Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
Ricky tidak tahu sama sekali apa yang sedang Juan lakukan. Dia hanya melihat Juan memukul dan mencubit telapak tangan Ratu, kemudian Ratu yang sedang terbaring lemas tiba-tiba terbatuk keras. Suara batuknya sangat kencang sampai separuh dari tubuhnya terbangun, membuat semua orang yang ada di sana panik khawatir terjadi apa-apa padanya. Namun setelah Ratu terbatuk beberapa kali, dia tiba-tiba memiringkan badannya dan memuntahkan dahak yang cukup banyak, lalu kembali berbaring. Dia masih terlihat sangat lesu, napasnya berat, dan matanya terpejam cukup lama.Melihat kondisi seperti itu, Ricky langsung menyingkirkan para dokter yang menghalangi dan memanggil, “Yang Mulia!”Ratu perlahan membuka matanya dan menatap Ricky. Dia juga mengangguk untuk mengisyaratkan kalau dia mengerti. Setelah itu, Ratu menatap Juan dan mengatakan sesuatu meski tidak ada suara yang keluar. Namun dari gerakan bibirnya itu bisa terbaca kalau Ratu mengucapkan terima kasih kepadanya.Lantas Juan melepaskan tangann
“Yang Mulia!”Ricky bergegas membopong Ratu dan memerintahkan anak buahnya untuk membawa Ross pergi. Mulanya Ross bersikeras tidak mau pergi, tetapi ketika melihat rona wajah ibunya mulai tidak beres, amarahnya seketika mereda dan tidak berani berkata apa-apa lagi.Setelah Ross dibawa pergi, sang Ratu masih kesulitan bernapas. Kondisinya cukup parah sampai dia tidak bisa bicara sepatah kata pun dan rona wajahnya masih tak kunjung membaik juga. Ricky segera membawa sang Ratu kembali ke kamar dan memanggil dokter untuk melakukan pemeriksaan.Setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh, dokter menggelengkan kepala dan berkata, “Tekanan darah Yang Mulia sekarang sangat tinggi, detak jantungnya juga terlalu cepat. Ini harus segera dilakukan tindakan untuk menurunkan tekanan darahnya.”“Kalau begitu cepat lakukan!”“Tapi kondisi badan Yang Mulia terlalu lemah. Dikhawatirkan ….” Si dokter di saat itu ragu apakah harus mengatakannya atau tidak, tetapi siapa pun yang mendengar mengerti maks
“Ross, kamu sudah dewasa, tapi kenapa hal sesimpel itu saja kamu masih nggak ngerti? Untuk melakukan hal besar sudah pasti butuh pengorbanan. Bahkan negara kita saja berdiri di atas ribuan mayat dan tulang dari pendahulu kita. Kamu sebagai pangeran kenapa masih mempertanyakan hal yang seharusnya kamu tahu? Pengorbanan yang kecil itu nggak seberapa dibandingkan pencapaian yang lebih besar lagi.”“Berarti kamu juga mengaku kalau kamu diam-diam menyetujui apa yang Fred lakukan?”“Jelas! Tapi aku nggak minta dia melakukan itu. Dia sendiri yang mau, aku cuma mengetahuinya saja.”Sang Ratu tidak merasa kalau dia bersalah. Jika pada saat itu dia menghentikan apa yang Fred lakukan, berarti Fred akan menyadari bahwa dia sudah tidak dipercayai lagi oleh sang Ratu. Dan jika itu terjadi, bagaimana mungkin Fred masih akan melakukan penelitian tentang kehidupan abadi dengan sepenuh hati?Berhubung sang Ratu masih ingin memanfaatkan Fred, maka dia harus memberikan Fred sedikit kebebasan dan keuntung
“Kenapa kamu nggak bilang?! Jadi itu alasan kamu melakukan eksperimen ini?”“Tadinya kupikir hidupku bakal selesai begitu saja. Mungkin aku benar-benar bakal mati sebentar lagi, hidupku nggak lama lagi! Sejujurnya waktu itu aku sudah memilih siapa di antara kalian yang bakal jadi pewaris takhta. Tapi suatu hari tiba-tiba Fred kasih tahu aku kalau dia ketemu cara untuk bisa panjang umur. Dia punya lab khusus untuk meneliti itu,” jelas sang Ratu dengan mata berbinar. Dia masih ingat jelas pada saat itu cuaca sedang kurang baik. Awan gelap yang tebal menutupi langit, membuat suasana hatinya pada hari itu pun terasa muram. Karena cuaca yang kurang nyaman itu juga membuat tubuh sang Ratu terasa berat dan sakit.Kesakitan yang luar biasa itu membuatnya merasa tersiksa, dan karena adanya desakan rasa takut akan kematian, di saat itu Fred seakan datang membawa kabar baik. Pada awalnya sang Ratu juga tidak percaya, tetapi Fred bilang kalau lab yang dia maksud itu punya rekor yang cukup bagus, d
Ross mulanya berpikir ibunya tidak tahu kalau Fred ingin mengendalikan pikirannya dengan bantuan dari hipnotis Rainie. Namun setelah mereka duduk berhadapan seperti ini, akhirnya Ross baru mendapati kalau ibunya ternyata tahu semuanya. Dari luar mungkin sekilas terlihat seolah sang Ratu berhasil didesak oleh Fred, tetapi faktanya, justru sang Ratu sendirilah yang mengendalikan semuanya tanpa sepengetahuan Fred.Andaikan pada saat itu sang Ratu ingin mencegah Fred atau mengubah situasi yang terjadi, dia bisa saja melakukannya dengan mudah. Akan tetapi dia tidak melakukan itu! Sang Ratu tidak menghentikan apa yang Fred lakukan pada Ross, dan juga tidak mencegah Ross untuk pergi. Sang Ratu hanya diam-diam melihat semua itu terjadi di depan matanya dan berpura-pura tidak tahu.Ross bahkan sampai berpikir apabila dia sungguh dikendalikan pikirannya, apa yang akan ibunya lakukan? Akankah dia mencari cara untuk menolongnya, atau justru akan memanfaatkannya juga?Tidak, sang Ratu tidak akan me
Orang lain, yang sama sekali tidak Ross bayangkan. Ricky termasuk salah satu orang yang mau menampakkan diri terang-terangan, lantas bagaimana dengan yang lain? Apa masih ada lagi?Saat berada di depan pintu lift dan menekan tombol, Ricky minggir ke samping untuk memberikan tempat kepada Ross. Di situ dia sedikit mengangguk dan berkata, “Pangeran Ross, aku nggak bisa menjawab pertanyaanmu.”Ricky menolak pertanyaan Ross dengan sungkan tetapi tegas, yang secara langsung mengimplikasikan bahwa dia tidak punya wewenang untuk memberi tahu. Sesungguhnya itu juga sudah Ross prediksi, tetapi dia tak menyangka Ricky mau mengatakannya dengan lugas.“Ya! Aku harap kamu bisa terus setiap sama mamaku, jangan sampai kamu jadi kayak Fred,” kata Ross.Ricky tidak merasa tersinggung dirinya dibandingkan dengan Fred. Raut wajahnya tetap tenang seperti permukaan air datar, tidak ada perubahan sedikit pun. Tak lama kemudian, lift yang mereka naiki sampai di lantai tujuan, dan Ricky langsung membawa Ross
Sampai di sini, tak perlu banyak bicara pun Ross sudah mengerti siapa Ricky.“Oke, oke. Tapi aku nggak menyangka saja.”“Kalau Yang Mulia masih tertidur? Tadi malam Yang Mulia tidur agak larut, jadi mungkin baru bangun agak siang. Mohon maaf Pangeran Ross silakan tunggu sebentar.”“Aku, aku tunggu!” kata Ross, dan ketika dia baru membalik badan dan hendak pergi, dia baru teringat. “Fred di mana?”“.…” Untuk sesaat Ricky hanya diam saja, tetapi dia menjawab juga, “Fred sudah dikurung.”“Di mana? Bawa aku ketemu dia,” kata Ross. Masih banyak pertanyaan yang ingin Ross tanyakan padanya. Namun, Ricky tidak bergerak dari tempatnya dan berkata, “Yang Mulia berpesan nggak boleh ada siapa pun yang mendekat atau bertemu dengannya. Saat ini Fred ditahan atas kesalahan yang sangat besar.”“Bahkan aku juga nggak boleh?!”“Mohon pengertiannya, Pangeran Ross,” Ricky menjawab dengan sangat santun, tetapi jelas dia menolak permintaan Ross. “Ini perintah dari Yang Mulia.”Iniadalah perintah langsung da
Seperti yang Brandon katakan tadi, mereka tidak bisa menghentikan Ross. Ross bergerak cepat mengemudikan mobilnya langsung menuju ke kedutaan Yuraria. Alhasil mereka pun hanya bisa mengejarnya, berharap tidak terjadi apa-apa padanya. Ketia mobil baru melaju kira-kira 20 menit, tiba-tiba Shane berseru sambil menepuk pahanya sendiri, “Gawat!”“Gawat apanya?” ujar kedua orang lainnya secara bersamaan seraya menoleh.“Aku lupa, kalau dia ke sana, bukannya Rainie jadi tahu kalau selama ini hipnotisnya nggak bekerja?”“Kurasa … itu sudah nggak penting lagi,” tutur Chermiko. “Sudah jelas kok kalau dia memang nggak terhipnotis. Asal Rainie pintar sedikit, dia seharusnya juga tahu kalau hipnotisnya itu gagal total. Aku heran dari mana dia bisa begitu percaya diri bisa mengontrol kesadaran orang lain.”Saat Chermiko pertama kali mengetahui apa tujuan Rainie, dia pun sangat terkejut. Terkejut bukan karena apa yang dia lakukan, melainkan bagaimana dia bisa berpikir seperti itu. Kesadaran manusia a
Semuanya terdiam. Begitulah faktanya, dan mereka semua sudah tahu, termasuk Ross sendiri. Hanya saja Ross tidak mau menghadapinya saja.“Itu nggak mungkin! Aku nggak percaya!” kata Ross sambil memukul meja. Dia berulang kali menekankan bahwa ibunya tidak bersalah hanya untuk membangun keyakinannya. Dia tidak ingin mengakui bahwa ibunya terlibat dalam semua kasus ini.Walau sebagai politikus sedikit banyak pasti akan berurusan dengan zona abu-abu seperti ini, Ross sangat paham akan seberapa parahnya kasus yang melibatkan lab dan obat serta virus itu. Sewaktu wabah besar melanda Asia Selatan, Yuraria juga ikut terkena dampaknya dan mengakibatkan banyak orang meninggal. Sekalipun bisa diobati, sampai sekarang penderita penyakit itu masih mengalami gejala sisa.Pada saat kejadian itu Ross juga berada di Yuraria. Dia melihat sendiri dengan matanya sendiri banyak orang yang terjangkit dan merasa sangat tak berdaya. Kemudian dia tahu kalau penyakit tersebut ternyata ada kaitannya dengan penel