“Papa kamu pasti sudah mengatur semuanya, kamu cukup dengar apa kata dia saja,” ucap Brandon.“Oh, oke …. Aku nggak begitu mengerti apa masalahnya. Intinya aku cuma menyampaikan pesan dari Papa saja. Oh ya, dengar-dengar dua anak Kak Yuna yang baru lahir sudah pulang, ya. Aku boleh lihat mereka? Aku belum pernah ketemu sama anak kembar!”“Boleh, mereka lagi di atas. Tapi nggak tahu deh mereka masih tidur atau sudah bangun. Naik saja.”Setelah mendapat izin dari Brandon untuk melihat mereka, Bella pun tanpa sungan langsung berlari ke atas.“Dari tangga belok kiri, kamar ketiga ….”Sebelum Brandon selesai berbicara, Bella sudah menghilang. Dengan segera Bella dapat menemukan kamar itu karena pintunya tidak ditutup. Kedua anak Brandon juga sudah terbangun dan sedang menangis keras. Yang menarik perhatian Bella, di kamar itu justru ada Shane dan Chermiko, sedangkan pengasuhnya tidak ada karena mungkin sedang membuatkan susu atau menyiapkan barang lain.Saat Bella masuk, dia melhat Shane se
“Pasti karena tadi dari tadi aku sudah kelonin dia, makanya dia sudah capek nangis!” sahut Chermiko tidak terima dengan kekalahannya.“Cih! Alasan saja!”Bella senang sekali melihat bayi mungil itu dengan patuhnya bersandar di dalam pelukannya. Suasana hatinya langsung membaik, seolah semua pengalaman buruk yang dia alami sejak beberapa waktu belakangan ini tersapu bersih tiada sisa. Melihat senyuman mereka membuat segala beban pikiran menghilang seketika.“Memang cara gendong dia lebih bagus!” Shane berkomentar, “Terus tadi kamu bilang apa? Mau tusuk jarum? Kamu nggak tahu kalau anak kecil itu paling takut sama jarum apa?”“Aku kan cuma asal ngomong saja. Mereka juga nggak mengerti.”“Jangan pikir bayi nggak ngerti apa-apa. Lho. Biarpun mereka belum bisa ngomong, mereka bisa menangkap intensi dari omongan yang baik atau jahat. Waktu Nathan masih bayi, aku marahin dia sedikit saja dia langsung pasang muka ngambek.”Akhir-akhir ini Shane tidak pernah berhenti mengungkit Nathan. Mungkin
“Oh, kamu nggak tahu, ya. Dia itu dokter pengobatan tradisional terkenal, lho,” kata Bella bergurau.“Aku baru tahu. Pak Chermiko boleh tolong periksa nadiku juga?” tanya si pengasuh itu seraya mengulurkan tangannya karena penasaran.“Boleh. Nanti kalau kamu sudah selesai kasih makan anak-anak, cari aku saja.”“Oke, oke. Terima kasih, Pak Chermiko,” ujar si pengasuh itu dengan suka cita.Berhubung sudah terbawa suasana, Chermiko sekalian menawarkan jasanya itu kepada Shane, “Gimana, kamu juga mau aku cek nadinya?”“Gila! Aku nggak sakit, untuk apa dicek?”“Yah, kadang ada penyakit yang nggak kelihatan begitu saja. Siapa yang tahu kamu benar-benar sehat atau ternyata punya penyakit yang nggak ketahuan. Nggak ada salahnya dicoba, anggap saja lagi medical check-up di rumah sakit, mana tahu ternyata ginjal kamu lemah,” kata Chermiko dengan nada separuh bercanda. Bella dan si pengasuh itu pun ikut tertawa mendengarnya.“Cuih! Yang lemah itu mah kamu!” balas Shane.“Hahaha, kamu jadi merasa
Seketika itu mereka berdua sama-sama terdiam, dan beberapa saat setelahnya Brandon duluan berbicara, “Siapa yang pertama kali nyadar dia sudah menghilang?”“Aku!” ujar Chermiko seraya menunjuk hidungnya sendiri. “Tapi aku lihatnya dari balik jendela yang ada di atas pintu. Aku nggak buka pintunya. Selain kamu, ada siapa lagi yang bisa buka pintu itu?”“.…”Brandon tidak menjawab pertanyaan itu, tetapi ketika mata mereka saling bertukar pandang, mereka sama-sama terpikir akan seseorang.“Nggak mungkin dia, ‘kan?! Dia benci banget sama Rainie, sama kayak aku. Aku yakin nggak mungkin dia yang bantu Rainie bukain pintunya, apalagi sampai membebaskan dia.”“Aku juga berpikir begitu, tapi sebelum kita membantah kemungkinan itu, kita harus berpikir secara rasional dan objektif berdasarkan fakta dan bukti yang kita punya. Seperti yang kamu bilang tadi, Rainie nggak mungkin menghilang begitu saja seperti udara. Kalaupun dia nggak kasat mata, dia nggak mungkin bisa buka pintunya sendiri. Berarti
Brandon juga tentu saja mengkhawatirkan itu, tetapi apa gunanya.“Sekarang kita cuma bisa berpikir kalau mereka masih membutuhkan Yuna, jadi mereka nggak mungkin membiarkan Rainie menyakiti Yuna.”“Tapi takutnya ….”Chermiko tidak mau mengatakannya karena itu hanya akan membuat mereka terus dirundung oleh rasa takut yang tak ada habisnya. Sebenarnya tanpa perlu Chermiko mengatakannya pun, Brandon sudah tahu apa yang mau dia ucapkan.“Kita harus bertahan sebentar lagi, cukup dua hari saja! Setelah itu seharusnya kesempatan kita akan datang,” kata Brandon.“Dua hari? Ada apa?”Chermiko dengan rasa penasaran bertanya mengapa Brandon begitu yakin dengan waktu dua hari itu. Namun melihat keyakinan Brandon yang terpampang begitu jelas melalui tatapan matanya, Chermiko tidak berkomentar apa-apa lagi dan hanya bertanya, “Jadi … lebih baik kita jangan bahas soal ini dulu ke dia?”Seraya menatap ke kamar yang ada di belakang, mereka berdua tentu saja tahu “dia” yang dimaksud itu siapa.“Ya, jan
Malam hari itu, Brandon mengemudikan mobilnya sendiri berangkat ke rumah Juan. Seolah sudah menduga kedatangannya, Juan telah menyiapkan sepoci teh hangat dan beberapa kudapan ringan.Seketika Brandon masuk, dia langsung disambut oleh Juan yang tersenyum kepadanya.“Datang juga kamu.”“Pak Juan ….”“Kamu datang pasti untuk ngomongin soal Rainie yang katanya bisa menghilang itu, bukan?”“Pak Juan sudah menjawab kalau itu cuma ngawur, ‘kan?”“Hahaha. Ya, benar sekali. Ngawur! Tapi aku tahu sifatmu itu. Kamu pasti tetap bakal datang ke sini untuk bertanya lebih jauh. Aku cuma nggak menyangka saja ternyata kamu datang secepat ini. Aku cuma menyiapkan makanan dan minuman seadanya saja. Kita ngobrol sambil makan, yuk?”“Boleh juga! Ngomong-ngomong, Kenzi mana?”“Aku sudah suruh dia main di belakang. Aku nggak bilang ke dia kamu mau datang karena aku nggak yakin. Kalau ternyata kamu nggak datang, takutnya dia bakal kecewa.”Juan begitu perhatian kepada Kenzi, yang mana justru membuat Brandon
BRandon tertawa mendengar itu. Dia menuangkan minuman lagi ke dalam gelas Juan dan berkata, “Bukannya Pak Juan bilang manusia tak kasat mata itu nggak ada.”“Iya, tapi memangnya nggak boleh kalau aku mau lihat siapa orangnya?”“Oh, tentu saja boleh! Kalau nanti sudah ketangkap, pasti aku kasih lihat.”Mereka berdua asyik mengobrol sambil menyantap kudapan cukup lana, hingga mereka mendengar suara anak kecil yang berlari dari belakang.“Eh, itu Papa, bukan?”Suara kekanak-kanakan Kenzi bergetar dengan penuh semangat. Sosoknya yang kecil berlari cepat seperti angin berembus.“Iya bener itu Papa! Papa!” Kenzi berseru seraya berlari ke dalam pelukan ayahnya“Iya, Kenzi. Ini Papa datang.” sahut Brandon. Dia memeluk Kenzi dengan erat dan menghirup wangi susu yang keluar daru tubuh Kenzi.“Hey, anak ingusan! Sudah nggak kenal lagi sama kakek kamu, ya?!”“Kakek! Kakek kok minum lagi!”“Heh, masih kecil sudah ngatur-ngatur orang dewasa ya kamu! Papa kamu mau jemput kamu, masa aku nggak boleh mi
Rainie yang akhirnya mendapat tempat untuk bersinggah pun bisa merasa sedikit lega setidaknya untuk saat ini. Namun sesungguhnya dia tidak sepenuhnya yakin dan percaya diri ketika berhadapan dengan Fred. R20 tak diragukan memang bisa digunakan untuk mengendalikan pikiran orang lain, tetapi yang Rainie katakan tentang tingkat keberhasilan 100% itu adalah sebuah kebohongan. Dia tidak bisa memastikan keberhasilan R20. Walaupun kali ini Rainie berhasil, kali berikutnya bisa saja dia gagal.Waktu tidak banyak dan tugasnya pun sangat berat. Rainie harus mencuri-curi waktu untuk belajar lagi dan merevisi penelitiannya berulang kali. Percobaan yang dia lakukan kepada Edgar saat itu memberikan inspirasi, dan dari fondasi itu Rainie terus meningkatkannya. Selama ini Rainie selalu menganggap otak dan jalan pikiran manusia adalah sesuatu yang sangat rumit dan ajaib, tetapi bukan berarti tidak bisa dikontrol dengan efek dari obat-obatan. Jika obat bisa digunakan untuk membius, dan hipnotis bisa dig
“Oke, kalau begitu aku kasih kamu waktu satu jam. Beresan semua pekerjaan kamu, habis itu mandi dan ganti baju, terus datang ke kantorku. Kamu kukasih tugas baru.”Rainie terkejut dan tidak begitu mengerti apa masudnya, tetapi dia tetap menjawab, “Oke.” ***Tak lama waktu berselang, Rainie sudah datang ke kantornya Fred dengan gaun panjang yang dibawakan oleh anak buahnya Fred. Bagian belakang yang memang didesain terbuka memperlihatkan tubuh Rainie yang menggoda. Namun di sisi lain pakaian seperti itu membuat Rainie merasa tidak nyaman. Dia biasanya tidak suka memakai pakaian yang terbuka, tetapi kali ini terpaksa karena ini adalah perintah langsung dari Fred.Rainie merasa seperti menjadi pekerja sosial yang diminta untuk menjamu klien. Pengalaman ini benar-benar membuat Rainie merasa tidak nyaman. Yang bisa dia tawarkan kepada orang lain adalah kecerdasan dan bakatnya. Tak pernah sekali pun dia berpikir untuk menawarkan tubuhnya kepada orang lain.“Bagus juga! Oke, coba kamu jelask
“Pak Fred, bukannya mau banyak tanya, tapi aku harus tahu jelas untuk bisa tahu di mana letak masalahnya. Badan cewek dan cowok itu berbeda. Usia juga punya pengaruh yang besar. Kalau sudah tua, wajar kalau detak jantungnya melambat. Walaupun dari luar kelihatannya sehat, tapi di dalam badannya sudah ada bibit penyakit. Nggak menutup kemungkinan terkena serangan jantung. Tapi kalau nggak ada penyakit kronis dan tiba-tiba sakit, mungkin ….”“Nggak mungkin serangan jantung! Dia masih muda,” ujar Fred menyela sebelum Rainie selesai menjelaskan.“Masih muda juga bisa saja tiba-tiba kena serangan jantung. Cewek dan cowok juga beda, terus ada juga faktor kesehatan fisik dan lain-lain ….”“Nggak ada hubungannya sama itu semua. Dia bukan cowok, umurnya juga nggak tua, nggak ada penyakit kronis atau patogen lainnya. Selama ini dia juga sehat-sehat saja,” kata Fred. Hampir saja dia bilang kalau orang itu adalah Yuna. “Apa ada kemungkinan dia ini cuma pura-pura mati untuk mengelabui aku? Apa ada
Rainie terlihat bicara apa adanya, dan mengejutkannya Fred pun tidak marah. Dia hanya mengangguk sebagai tanggapan dan meminta Rainie untuk keluar bersamanya.“Soal obat menghilang itu nggak perlu terburu-buru. Aku tahu itu pasti butuh waktu yang lumayan lama, aku cuma mau kamu kerja yang serius saja,” katanya seraya menaruh satu tangannya di atas bahu Rainie. Lalu seraya menekan tangannya, dia berkata dengan suara lirih, “Sekarang aku punya satu tugas penting untuk kamu. Kalau kamu bisa menyelesaikan tugas ini, aku bisa kasih kamu kebebasan untuk melakukan eksperimen apa pun yang kamu mau di lab ini!”“Maksud Pak Fred … hipnotis?”“Betul. Yang ini lebih penting, aku mau selesai secepat mungkin! Kalau malam ini apa bisa selesai?”“.…”Rainie tidak bisa memberi kepastian. Untuk menghipnotis Shane saja, Rainie harus mengerahkan usaha yang tidak sedikit. Dan hipnotisnya terhadap Shane bisa berhasil karena Rainie tahu kepribadian Shane seperti apa. Namun untuk melakukan hipnotis kepada ora
Fred sungguh tidak percaya. Dia membuka matanya lebar-lebar, berpikir apa jangan-jangan otaknya yang justru bermasalah. Dia sudah menyusun rencananya dengan baik agar Ross pergi dari tempat ini. Setidaknya itu akan memberikan waktu baginya untuk menyelesaikan pekerjaan yang ada di sini. Namun hasil akhirnya malah Fred sendiri yang disuruh pergi, dan justru apa yang Ross katakan dirasa lebih masuk akal. “Pangeran Ross, itu juga sudah saya pertimbangkan sebenarnya. Tapi ….”“Oh, ternyata kamu sendiri memang mau pergi, ya! Sudah kuduga kamu memang yang paling setia. Sepertinya rumor-rumor yang ada di luar sana nggak benar. Kebetulan, ini bisa jadi kesempatan yang bagus untuk membuktikan kesetiaan amu. Fred, kalau memang kamu sendiri mau pergi, ya pergilah! Di sini biar aku yang urus, kamu nggak perlu khawatir! Nanti aku juga kirim dua orang pengawal untuk kamu. Kujamin kamu pasti baik-baik saja. Aku mewakili mamaku dan segenap rakyat Yuraria mengucapkan terima kasih banyak untukmu!”“.…”
“Oh, sudah pasti nggak akan ada yang menyalahkan aku, karena aku tahu siapa orang yang lebih pas daripada aku!”“Siapa itu?” tanya Fred. Melihat senyuman yang mencurigakan dari Ross membuat Fred merasa tidak nyaman, dia lantas melanjutkan, “Tapi siapa pun itu, nggak ada yang lebih pas dari Pangeran! Karena Pangeran ….”Namun sayang sekali, sebelum Fred selesai berbicara, atau lebih tepatnya Ross emmang tidak memberikan kesempatan bagi Fred untuk berbicara, dia disela.“Fred!”“Eh …? Ada apa, Pangeran?”“Kamu orangnya!” kata Ross tersenyum seraya perlahan mendekatinya. “Kamu orang yang paling dipercaya sama mamaku, jadi cuma ucapanmu yang bisa membujuknya. Kamu juga yang paling mengerti dia, jadi kurasa nggak ada orang lain yang paling cocok selain kamu! Nggak ada yang berharap jadi seperti ini, dan aku yakin kamu pasti sangat mengkhawatirkan dia. Bukankah begitu, Fred?”Seketika itu Fred langsung tak bisa berkata-kata dan syok ketika ditanya balik oleh Ross. Sebenarnya Ross hanya mengg
“Kalau begitu coba kamu kasih tahu gimana caranya aku bisa cari mamaku?”“Seperti yang saya bilang tadi, lebih baik kita cari beberapa orang saja yang memang bisa dipercaya untuk melakukan pencarian secara diam-diam. Sebaiknya orang yang punya hubungan dekat yang bisa membujuk beliau. Kalau nggak, meskipun ketemu, belum tentu Yang Mulia mau pulang.”Ross mengangguk sembari mendengarkan Fred. “Oke, kita ikuti apa saranmu. Tapi kayaknya orang yang cocok dengan kriteria tadi cuma aku saja, ya?”“Pangeran? Benar juga! Memang cuma Pangeran Ross yang paling cocok untuk itu. Tapi Pangeran bilang di sini cuma beberapa hari saja. Sekarang waktunya sudah nggak banyak. Kalau kita umumkan Pangeran sudah pulang ke Yuraria, mereka pasti nggak akan tahu. Dengan begitu Pangeran bisa mencari Yang Mulia secara diam-diam dengan lebih leluasa. Dan andaikan Yang Mulia sudah ketemu, pastinya cuma Pangeran yang bisa membujuk. Kalau nggak bisa juga, mau nggak mau Pangeran membawa Yang Mulia pulang dengan paks
“Saya tahu Pangeran pasti marah besar sama saya, tapi sekarang yang paling penting adalah keselamatan Yang Mulia. Kita harus mencari tahu keberadaan beliau secepatnya. Apabila Yang Mulia sudah kembali dengan selamat, saya rela dihukum seperti apa pun. Saya mengakui ini kelalaian saya.”“Oke, coba kasih tahu aku gimana caranya kita cari mamaku?” tanya Ross dengan tenang dan tatapan dingin.“Menurut saya cara terbaik adalah dengan melakukan pencarian menyeluruh di sekitar kota ini.”“Jadi kamu mau aku meminta bantuan dari pemerintah setempat?”“Tentu saja nggak! Masalah ini nggak boleh sampai diketahui sama pihak pemerintah sini. Justru makin sedikit orang yang tahu, makin bagus.”“Fred, kamu anggap tempat ini apa? Apa kamu pikir ini negara kita sendiri? Kamu pikir negara ini akan membiarkan kamu melakukan apa pun yang kamu mau?” tanya Ross sembari memukul meja dengan keras.Fred terkejut, tetapi dia tetap memberanikan diri melanjutkan, “Pangeran Ross, saya tahu ini agak memaksa, tapi co
“Sebenarnya, saya ada kabar tentang sang Ratu.”Satu kalimat itu cukup untuk membuat Ross tersentak dan langsung duduk tegak. Lantas, dengan raut wajah serius dia menatap Fred dan bertanya padanya, “Kamu menerima kabar tentang mamaku?”“Ya. Yang Mulia sempat datang ke sini, dan sebelum beliau pergi, beliau pernah bilang tempat yang mau dia tuju. Tapi ….”“Kamu tahu di mana dia? Fred, kamu benar-benar berani, ya. Tadi kamu bilang nggak tahu, dan sekarang kamu bilang kamu tahu?”“Maafkan saya, Pangeran, tapi saya terpaksa. Yang Mulia sendiri yang meminta saya untuk jangan bilang ke orang lain.”“Jadi maksudmu, mamaku menyuruh kamu untuk jangan kasih tahu aku di mana dia berada?”Seketika mendengar itu, Ross terlihat lebih rileks dan bersandar ke belakang. Namun dia tetap memperhatikan gelagat Fred dengan saksama seakan sedang menimbang-nimbang apakah Fred lagi-lagi membohonginya atau tidak.“Ya,” jawab Fred. “Sebelum pergi, beliau bilang nggak mau ada siapa pun yang tahu. Dan sejak belia
Fred keluar dari kamar Yuna dengan suasana hati yang kacau. Sambil marah-marah, dia pun meluncur ke kamar sang Ratu. Namun saat sudah hampir sampai, dia berubah pikiran dan membalikkan badan. Dia sudah mengutus anak buahnya untuk mengawasi Ross, tetapi dia masih tidak tenang. Dia pikir akan lebih baik tahan dulu sampai Ross pergi, atau dia yang dalam masalah kalau sampai ketahuan telah mengurung sang Ratu di sini.Jujur saja, Fred akan menang jika dia menghadapi Ross secara langsung, tetapi itu hanya akan membuat lebih banyak masalah yang tidak perlu. Maka itu Fred langsung pergi menghampiri Ross. Fred mula-mula berkomunikasi dengan anak buah yang dia tugaskan untuk memantau Ross. Dari situ dia mengetahui dari tadi Ross terus berada di dalam sepanjang waktu.Fred mengetuk pintu, tetapi dia sedikit panik ketika tidak mendapat jawaban. Itu membuatnya teringat dengan apa yang terjadi pada Yuna barusan.“Yang Mulia Pangeran Ross, ini Fred. Ada yang mau saya bicarakan.”Namun masih juga tid