Santo melirik Yuna sekilas kemudian dengan suara keras dia berkata, “Mana aku tahu seberapa banyak kadar untuk satu hari atau dua hari?! Orangnya sudah kami tangkap juga! Siapa suruh kalian nggak langsung mengambilnya! Jangan banyak bicara! Katakan apa yang harus kami lakukan?!”Sepertinya orang di seberang telepon juga tampak emosi. Dia diam sesaat dan bertanya, “Di mana bos kalian?”“Bos ….” Lelaki itu tampak berpikir sesaat dan kembali menjawab, “Bos lagi cek kondisi Yuna masih bisa diselamatkan nggak. Kamu buruan datang ke sini saja.”Setelah itu Yuna langsung memutuskan panggilan telepon.“Apa yang aku lakukan benar kan?” tanya Santo dengan hati-hati. Dia benar-benar tidak berani membuat perempuan di hadapannya ini emosi.Yuna meliriknya sekilas kemudian mendengus dingin sambil bangkit berdiri dan berkata, “Kalian bertiga diam di sini dengan tenang, nanti aku akan bereskan kalian lagi!”***Brandon memesan tiket paling awal karena berpikir akan segera bertemu dengan Yuna. Namun te
“Ponselku di mana?” tanya Yuna pada ketiga lelaki itu saat masuk kembali ke kamar. Dia tidak bisa mengirimkan pesan pada perusahaan dan juga Brandon tanpa ada ponselnya. Meski Brandon masih tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya, lelaki itu pasti akan panik jika tidak bisa menghubunginya.“Aku nggak tahu,” kata Santo.“Hmm?” Yuna seperti sedang mengancam lelaki itu. Dia menatap Santo dengan sorot dingin dan tajam.Tatapan Yuna mampu membuat Santo menggigil dan berkata, “Aku beneran nggak tahu. Aku hanya bertugas mengemudi saja. Sebenarnya aku juga nggak melakukan apa pun.”Yuna melihat lelaki itu yang sepertinya tidak berbohong. Tatapannya beralih pada lelaki berkacamata sekilas kemudian langsung berjongkok di hadapan lelaki brewok dan bertanya, “Di mana ponselku?”Lelaki brewok hanya meliriknya sekilas dan tidak berkata apa pun.Dia sudah bertahan cukup lama dalam keadaan tidak bergerak dan tidak berbicara. Selain bola matanya yang terus bergerak, dia sama seperti orang cacat. Dul
Yuna berdiri di depan jendela dan melihat sebuah mobil hitam yang melaju kearahnya dalam kegelapan. Mobil itu terlihat biasa saja dan bahkan terlihat sudah berumur. Oleh karena itu mobil tersebut tidak terlihat menarik perhatian.Mobil melaju dengan cepat dan berhenti di depan rumah kayu. Pintu terbuka dan orang tersebut melompat turun sambil berlari ke depan pintu sambil berseru, “Santo, Santo!”Yuna melihat ke arah Santo yang mendadak tampak gusar. Perempuan itu tersenyum miring dan menoleh lagi ke luar pintu. Orang di lantai satu itu berdiri di depan pintu sambil mengetuk pintu dan mengumpat.“Bodoh! Cepat buka pintunya! Kalian masih mau uang nggak?!”Dari suaranya dan juga bentuk tubuhnya, Yuna langsung mengenali siapa orang tersebut. Tidak aneh kalau dia pelakunya. Ternyata orang ini kenal dengan penjahat seperti mereka ini.“Nurut!” kata Yuna sambil menunjuk mereka dengan pisau yang mengalirkan darah. Setelah itu dia turun ke lantai bawah untuk membuka pintu.Orang tersebut rela
“Sekarang kamu ada hak untuk bertanya padaku?” kata Yuna sambil menginjak punggung lelaki itu dan berkata lagi dengan dingin, “Bilang! Apa yang mau kamu lakukan?!”“Aku ….” Dia menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya bersamaan dengan muntahan darah. Sekarang lelaki itu sudah tidak merasa takut lagi. Dia mengucapkan apa yang ada di dalam hatinya.“Siapa yang memerintahmu? Tanya Yuna dengan mata menyipit. Tekanan di kakinya juga semakin kuat.“Valerie? Atau Logan? Atau masih ada orang lain?”Kalau hanya dua orang itu saja, maka semuanya lebih mudah. Akan tetapi kalau orang lain, dia harus memikirkan lagi apa tujuan orang itu.“Nggak ada, aku hanya ingin bermain-main denganmu! Apa yang diagungkan dari kamu yang merupakan seorang janda? Kenapa kamu nggak bisa tidur denganku? Aku bisa jamin karir kamu di dunia peracik-“Sebelum ucapannya selesai, Yuna mengangkat kakinya dan menginjaknya dengan kuat hingga membuat lelaki itu memuntahkan darah.“Berengsek!”Dia benar-benar orang paling
Hampir di waktu yang bersamaan terdengar suara teriakan lelaki brewok. Lelaki berkacamata yang berada tidak jauhnya melihat tangan lelaki brewok yang tertusuk hingga tembus dan membuat pistol di tangannya terjatuh. Wajahnya mendadak langsung berubah pucat pasi.Bukan hanya karena melihat kondisi mengenaskan bos nya, tetapi karena pisau tadi melintas tepat di samping telinganya. Dia bahkan bisa merasakan sedikit perih dari kulit telinganya yang tergores pisau itu. Perasaan tersebut seperti baru saja selamat dari kematian.Awalnya lelaki brewok menggunakan tangannya yang tidak terluka untuk menembak. Sekarang kedua tangannya sudah terluka dan membuatnya kesakitan hingga berteriak histeris dan semakin menggila, “Aku mau bunuh kamu!”Lelaki itu berteriak dengan kedua tangan yang sudah tidak berfungsi dan juga pistol yang sudah jatuh. Hanya matanya yang memancarkan kemarahan menatap lelaki berkacamata yanh masih berdiri sambil berkata, “Bunuh dia! Bunuh dia!!”“Aku ….” Beberapa saat yang la
Dia memang tidak mengerti apa yang terjadi di lantai satu. Akan tetapi mumpung bisa lari, maka sebaiknya segera lari dari pada tidak ada kesempatan lagi.Setelah berpikir sesaat, dia bangkit dan berlari ke arah jendela untuk melihat. Terlihat sosok bayangan orang-orang yang membuat kedua kakinya mendadak lemas.Kenapa ada begitu banyak orang?Dia tidak peduli lagi dan meraba tubuhnya sendiri kemudian mencari celah yang tidak begitu banyak orang untuk melompat kabur. Akan tetapi gerakannya terhenti karena sebuah suara dingin yang berkata,“Kalau kamu berani kabur, akan aku patahkan kaki kamu!”Santo terduduk lemas di lantai. Dia percaya dengan perkataan perempuan itu. Yuna membuka akupunkturnya dan tidak membunuhnya serta tidak mengizinkan dia pergi. Lalu apa yang Yuna inginkan?“Kamu mau apa?” tanya Santo sambil memelas.“Duduk diam di sini dan lihat aku!” kata Yuna dengan dingin. Kedua bola matanya menyapu dengan tajam hingga membuat Santo bergegas menganggukkan kepala.Detik berikutn
Jelas-jelas mereka yang menderita, tetapi dia tidak bisa mengatakannya.“Diam!” seru polisi sambil menendang lelaki itu.Santo ingin sekali menangis karena merasa dirinya sungguh menderita.“Kita pergi saja, di sini sangat mengerikan. Aku nggak ingin ada di tempat ini,” kata Yuna.“Iya, kita pergi.”Brandon mengikuti polisi setempat ke tempat itu. Ketika dia tidak sosok Yuna, Brandon melaporkan polisi negara tersebut terlebih dahulu. Oleh karena itu, ketika Yuna lapor polisi tadi, lelaki itu langsung mendapatkan laporan dari kepolisian dan ikut berangkat ke tempat tersebut.Sekarang Yuna sudah berhasil diselamatkan. Masih ada prosedur pelaporan yang harus dilakukan oleh Yuna. Akan tetapi Brandon sudah berbicara dengan orang yang bertanggung jawab kalau Yuna akan menyusul setelah merasa jauh lebih tenang. Lelaki itu langsung membawanya pulang serta Reni yang masih tertidur pulas.“Ada yang nggak enak?” tanya Brandon sekali lagi karena merasa tidak tenang. Meski sebelumnya dia sudah mema
“Iya,” jawab Yuna. Kondisi dia sebenarnya sangat baik sekali.***Valerie tampak sedikit gugup dan tidak tenang karena Lawson belum memberi tahu apa lomba terakhir nanti. Katanya Lawson tidak mendapatkan bocoran sama sekali. Babak terakhir nanti penguji yang akan langsung memberikan pertanyaan.Dari tingkat persentasenya, sepertinya Will yang memiliki kemungkinan paling besar. Karena sang pembuat acara tidak membocorkan siapa orangnya, sehingga Lawson tidak mengetahui soal lombanya nanti.Tanpa ada soal, Valerie tidak bisa yakin kalau dirinya mampu memenangkan perlombaannya. Lebih tepatnya dia sama seperti anak hilang yang tidak tahu apa pun. Dengan mengikuti lomba seperti sekarang, dia akan mudah terlihat belangnya.Sebaiknya Dia mencari Lawson untuk membicarakannya. Walau tidak bisa memenangkan posisi pertama, setidaknya dia harus membuat Yuna tidak menang. Akan tetapi kamar lelaki itu kosong dan tidak ada orang. Dia mengetuk pintu berulang kali tetapi tidak ada yang membuka pintu.T