sudah jatuh. Hanya matanya yang memancarkan kemarahan menatap lelaki berkacamata yanh masih berdiri sambil berkata, “Bunuh dia! Bunuh dia!!”“Aku ….” Beberapa saat yang la
Dia memang tidak mengerti apa yang terjadi di lantai satu. Akan tetapi mumpung bisa lari, maka sebaiknya segera lari dari pada tidak ada kesempatan lagi.Setelah berpikir sesaat, dia bangkit dan berlari ke arah jendela untuk melihat. Terlihat sosok bayangan orang-orang yang membuat kedua kakinya mendadak lemas.Kenapa ada begitu banyak orang?Dia tidak peduli lagi dan meraba tubuhnya sendiri kemudian mencari celah yang tidak begitu banyak orang untuk melompat kabur. Akan tetapi gerakannya terhenti karena sebuah suara dingin yang berkata,“Kalau kamu berani kabur, akan aku patahkan kaki kamu!”Santo terduduk lemas di lantai. Dia percaya dengan perkataan perempuan itu. Yuna membuka akupunkturnya dan tidak membunuhnya serta tidak mengizinkan dia pergi. Lalu apa yang Yuna inginkan?“Kamu mau apa?” tanya Santo sambil memelas.“Duduk diam di sini dan lihat aku!” kata Yuna dengan dingin. Kedua bola matanya menyapu dengan tajam hingga membuat Santo bergegas menganggukkan kepala.Detik berikutn
Jelas-jelas mereka yang menderita, tetapi dia tidak bisa mengatakannya.“Diam!” seru polisi sambil menendang lelaki itu.Santo ingin sekali menangis karena merasa dirinya sungguh menderita.“Kita pergi saja, di sini sangat mengerikan. Aku nggak ingin ada di tempat ini,” kata Yuna.“Iya, kita pergi.”Brandon mengikuti polisi setempat ke tempat itu. Ketika dia tidak sosok Yuna, Brandon melaporkan polisi negara tersebut terlebih dahulu. Oleh karena itu, ketika Yuna lapor polisi tadi, lelaki itu langsung mendapatkan laporan dari kepolisian dan ikut berangkat ke tempat tersebut.Sekarang Yuna sudah berhasil diselamatkan. Masih ada prosedur pelaporan yang harus dilakukan oleh Yuna. Akan tetapi Brandon sudah berbicara dengan orang yang bertanggung jawab kalau Yuna akan menyusul setelah merasa jauh lebih tenang. Lelaki itu langsung membawanya pulang serta Reni yang masih tertidur pulas.“Ada yang nggak enak?” tanya Brandon sekali lagi karena merasa tidak tenang. Meski sebelumnya dia sudah mema
“Iya,” jawab Yuna. Kondisi dia sebenarnya sangat baik sekali.***Valerie tampak sedikit gugup dan tidak tenang karena Lawson belum memberi tahu apa lomba terakhir nanti. Katanya Lawson tidak mendapatkan bocoran sama sekali. Babak terakhir nanti penguji yang akan langsung memberikan pertanyaan.Dari tingkat persentasenya, sepertinya Will yang memiliki kemungkinan paling besar. Karena sang pembuat acara tidak membocorkan siapa orangnya, sehingga Lawson tidak mengetahui soal lombanya nanti.Tanpa ada soal, Valerie tidak bisa yakin kalau dirinya mampu memenangkan perlombaannya. Lebih tepatnya dia sama seperti anak hilang yang tidak tahu apa pun. Dengan mengikuti lomba seperti sekarang, dia akan mudah terlihat belangnya.Sebaiknya Dia mencari Lawson untuk membicarakannya. Walau tidak bisa memenangkan posisi pertama, setidaknya dia harus membuat Yuna tidak menang. Akan tetapi kamar lelaki itu kosong dan tidak ada orang. Dia mengetuk pintu berulang kali tetapi tidak ada yang membuka pintu.T
Beneran nggak!”Jawab Yuna dengan tidak berdaya.“Atau perlu aku turun dari tempat tidur dan berputar-putar di tempat?“Nakal!” kata Brandon sambil menahan Yuna.“Kamu yang nggak percaya dengan aku. Aku beneran baik-baik saja! Kamu tenang saja.”“Awalnya aku memang merasa tenang, tapi sekarang aku gimana bisa merasa tenang?! Kenapa kamu bisa berurusan dengan orang-orang seperti itu?” ujar dan tanya Brandon.Yuna berpikir sesaat kemudian berkata, “Aku juga nggak tahu mereka siapa, tapi setelah itu Lawson datang dan aku baru tahu semua ulah dia.”“Namanya cukup familiar,” ujar Brandon. Dia memang tidak sering melihat Sosok Lawson dan hanya mendengar Yuna menyebutnya beberapa kali saja. Ditambah dia tidak menganggap orang tersebut ada di dalam hidupnya. Sekarang setelah mendengar ucapan Yuna, dia baru merasa sedikit familiar.“Dia itu orang yang diminta Logan dan Valerie untuk membantu mereka, tapi dia nggak bekerja atas nama perusahaan VL. Aku juga nggak gitu mengerti apa hubungan mereka.
Kalau Yuna memberi tahu Brandon bahwa Lawson berencana menyuntikkan obat itu ke tubuhnya, sepertinya lelaki itu akan langsung membunuh Lawson sekarang juga. Setelah berpikir sesaat Yuna berkata,“Waktu aku sadar, aku ada dengar mereka ngomong. Oh iya, mereka juga masih ada barang bukti yang bisa dibawa sama polisi untuk dilakukan pemeriksaan.”Brandon mendengarkan perempuan itu cerita dalam diam. Genggaman tangan Brandon menunjukkan betapa khawatirnya dia meski Brandon tidak berbicara.Masih ada barang bukti? Bagaimana kalau perempuan itu tidak sengaja tersentuh atau mereka gunakan pada diri Yuna? Dia sungguh tidak berani membayangkannya.“Kita balik!” kata Brandon penuh penekanan.Dia ingin membawa Yuna kembali dan tidak mau membiarkan perempuan itu tetap tinggal di tempat bahaya ini. Memikirkan kemungkinan bahwa dia bisa datang terlambat membuat jantung Brandon berdenyut menyesal.Yuna yang awalnya duduk diam di sisinya langsung duduk tegak ketika mendengar ucapan Brandon dan berkata
Berita tentang Yuna yang diculik sebenarnya sudah berusaha keras ditutupi beritanya. Akan tetapi wartawan di negara ini tetap bisa mengetahuinya dan menimbulkan gelombang kecil. Setidaknya semua orang yang mengikuti perlombaan sudah mengetahui hal tersebut.Lisa tampak sangat khawatir. Kalau bukan karena terlalu larut ditambah ayahnya menghalanginya, maka Lisa pasti akan berusaha untuk menemui perempuan itu. Hanya Reni yang dibuat bingung dengan seluruh kejadian ini.Dia menjadi korban tapi dia hanya sibuk tidur dari awal hingga akhir. Dia mengetahuinya ketika dokter memeriksanya dan menjelaskan ceritanya secara singkat. Setelah melihat berita, dia menanyakannya lagi pada Yuna untuk memastikan.“Apa yang ada di berita itu beneran? Asli? Aku … bukan, maksudnya kita diculik?” tanya Reni. Dia menganga lebar ketika melihat Yuna menganggukkan kepalanya.“Kenapa aku nggak tahu sama sekali?”“Kamu terkena obat tidur dan dalam keadaan tidur dari awal hingga akhir. Nggak heran kalau kamu nggak
Yuna mengalihkan pandangannya ke luar jendela karena tidak bersedia melanjutkan perbincangan ini.Tiba saatnya perlombaan final. Yuna mengenakan setelan formal. Sebenarnya di tahap akhir ini dia tidak begitu gugup. Mungkin karena kasus penculikan sudah membuat mentalnya berubah dan mengalihkan semua fokusnya. Yuna jauh lebih memikirkan kondisi tubuhnya dibandingkan perlombaan.Apakah karena akhir-akhir ini pikirannya tidak berpusat di peracikan obat atau karena setelah meninggalkan Logan dan Valerie, semua bakat-bakatnya terkeluarkan dan membuat tubuhnya tidak bisa menyesuaikan.Kejadian penculikan ini membuatnya bisa merasakan kekuatan di tubuhnya terus bereaksi. Dari kecil Yuna dibesarkan di keluarga Tanoto dengan ilmu mengenai bela diri. Akan tetapi dalam keluarga Tanoto dia tidak termasuk yang paling berbakat.Untuk menghadapi preman kecil memang bukan masalah, tetapi untuk penjahat internasional sedikit berlebihan. Yuna juga merasa tidak bisa dilakukan dengan orang yang menguasai
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us
“Hus! Amit-amit! Siapa yang ajarin kamu ngomong begitu! Yuna yang aku kenal nggak begini, sejak kapan kamu jadi sentimental!”“Kamu sendiri juga biasanya nggak pernah percaya sama yang begituan. Jadi, kenapa kamu mau datang ke sini?”“Aku … cuma mau lihat saja apa yang terjadi di sini!”Yuna tidak membalas sanggahan Juan dan hanya tersenyum, sampai-sampai membuat Juan panik dan menyangkal, “Oke, oke. Aku datang untuk lihat keadaan kamu, puas?! Kamu nggak tahunya pasti punya tenaga untuk bikin aku marah. Kayaknya kamu sudah sehat, ya.”“Iya, aku sudah mendingan!” kata Yuna, dia lalu hendak mencabut jarum-jarum yang masih tertancap di badannya.”“Eh, jangan bergerak!” seru Juan, emudian dia mencabut jarumnya satu per satu sesuai dengan urutan dia menusuk sambil menggerutu, “Aku dengar kamu tiba-tiba koma. Bikin aku takut saja. Aku juga dengar dia bilang detak jantung kamu hampir berhenti. Biar kutebak, kamu …. Ah, biarlah. Kamu ini, nggak pernah peduli sama badan sendiri. Bisa-bisanya ka
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti
Namun Yuna masih sangat lemah meski jantungnya sudah kembali berdenyut. Dia kelihatan sangat lesu seperti orang yang sedang mengalami depresi berat. Fred pun menyadari itu, dan dia langsung memberi perintah kepada para dokternya, “Hey, cepat periksa dia!”Para dokter itu pun berbondong-bondong datang dan melakukan berbagai macam pemeriksaan, lalu mereka menyimpulkan, “Pak Fred, untuk saat ini dia baik-baik saja. Nggak ada kondisi yang membahayakan, tapi dia masih sangat lemah dan butuh waktu istirahat.”“Perlu berapa lama? Apa dia masih bisa pulih seperti semula?”“Itu … kurang lebih minimal setengah bulan.”“Setengah bulan? Lama banget!”Setengah bulan terlalu lama dan malah mengganggu pekerjaannya. Fred tidak punya cukup kesabaran untuk menunggu selama itu. Namun sekarang tidak ada jalan lain yang lebih baik, mau tidak mau dia harus bersabar. Dia lantas berbalik dan melihat ke arah Juan. Dia mendekatinya dan menarik kerah bajunya seraya berkata, “Hey, tua banga, aku menganggap kamu s
Anak buahnya yang berjaga di luar ruangan juga langsung masuk dan menghentikan Juan begitu mereka mendapat arahan dari Fred. Fred sendiri juga langsung berlari ke kamar itu secepat mungkin, tetapi sayang dia terlambat.Monitor ICU mengeluarkan bunyi nyaring dan garis detak jantung Yuna juga sudah menjadi garis lurus.“Nggak, nggak!” Fred langsung berlari memegang bahu Yuna dan menggoyangkan tubuhnya.“Kamu belum boleh mati! Kamu nggak boleh mati tanpa perintah dariku!”Fred berteriak-teriak seperti orang gila, dan tim medisnya juga masuk melakukan resusitasi jantung, tetapi garis horizontal di monitor ICU tetap tidak berubah, yang berarti Yuna sudah mati.“Nggak mungkin ….”Fred berbalik menatap Juan yang sudah ditahan oleh pengawal dan membentaknya, “Kenapa? Kenapa?! Dia itu muridmu, murid kesayanganmu! Kamu datang ke sini untuk menolong dia, bukan membunuh dia!”Di tengah gempuran emosi yang dahsyat, Fred melayangkan pukulan telak di wajah Juan sampai Juan mengeluarkan darah segar da
Juan meletakkan jarinya di atas bagian pergelangan tangan Yuna dan menekannya sedikit. Kedua matanya sedikit tertutup seperti orang yang hendak tidur, tetapi dia hanya sedang menenangkan diri agar bisa fokus merasakan setiap dentuman pembuluh darah yang melewati tangan.Tak lama berselang, Juan mengangkat tangannya dan mendekat untuk menatap wajah Yuna lebih dekat, kemudian menaruh jarinya di leher Yuna.Semua itu Fred amati melalui tampilan kamera pengawas. Dia menundukan kepala dengan dagu bertopang di tangannya. Dia sedang berpikir keras. Si tua itu kelihatannya seperti sedang memeriksa Yuna, tetapi di sisi lain juga tidak dan lebih terlihat seperti sedang sok pintar saja.Dokter-dokter yang ada di sini setiap kali memeriksa pasien selalu menggunakan peralatan canggih dan bisa dilihat apa hasil diagnosisnya melalui angka dan data yang pasti. Namun pengobatan tradisional tidak demikian. Mereka hanya meraba nadi untuk melihat penyakitnya, atau menanyakan beberapa pertanyaan ke pasien
Mana mungkin Fred akan membiarkan itu terjadi! Kalau Yuna mati, usahanya selama ini akan sia-sia, dan tahap akhir dari R10 tidak akan bisa berjalan.“Pak Fred ….”Para dokter tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Masuk-masuk mereka hanya berusaha untuk memasangkan kabelnya kembali. Mereka masih bingung bagaimana kabel yang terpasang dengan baik bisa lepas, atau memang ada orang yang mencabutnya.“Pak Fred ….”“Keluar!”Para dokter itu pun ta berani banyak bicara dan langsung kelar. Sekarang ruangan itu kembali seperti sebelumnya, hanya ada tiga orang saja.“Kamu juga keluar!” kata Fred kepada pengawalnya.Pengawal itu awalnya sempat bingung, tetapi dia menuruti saja apa pun perintah yang diberikan. Maka tanpa banyak protes dia pun undur diri. Juan yang tak lagi dikekang oleh si pengawal kembali mendekati Yuna dan memeriksa nadinya. Fred pernah melihat cara pemeriksaan itu dan mengakui kehebatannya. Meski dari sudut pandang kedokteran modern itu agak sulit untuk dipahami, sudah begitu